Share

Bab 5 Berpikir Keras

Author: Lia Safitri
last update Last Updated: 2022-12-07 09:17:30

Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat jelas Ibu, Mas Rama dan Bang Reza juga ikut pergi menggunakan mobil fortuner termasuk Mang Ujang.

Dengan nafas yang tak beraturan aku kembali duduk di tepi ranjang dan merenungi apa yang aku lihat tadi.

Seseorang yang dibawa orang suruhan Ibu itu pasti wanita yang berteriak dari dalam gudang. Dan bayi itu adalah bayi yang kudengar tangisannya waktu itu.

Untuk apa Ibu, Mas Rama dan semuanya menyembunyikan hal ini dariku? Siapa wanita itu? Lalu kenapa ia harus dikurung didalam gudang?

Rasanya kepalaku mau pecah memikirkan kejadian ini semua. Ingin sekali aku memanggil Mbak Wati kemari untuk menceritakan semuanya padaku saat ini.

Tetapi aku tak ingin gegabah, pasti ada sesuatu rahasia besar yang disembunyikan keluarga ini hingga Mbak Wati tak berani sembarangan memberikan informasi, tampaknya ia juga sangat takut terhadap Ibu dan keluarganya.

Semalaman aku tidak bisa tidur, memikirkan hal-hal aneh yang kutemui di rumah ini.

Pukul tiga dini hari suara mobil terdengar kembali. Akupun mengintip dari balik jendela, kali ini yang keluar dari mobil hanya Ibu dan Mas Rama.

Mereka pasti sudah mengantarkan wanita tadi kesuatu tempat. Keluarga ini banyak menyimpan rahasia besar dan dapat kupastikan rahasia itu sebuah hal-hal buruk. Jika hal-hal baik, untuk apa mereka sembunyikan seperti ini?

Dengan cepat aku kembali melangkah kekasur dan pura-pura tertidur kembali. Takut saja jika tiba-tiba Mas Rama masuk, tetapi hingga pukul empat Mas Rama tak kunjung menampakkan diri.

Aku dan Mas Rama sudah menikah selama tiga tahun. Dari awal menikah tak ada yang aneh dari suamiku itu, kami juga tinggal disebuah rumah dikota dan ia bekerja disebuah Pabrik kain.

Karena permintaan Ibu mertua yang ingin mengurus cucu pertamanya akhirnya kami pulang ke desa disaat usia kandunganku memasuki sembilan bulan. Sementara Mas Rama berhenti bekerja dan katanya ia ingin membantu bisnis keluarga.

Dahulu aku tak menemukan adanya hal aneh saat beberapa kali berkunjung ke rumah ibu. Tetapi sekarang keanehan demi keanehan muncul didepan mataku, membuatku merasa takut.

Sebenarnya apa yang suamiku lakukan diluar sana?

Apakah mungkin suamiku dan keluarganya itu orang jahat?

Tiba-tiba pintu kamar dibuka, aku pura-pura menggeliat dan dengan susah payah aku berganti posisi tidur. Dengan gerakan pelan Mas Rama naik keatas ranjang dan merebahkan tubuhnya disampingku.

Entah mengapa kini rasa kantuk mulai menyerang dan aku pun ikut terlelap.

Aku terkesiap lalu bangun, dengan segera aku ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat shubuh.

"Mas, bangun! Sudah siang!"

"Mas,"

"Huahh... emm, aku masih ngantuk Rah," ucapnya sembari memejamkan matanya kembali.

Akupun keluar kamar dan ternyata rumah ini masih terlihat sepi, lalu aku berjalan menuju dapur. Terlihat Mbak Wati sedang sibuk membuatkan kami makanan.

"Mau dibuatkan susu, Non?" tanya Mbak Wati.

Aku tak menjawab dan menatapnya beberapa saat, ia berperilaku seolah tidak ada apa-apa. Padahal sekarang aku begitu dilanda penasaran.

"Mbak, apa kamu bisa jelaskan atas kejadian yang aku lihat semalam?" tanyaku pelan.

"Maaf, Non. Saya tidak bisa!" ujarnya pelan sembari celingukan.

"Memangnya kenapa?" tanyaku lagi.

"Saya harap setelah ini Nona patuh pada perintah Nyonya dan Mas Rama jika masih ingin disayangi dikeluarga ini. Kalau tidak, Nona akan bernasib sama dengan wanita yang Nona lihat tadi malam," ucap Mbak Wati serius.

Jelas saja mataku terbelalak menatapnya, aku tak sanggup lagi berkata-kata.

"Maksudmu apa Mbak?"

"Maaf Nona. Saya tidak bisa jelaskan disini!" ucap Mbak Wati melanjutkan pekerjaannya.

Merasa terkejut dengan ucapan Mbak Wati. Aku merasa harus mulai waspada dan berhati-hati, sepertinya Mas Rama dan keluarganya bukan orang-orang baik.

