Share

Bab 7. Ana Dilema

Author: Ida Andriani
last update Last Updated: 2023-09-23 12:04:13

"Lepasin Mas, sakit!" pekikku sambil ku dorong tubuh kekar Mas Salman yang membuat ku semakin menyayangkan sikapnya karena tidak sesuai dengan keadaan tubuhnya. "Aku tidak mengatakan apa-apa, sungguh!" ujarku memelas agar Mas Salman melepaskan cengkraman tangannya dari tanganku.

"Anaaa!" teriak seorang pria yang baru saja menyaksikan perlakuan Mas Salman padaku.

"Mas Azzam." Sungguh aku terkejut karena Mas Azzam kini menyaksikan perlakuan Mas Salman padaku. "Lepasin, Mas! Aku takut Mas Azzam tahu apa yang terjadi di antara kita," bisikku pada Mas Salman karena aku pun belum siap jika Mas Azzam mengetahui apa yang terjadi dalam pernikahanku.

"Apa yang kamu lakukan pada Ana, Salman?" Mas Azzam menarik ku dari Mas Salman. "Jika ada masalah, bicarakan'lah baik-baik tidak dengan memakai kekerasan," ucapnya lagi membuat ku semakin menyesal telah menyakiti hatinya dengan menikahi pria bejad seperti Mas Salman.

"Aku tidak apa-apa, Mas. Ini hanya salah paham," ucap ku tak ingin membuat Mas Azzam semakin khawatir.

Mas Salman tak menghiraukan ucapan Mas Azzam bahkan mungkin tak menghiraukan pembelaan dari ku. Mas Salman pergi meninggalkan kami begitu saja tanpa ingin mengatakan apapun. Mas Azzam menatap ku dengan begitu dalam, aku yakin ada banyak hal yang ingin Mas Azzam tanyakan padaku.

"Mas, apa yang membuat mu datang ke sini?" tanyaku berusaha mencairkan suasana.

Mas Azzam tak langsung menjawab pertanyaan ku dan malah menatap ku dengan sangat dalam. "Apa yang membuatnya menyakiti mu, An?" tanyanya dengan sangat serius.

Aku terkesiap walau sudah ku duga jika pertanyaan itu akan keluar dari mulut Mas Azzam. "Tidak ada, Mas. ini hanya salah paham," ucapku memalingkan wajah dari Mas Azzam tanpa ku sadari justru sikapku itulah yang membuat Mas Azzam semakin curiga.

"Kamu anggap aku apa selama ini, An? Jika selama ini kamu selalu berbagi cerita dengan ku masalah yang lain, lalu kenapa untuk masalah ini tidak? Aku akan selalu menjadi temanmu, bukan?"

Ada rasa yang tak biasa saat kata 'teman' itu keluar dari mulut Mas Azzam saat ini. Ya, karena mungkin kata itu membuatku menyesali apa yang terjadi padaku saat ini. Entahlah, aku pun hanya manusia biasa yang mempunyai hati yang rapuh saat menerima terpaan dan ujian hidup yang begitu berat.

"Mas, kamu ini ngomong apa sih? aku memang tidak apa-apa, aku baik-baik saja, Mas."

"Kamu tidak akan pernah bisa membohongiku lagi, Ana."

Aku menarik kembali sunggingan dari bibirku yang begitu ku paksakan itu. "Apa maksudmu, Mas?"

Mas Azzam menarik nafasnya begitu dalam. "Ayolah, An ... aku yakin kamu bukan wanita bodoh yang tidak mengerti maksudku." Mas Azzam kembali menatap ku.

"Mas, mungkin sebaiknya Mas Azzam pulang dulu ya. Suami ku tengah ada di rumah dan sebagai istri yang baik aku harus melayaninya dengan baik bukan?"

Mas Azzam berdesis tak percaya dengan ucapanku yang terus saja menyangkal apa yang dia pikirkan. "Baiklah, An. Aku akan pergi, tapi kamu harus ingat jika aku menyayangimu dan akan selalu ada untukmu."

Sesak, dadaku begitu sesak mendengar kata-kata dari Mas Azzam. "Terima kasih, Mas. Terima kasih karena selalu mendengarkan isi hatiku," ucapku yang sesungguhnya ingin sekali mengatakan terima kasih karena sudah menyayangiku.

