Share

Bab 4 Siapa Wanita dan Bayi Itu?

"Wahh, ayamnya habis Rah. Kok nasinya nggak dihabisin?"

Aku tersentak mendengar suara Ibu yang datang secara tiba-tiba. Aku harus mengatur ekspresi agar terlihat biasa saja.

"Iya Bu, abisnya ayamnya enak bumbunya juga meresap. Kalau aku habisin nasinya takutnya nanti ayamnya malah nggak habis jadi nasinya aku sisain setengah deh,"

Ibu terkekeh sambil duduk dihadapanku.

"Iya juga sih Rah. Hamil tua emang bawaannya pengen makan terus tetapi belum tentu juga kitanya kuat makan banyak,"

Mungkin aku akan menjadi menantu paling bahagia jika tak menemukan hal-hal aneh di rumah ini. Sekarang aku malah merasa was-was atas semua kebaikan Ibu padaku.

"Ibu dulu juga gitu loh! Apalagi waktu hamil Rama. Berat badan Ibu sampe naik lima belas kilo lebih,"

"Pasti gede banget ya Bu. Gak kebayang. Aku aja yang naik sepuluh kilo, sering ngerasa sesak,"

"Iya Rah. Udah pasti kalau merasa sesak tuh, mau gerak aja susah," jawab Ibu menatapku tersenyum.

Entahlah aku merasa kalau tatapan Ibu selalu berubah-ubah.

"Hehe.... iya Bu. Apa pekerjaan Ibu sudah selesai?" tanyaku tersenyum.

Aneh saja, tadi katanya ia banyak kerjaan tapi sekarang ia malah datang kemari dan mengajakku mengobrol?

"Belum sih Rah, soal pekerjaan bisa diselesaikan nanti malam saja," jawab Ibu.

"Apa kamu tidak mengantuk, Rah?" tanya Ibu lagi.

Mengapa Ibu bertanya begitu? Bukankah ini masih sore belum waktunya untuk tidur malam? Apa ada sesuatu didalam makanan yang diberikan Ibu untukku?

"Uaaahh...emm, sedikit Bu. Mungkin karena kekenyangan," jawabku pura-pura menguap.

"Ya sudah. Kalau begitu Ibu antar ke kamar ya. Kamu istirahat dulu saja. Nanti kalau menjelang maghrib biar dibangunkan Mbak Wati. Nanti biar Ibu yang bilang," ucap Ibu sembari berdiri lalu memapahku ke dalam kamar.

"Iya Bu. Terimakasih."

Pintu ditutup pelan oleh Ibu, sementara aku hanya duduk disudut ranjang tempat tidur dengan perasaan gamang.

Azan maghrib berkumandang, meski suaranya kurang jelas. Mungkin karena rumah ini sangat jauh dari masjid.

Bukan hanya jauh dari masjid, tetapi rumah Ibu juga jauh dari tetangga karena rumah ini terletak dekat dibawah kaki gunung. Sementara rumah-rumah lain berada dibawah, butuh waktu beberapa menit untuk sampai di rumah tetangga.

Tak ada Mbak Wati yang membangunkan, Mas Rama pun belum pulang padahal biasanya sebelum Maghrib ia sudah sampai rumah. Entah kemana suamiku itu yang jelas tak mungkin dia ada di kebun disaat malam hari seperti ini.

***

"Coba kamu cek, Sarah masih tidur atau tidak?" Terdengar suara Ibu diluar sana.

Padahal ini sudah pukul sebelas malam. Mas Rama belum pulang dan sekarang Ibu datang. Apakah mungkin ia selalu tidur larut malam? Aku memejamkan mata, pura-pura tertidur miring kiri menghadap ke jendela.

"Sarah...kamu sudah tidur, sayang?" Ia mengguncangkan bahuku pelan.

Itu suara Mas Rama. Ingin sekali aku membuka mata dan bertanya ia darimana, tetapi aku ingat ucapan Mbak Wati tadi, semua orang harus mengira aku tertidur malam ini.

"Rah...Mas pulang," bisiknya.

"Sarah, sudah tidur pulas Bu," ucapnya. Sepertinya ada Ibu didepan pintu.

"Bagus! Ayo kita laksanakan sekarang!"

Mereka berdua melangkah keluar, lalu menutup pintu dan sepertinya pintu kamar dikunci dari luar.

Aku membuka mata, menatap pintu yang sudah tertutup rapat. Jantungku berdetak sangat kencang, rasanya aku semakin penasaran dengan apa yang akan terjadi malam ini.

Karena kamarku letaknya di lantai bawah, aku bisa dengan leluasa mengintip keluar dari jendela kamar ini.

Benar saja diluar ada mobil jeep dan mobil Fortuner terparkir diluar sana.

"Tolong...!"

"Akkhhh... Tidak, aku mohon jangan bunuh aku!"

"Aku masih ingin hidup! Aku mohon jangan bunuh aku!"

"Arrrkkhhh...."

Tiba-tiba aku mendengar suara teriakan seorang wanita. Teriakan itu begitu menyayat hati, walaupun suaranya tak begitu jelas. tetapi aku yakin suara itu berasal dari dalam rumah ini.

Akupun menegang sesaat, merasa kasihan dan sangat ingin menolong wanita yang berteriak itu.

Suara teriakan itu terdengar kembali, aku sungguh terpana diam seribu bahasa. Hati dan jiwaku sangat tersentuh mendengar teriakan itu. Darahku mendidih ingin berlari menghampiri asal suara itu saat ini. Tetapi di sisi lain aku juga tidak ingin bernasib sama seperti wanita itu jika aku bertindak gegabah.

Suara jeritan itu tak terdengar lagi, beberapa saat kemudian kulihat beberapa orang pria keluar dari rumah ini menggotong seseorang yang ditutupi kain hitam, dari postur tubuhnya pasti itu seorang wanita.

Lalu mereka memasukkan tubuh orang itu kedalam mobil Jeep. Setelahnya Ibu dan seorang wanita paruh baya keluar, wanita itu menggendong bayi yang sedang menangis ditangannya.

Siapa wanita yang ditutup kain hitam itu? Dan bayi siapa yang dibawa oleh perempuan paruh baya itu?

Oh tuhan rasanya kepalaku mau pecah memikirkan ini semua.

--

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Jgn2 perempuan itu istri pertamanya dan itu anak mereka mungkin ada sesuatu sama si bayi yg mereka ndak sk pd si bayi
goodnovel comment avatar
PiMary
Seru nih cerita nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status