Aku tidak ingin bernasib sama seperti wanita itu, tetapi aku juga harus mencari tahu sendiri apa yang mereka sembunyikan.

"Ini susunya, Non. Apa mau sarapan sekarang?" tanya Mbak Wati.

Aku menganggukkan kepala tanda mengiyakan.

Setelah sarapan akupun keluar rumah. Aku pun berjalan menuju gerbang utama yang menjulang tinggi itu.

"Mau kemana, Non?" tanya salah satu pekerja Ibu.

"Maaf, Mang. Apa bisa bukakan pintu gerbangnya? Saya mau keluar!"

"Maaf Nona tapi kata Nyonya, Nona tidak boleh keluar rumah sendirian harus ada yang menemani," ucapnya.

Aneh, kenapa Ibu menyuruh mereka seperti itu. Aku bukan lagi anak kecil yang harus selalu diawasi. Aku juga bukan tahanan mereka yang selalu dikurung seperti ini.

"Saya tidak jauh-jauh kok Mang, cuma disekitar sini saja. Tolong bukain ya," pintaku memohon.

"Maaf Non. Tetap tidak bisa, minta temani Tuan Rama saja ya Non!"

Aku menatap mereka dengan kesal, padahal aku hanya ingin jalan-jalan keluar disekitar sini saja dan bertemu para tetangga. Siapa tahu aku bisa mendapatkan informasi penting dari mereka tentang keluarga ini.

Akhirnya aku duduk dikursi teras, berpikir apa aku harus menceritakan kejadian-kejadian aneh di rumah ini pada Mama atau tidak.

Jika kuceritakan, aku takut Mama akan khawatir dan melakukan sesuatu yang membuat Ibu dan Mas Rama marah.

Huh... Apa yang harus kulakukan sekarang?

--

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 207 Happy Ending

    (POV Sarah)Sejak satu bulan yang lalu Kak Dimas sudah bisa berjalan dengan normal, dan hari ini pula ia akan melaksanakan pernikahannya dengan Mbak Wati.Dengan uang tabungan Kak Dimas, pernikahan Kak Dimas dan Mbak Wati yang lumayan megah ini dilaksanakan disebuah gedung luas."Sah?""Sah!"Para saksi dan tamu undangan tersenyum bahagia, seketika rasa haru menyeruak apalagi pernikahan ini tidak dihadiri oleh kedua orang tua. Pada saat prosesi sungkeman pun Kak Dimas dan Mbak Wati hanya memelukku dan Kevin untuk meminta doa restu karena memang hanya kami yang merupakan saudaranya."Doakan Mbak dan Kakakmu ya, Sarah.""Iya Mbak, tolong terima Kakakku apa adanya ya, semoga kalian bahagia."Resepsi pernikahan akan dilaksanakan hari ini juga setelah dua atau tiga jam akad nikah. Dua gaun indah berbentuk mermaid dengan ekor yang panjang telah dipersiapkan. Silvia juga hadir, ia terlihat bahagia saat melihat mantan kekasihnya mengucapkan ijab kabul meskipun dengan orang lain.Mbak Wati ta

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 206 Hari Bahagiaku

    (Pov Wati)Hari bahagiaku telah tiba. Ya, hari ini adalah hari bahagiaku bersama Dimas. Aku telah melewati masa-masa sulit tidur menjelang pernikahanku ini.Di sebuah gedung mewah pernikahan aku dan Dimas pun di langsungkan. Banyak tamu undangan yang hadir menjadi saksi kisah cinta kami berdua.Aku lihat Dimas, calon suamiku itu menitikkan air matanya ketika Sarah dan para bridesmaids menggandeng diriku menghampiri meja akad nikah. Dimana sudah ada seorang penghulu yang tengah duduk dengan manis disana dan ada dua orang saksi pernikahanku yang tidak ada satu pun dari mereka yang aku kenali."Sarah, apa Mbak sedang bermimpi? Jika iya, tolong bangunkan Mbak, Rah!" tanyaku pada Sarah yang tetap berjalan menggandeng tanganku.Aku begitu bahagia melihat dekorasi ballroom hotel yang begitu indah dengan hiasan berbagai jenis bunga-bunga yang indah. Bahagia dan terharu itulah yang bisa aku gambarkan tentang perasaanku hari ini."Tidak Mbak, kamu tidak sedang bermimpi. Lihatlah di sana ada Kak