Mas Azzam pun pamit dan pergi dari rumah ku. Bahkan Mas Azzam belum mengatakan apa yang membuatnya datang ke rumahku. Tanpa ku sadari ternyata Mas Salman mendengar kan percakapanku dengan Mas Azzam dengan mata menyipit.

'Ada hubungan apa mereka sebenarnya?'

Aku beranjak dan melangkahkan kaki ke kamarku untuk mengambil handphone karena hari ini aku belum menanyakan kabar Ibu di rumah sakit pada perawat. Aku sudah tak peduli dengan keberadaan Mas Salman yang kini tengah menatapku dengan mata telanjang. Aku dengan segera mengambil handphone dan hendak pergi ke bawah kembali. Namun, Mas Salman seolah tak puas menyakitiku dan kembali menaik tangan dan mendorongku ke tembok.

"Apa kamu pikir aku tidak tahu hubunganmu dengan pria tadi?" ucap Mas Salman menuduhku mempunyai hubungan istimewa dengan Mas Azzam. "Apa itu artinya selama ini kamu telah menghianati pernikahan kita, Ana?"

"Cih! Hentikan omong kosong mu, Mas!" teriakku tak tahan dengan wajah nya yang berada tepat di hadapan wajah ku. "Jangan memutar balikan fakta, yang fakta itu sendiri tak mungkin bisa kamu sangkal, Mas!" Aku mendorong tubuh Mas Salman dengan kuat membuatnya terduduk di ranjang.

"Asal kamu tahu, Mas. Walau pun kamu tidak pernah menyentuhku, aku masih waras dan aku bukan wanita murahan seperti yang kamu butuhkan padaku!" sentak ku lagi.

Bukannya marah, Mas Salman malah tersenyum menyungging saat mendengar ucapanku. "Apa kamu ingin sekali aku sentuh, Ana?"

Jleb!

Lagi-lagi Mas Salman sungguh membuat ku seolah wanita rendahan yang haus akan belaian, walau nyatanya aku memang ingin Mas Salman menyentuhku. Menyesal aku mengatakan kata-kata itu karena bukannya membuat Mas Salman sadar dengan jalan salah yang di tempuhnya justru membuat ku semakin terhina. Mas Salman bangun dari duduknya dan kembali mendekati ku dengan masih tersenyum menyeringai.

"Sorry Ana, kamu tak membuat ku bergairah sama sekali," ucapnya membuat dadaku kembang kempis menahan amarah.

"Itu karena kamu tidak normal, Mas!" sentak ku mencoba untuk pergi dari kungkungan Mas Salman tapi Mas Salman malah mengapit dagu ku dengan sangat kasar.

Mas Salman menatapku dengan tajam. "Apa maksudmu, Ana? Kamu ingin mengatakan jika aku berselingkuh, padahal kamu sendiri yang berselingkuh sebab kamu haus belaian karena aku belum pernah menyentuhmu?"

Plaaakk!!

Aku menampar pipi Mas Salman sangat kuat karena tak tahan dengan ucapan nya. Sungguh, aku bingung mendengar ucapannya yang mengatakan aku berselingkuh. Padahal jelas-jelas dia yang berselingkuh dengan sesama jenisnya. Selain aku merasa terhina, aku pun merasa jika Mas Salman harus segera di sadarkan. Mas Salman memegang pipinya dan melepaskan cengkeramannya dari dagu ku.

"Aku hanya bisa berdoa pada Allah, agar kamu segera diberi hidayah juga kesadaran, Mas. Sadarlah, itu mungkin akan membuat keluargamu sedih," ucap ku dengan lantang tak peduli dengan apa yang akan dilakukan Mas Salman padaku setelahnya.

Entah apa yang membuat Mas Salman tak membalas apa yang aku lakukan. Mas Salman hanya terdiam membisu dengan tatapan ke arah lantai. Merasa aman untuk pergi, aku pun segera beranjak dan melangkahkan kaki untuk pergi meninggalkan Mas Salman.

"Terima kasih, Sus."

"Iya, hari ini saya akan nginap lagi, segera saya menuju ke sana," ucap ku pada suster yang menjaga Ibu.

Aku bergegas bersiap untuk kembali ke rumah sakit untuk menemui Ibu tanpa mempedulikan Mas Salman yang masih terdiam duduk di samping ranjang. Masa bodoh dengan apa yang akan dilakukannya bahkan jika dirinya kembali menemui Sandy pun aku sudah tidak peduli. Fokus ku hanya kesehatan Ibu.