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 205 Perampok

    Aku pun ikut memasukkan uang dan beberapa barang berhargaku dan Kevin ke dalam tas perampok itu."Ambil ini, tapi lepaskan kakakku!" tegasku sambil melemparkan tas itu ke atas kasur."Bagus, awas kalau kalian berani menyerang, akan aku tembak!" tegas orang itu.Ia berjalan mengendap menuju kasur sambil menodongkan senjata ke arah kami semua, saat tubuhnya membungkuk karena ingin meraih tas dan saat itulah Kevin menendang punggungnya."Aaarghh!" Ia mengerang lalu berbalik badan.Kukira ia akan menyerang Kevin tapi ternyata ia malah menyerang Mbak Wati karena saat perampok itu lengah ia mengambil tas itu."Sarah, ambil ini!" teriak Mbak Wati sambil melemparkan tas itu ke arahku.Namun, Mbak Wati kembali disandera dengan pistol yang mengarah ke kepalanya."Jangan sakiti dia!" teriak Kak Dimas dengan suara lantang."Kalau tidak mau dia kusakiti, cepat serahkan tas itu padaku kalau tidak dia akan mati sekarang!" tegas perampok itu.Berani sekali orang ini, mencoba merampok di rumah polisi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 204 Mbak Wati Disandera

    (Pov Sarah)"Eh, Silvia, ayo masuk." Aku tersenyum lalu menggandeng Siska masuk ke dalam rumah.Silvia ini merupakan mantan kekasih Kak Dimas, beberapa tahun silam Kak Dimas sempat berencana ingin melamarnya. Namun, ia ditolak oleh keluarga Silvia lantaran keadaan ekonomi Kak Dimas yang baru saja memulai karirnya.Orang tua Silvia takut jika anaknya menikah dengan Kak Dimas akan hidup susah, hingga akhirnya mereka menjodohkan Silvia dengan lelaki lain."Sejak kamu berpisah dengan Kak Dimas, kita belum bertemu lagi ya, Sil. Kamu apa kabar?" tanyaku."Aku baik, Sarah. Maaf kemarin aku nggak bisa datang di acara pernikahanmu, karena Papaku meninggal tepat di hari bahagiamu makanya aku nggak bisa datang.""Innalilahi wa innailaihi raji'un, aku turut berduka cita ya Sil. Memangnya Papa kamu sakit atau kenapa?" tanyaku."Iya Sar, Papaku meninggal karena serangan jantung setelah mendengar kabar jika aku sudah berpisah dengan mantan suamiku.""Oh, jadi kamu sudah bercerai? Pantas saja kamu ke

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 203 Aku Mau Jadi Istrimu

    "Hah!"Dengan cepat aku menoleh, hingga kami saling bertatapan."Aku serius, Ti. Aku nggak bohong!" Ia menyakinkan lagi."Emm... Kamu pikir-pikir dulu aja deh, aku tuh nggak sebaik yang kamu lihat," jawabku."Percayalah Ti, aku sungguh-sungguh mencintai dan menyayangimu. Aku tidak peduli dengan masa lalumu seburuk apapun itu, karena bagiku masa lalu tetaplah masa lalu, tidak akan bisa menjadi masa depan," ucapnya lagi."Jangan pernah berpikir kamu tidak lagi pantas untuk dicintai. Kamu tidak sendiri, aku, mereka, dia, dan kita semua pernah melakukan kesalahan di masa lalu dan mereka berusaha bangkit kembali, karena masih banyak orang yang peduli dan men-support agar kita tidak terus-menerus terjabak dimasa lalu. Dan kamu pun bisa begitu!"Aku hanya tersenyum sungkan lalu membawa Adinda masuk ke dalam. Dadaku berdebar-debar dan pipi ini mulai menghangat, aku merasa tidak kuat jika harus terus menerus dipandang oleh Dimas.Didalam kamar aku merenung, pantaskah aku yang kotor ini menjadi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 202 Hati yang Kosong

    (Pov Wati)Suatu kebahagiaan saat aku bisa terlepas dari belenggu kejahatan Sulis, apalagi saat ini aku dipertemukan dengan keluarga yang begitu baik.Aku bahagia ketika melihat Sarah menikah dengan lelaki yang ia cintai, dan orang yang ia cintai itu memperlakukannya seperti Ratu.Namun, ditengah-tengah kebahagiaan mereka hati kecilku terasa kosong. Umurku sudah dewasa tetapi tidak seperti perempuan lainnya yang sudah berumah tangga.Adakalanya terbesit rasa iri ketika melihat wanita-wanita seusiaku atau dibawah umurku yang sudah memiliki suami dan mempunyai anak. Sementara aku masih sendiri disini menanti sang pangeran membawa kuda kelana untuk menjemput dan membawaku ke istana pelaminan. Namun sayang seribu sayang, pangeran yang aku nantikan tidak kunjung datang menjemput, semuanya masih sebatas angan dan harapan.Seburuk apapun aku dimasa lalu tentu saja aku sangat menginginkan sosok suami yang baik dan bisa membimbingku ke jalan yang benar."Ti, kamu nggak merasa bosan di rumah t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status