"Mas Azzam." Aku terkejut karena mobil Mas Azzam kini berada di hadapanku.

"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ucapnya dengan tersenyum manis khas pria Indonesia.

Aku di lema, karena sudah dipastikan jika Mas Azzam akan kembali bertanya tentang yang terjadi dalam pernikahan ku jika dia tahu Mas Salman tak ikut menjenguk Ibu padahal ada di rumah. 'Apa aku harus mengatakannya pada Mas Azzam?' batin ku dengan menatap mata teduhnya

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 49. Akhir Cerita

    Aku, Mas Al dan Ibu juga Ayah hanya menatap bingung pada Akilah yang begitu kekeh ingin mempertahankan pernikahannya dengan Mas Azzam. Walau aku tahu mungkin karena besarnya cinta Akilah pada Mas Azzam. Seperti halnya dulu saat Mas Al meminta maaf padaku.Akikah menarik napasnya. "Mas, aku tanya sama kamu. Apa kamu benar-benar tidak bisa mencintaiku, Mas? Aku tahu mungkin cintamu hanya untuk Kak Ana. Tapi, Kak Ana itu istri dari Mas Al. Jika saja kamu bisa menerimaku seperti hal nya Mas Al dulu menerima Kak Ana, insya Allah aku akan memaafkanmu dan menerimamu."Aku hanya bisa menggelengkan kepala mendengar penuturan dari Akilah. "Astaghfirullah, Kila.""Kila, putri Ayah, pikirkan baik-baik tentang keputusanmu, Nak." Ayah merangkul Akilah meyakinkan keputusan Akilah.Mas Azzam menatap Akilah. "Kila, apa kamu benar-benar mau memaafkanku?"Semua orang pun menoleh pada Mas Azzam. Ada hati yang tergores mendengar ucapan Mas Azzam karena aku pikir apa yang dilakukan oleh Mas Azzam sungguh j

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 47.

    "Aaarrggghh!" Bugh!Bugh! Bugh! Mas Al memukul Mas Azzam tanpa henti. Amarahnya mungkin sudah tidak bisa ditahannya lagi setelah beberapa menit Mas Al menahannya. Aku dan Akilah pun berusaha untuk menarik tubuh Mas Al karena Mas Azzam semakin babak belur sebab tidak melawan sama sekali. "Mas, hentikan!" Kami menarik tubuh Mas Al dengan sekuat tenaga kami, namun, tenaga Mas Al masih bukan tandingan untuk kami. "Mas, Ku mohon hentikan! Jangan sakiti suamiku, Mas!" Akilah akhirnya menghalangi tubuh Mas Azzam dari depan, sehingga pukulan itu terkena juga pada Akilah. "Aw!" "Kila, astaghfirullah. Hentikan, Mas!" Aku menghalangi Mas Salman. Perlahan Mas Al pun berhenti memukul wajah Mas Azzam. "Aku akan menghabisimu." Bugh! "Akh!" Aku terkena pukulan Mas Al, setelah Akilah kini aku pun terjatuh karena terpukul oleh Mas Al. "Ana." Mas Al segera menghampiriku. "Maaf, sayang."Akilah kembali menghampiri Mas Azzam. "Mas, kamu tidak apa-apa? Kita ke dokter sekarang." Akilah merangkul t

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 46.

    "Mas, kamu kenapa sih? Aku lihat kamu itu murung terus? Ada apa?" Aku mengapit wajah Mas Salman dengan lembut. "Aku mohon jangan ada rahasia diantara kita." Mas Salman menatapku begitu dalam. "Tidak ada, sayang. Aku hanya tidak ingin banyak bicara aja." Aku menatap Mas Salam tak percaya. Setelah semua yang terjadi, aku tahu bagaimana keadaan raut wajah suamiku saat kesal, saat marah dan saat bahagia. Aku yakin Mas Salman menyembunyikan sesuatu dariku. "Ooh. Mas, aku ...." Aku menggantung ucapanku. "Enggak jadi deh." Aku pun beranjak dari duduk, namun, Mas Salman tak membiarkanku pergi dan menarik tubuhku. "Kamu apa, Ana?" tanya Mas Salman yang begitu penasaran karena ucapanku yang tergantung. Aku menarik napas panjang. "Aku tidak apa-apa. Aku hanya ingin menghirup udara sore di balkon," dalihku kembali beranjak, namun, lagi-lagi Mas Salman tak membiarkanku. "Jangan bohong, Ana. Kamu tidak bisa membohongiku." Aku pun kembali menarik napas dan duduk di samping Mas Salman dan mera

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 45. Amarah Mas Salman

    "Aw!" Akilah sedikit terkejut karena tangannya di tarik oleh Mas Azzam. "Ada apa sih, Mas?" Mas Azzam menatap tajam Akilah dengan cekalan tangan yang semakin kuat. "Jika sampai mereka tahu keadaan rumah tangga kita. Itu berarti salah kamu, Kila!" Akilah meringis karena cengkeraman tangan Mas Azzam tidak main-main. "Kamu benar-benar sakit, Mas. Aku pikir pria sepertimu tidak memiliki penyakit seperti itu, tapi nyatanya kamu benar-benar gila." Mendengar cemohan Akilah, tangan Mas Azzam beralih mencengkram dagu Akilah. "Ya, aku memang sakit. Dan itu semua karena Kakakmu, Kila. Jadi, kamu yang harus menanggung akibatnya. Jika aku sakit dan gila karena aku tidak bisa memiliki Ana, maka kamu pun harus merasakan hal yang sama." Akilah kembali merembeskan air matanya, dengan sekuat tenaga Akilah mencoba untuk menghentikan cengkeraman Mas Azzam. "Sakit, Mas, hiks! Kenapa? Kenapa harus aku yang harus menanggung akibatnya? Aku mencintaimu tapi kenapa kamu memperlakukanku seperti ini, Mas? Ji

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 44. Curiga

    Setelah Akilah akhirnya hilang dari pandangan kami, aku dan Mas Al bersiap-siap untuk membereskan barang-barangku. Pandanganku tertuju pada benda pipih yang tergeletak di kursi tempat Akilah tadi. Aku mengambilnya dan benar saja itu adalah handphone milik Akilah."Astaghfirullah, ini handphonenya Akilah ketinggalan, Mas." "Handphone Kila?" "Heem,, ini." Aku memberikan handphonenya itu pada Mas Al."Heeh dasar, masih muda udah pikun!" "Ist, ko gitu amat sih, Mas? He he. Nanti kita mampir dulu aja ke rumah mereka gimana? Kita juga akhirnya enggak jadi ikut antar mereka kan kemaren?"Mas Al terlihat berpikir. "Ya, baiklah." Setelah selesai membereskan barang-barangku, Mas Al membereskan administrasi terlebih dahulu sebelum kami keluar dari rumah sakit. Setelah itu kita pun segera menuju rumah Akilah karena kebetulan letak rumah Akilah lebih dekat dari rumah sakit di banding ke rumahku atau Ibu. Hanya beberapa menit kita pun sampai di rumah baru Akilah. "Assalamualaikum, Bi, Kila ada

  • Rahasia Suami yang Tidak Pernah Menyentuhku   Bab 43. Kembali Cemas

    "Mas, alhamdulillah." Aku segera memeluk Mas Al saat Mas Al datang setelah beberapa jam menghilang. "Kamu ke mana aja, Mas? Aku khawatir." Mas Al memeluk dan mengecupi wajahku. "Maafkan aku, Ana. Aku terlalu lemah dan tidak bisa mengendalikan diriku."Aku mengapit wajah Mas Al. "Aku takut kamu melakukan hal bodoh, Mas."Mas Al menatapku dengan sendu. "Tidak, Ana. Aku tidak akan membiarkanmu menjanda." Aku mengerutkan kening dan sedikit mengerucutkan bibirku. "Apa maksudmu, Mas?"Mas Al tersenyum tipis penuh arti. "Bukankah kamu pikir aku akan melakukan hal bodoh? Kamu pikir aku akan bunuh diri begitu?""Ist, bukan itu. Aku pikir kamu sama Santi ...." Aku menunduk tak sanggup melanjutkan ucapanku. Mas Al menatapku dengan tersenyum getir. Nyatanya tidak hanya bagiku, trauma masa lalu itu tidak mudah bagi Mas Al. Sungguh, luka itu tidak hanya untukku, tapi juga untuk Mas Al. "Maaf, Mas. Maaf aku membuatmu-" Cup!"Kamu tidak salah, sayang. Aku yang salah." Dalam sejenak kami terdiam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status