(Pov Wati)Usai berdandan, aku di bawa ke dalam kamar Tuan Rama. Ternyata ia berusaha merenggut keperawananku, ia melakukannya berkali-kali tidak memperdulikan rasa sakit yang kurasakan.Tuan Rama juga meminta pada ibunya, agar aku di jadikan asisten rumah tangga saja sekaligus teman tidurnya. Akhirnya Nyonya Sulis menyetujui permintaan anaknya dengan syarat aku harus patuh. Sejak saat itu aku menjadi mainan pelepas nafsu Tuan Rama, melayaninya siang dan malam kapan pun ia inginkan. Hingga akhirnya aku hamil dan melahirkan anaknya dua kali. Dan Nyonya Sulis pun mendapatkan keuntungan besar dari bayi-bayi yang sudah ku lahirkan.Tetapi di kehamilan ketiga, sepertinya ia mulai bosan. Ia mulai memperbolehkan lelaki lain menikmati tubuhku, termasuk Tuan Reza kakaknya itu. Bahkan Tuan Rama tak berhenti meniduriku saat ia sudah menikah dengan gadis bernama Sarah.***Sampai hari ini aku melarikan diri bersama Non Sarah dan berencana menyelamatkan para wanita yang Menjadi tahanan Sulis. Tet
(Pov Sarah)Tubuh Sulis terus berputar di atas meja bundar itu, ia terus berteriak kesakitan, tetapi para wanita yang sebelumnya menjadi tahanannya malah terbahak menyaksikan penderitaannya."Mampus kau! Rasakan kesakitan itu!""Bagaimana jika kita bunuh saja dia?" "Jangan! Aku masih ingin melihat dia menderita,"Teriakkan para wanita itu begitu memekakkan telinga. Kini ruangan ini begitu sesak, dipenuhi dengan para wanita tahanan Sulis yang sebelumnya sudah di tahan di bangunan ini masih ditambah dengan tahanan yang dibawa dari ruang bawah tanah itu.Padahal aku ingin berbicara empat mata dengan Sulis, aku ingin bertanya dimana keberadaan anakku saat ini. Tetapi para wanita itu malah terus berteriak membuat kepalaku bertambah pusing saja.Aku pasrah terduduk di lantai dengan tatapan kosong menatap ke arah ibu mertuaku itu. Rasanya tubuh ini lelah sekali, aku ingin beristirahat walau hanya sebentar di tempat yang nyaman."Rah, kamu kenapa? Kok wajahmu pucat begitu?" Kak Dimas mengham
(Pov Sarah)"Emm, berarti benar dugaanku semalam yang menyiram bensin dan membakar tempat ini adalah anak buah Sulis untuk mengelabuhi kita," ucap Mbak Wati.Aku menoleh menatap wajahnya, "Jadi maksudmu kebakaran semalam itu di sengaja, Mbak?""Iya disengaja, karena aku melihatnya sendiri ada seseorang yang sengaja membakar tempat ini," jawab Mbak Wati.Ia pun menceritakan saat kami semua menyiksa Sulis, ia melihat ada seorang lelaki yang menyiramkan sesuatu ke sekeliling bangunan ini lalu lelaki itu melemparkan korek api hingga membuat api berkobar membakar tempat ini."Bisa jadi orang itu suruhan Rama dan Reza, licik juga ternyata mereka semua," sahut Kak Dimas."Sudahlah lebih baik kita pergi saja dari tempat ini, oh iya apa di antara kalian ada yang tahu jalan keluar dari hutan ini?" tanyaku pada para wanita tahanan."Aku tahu, tetapi kita akan menempuh perjalanan yang tidak sebentar," sahut seorang perempuan."Kamu yakin, kamu tahu jalan keluar dari hutan ini?" tanyaku lagi."Sep
(Pov Rama)Tepat pukul dua dini hari kami bersiap pergi meninggalkan rumah setelah Ibu mendapatkan telepon dari salah satu pengawalnya yang mengabarkan jika ada mobil polisi yang melaju ke arah rumah kami.Karena Ibu tidak ingin ada polisi yang menemukan bukti saat mereka menggeledah rumah kami, akhirnya kami membawa para tahanan wanita yang ada di ruang bawah tanah ke bangunan yang ada di tengah hutan. Katanya ia juga belum siap memberikan keterangan palsu pada aparat kepolisian, oleh sebab itu ia lebih memilih menghindar untuk sementara waktu.Menggunakan beberapa mobil Jeep dengan di kawal beberapa pengawal bersenjata lengkap, kami berangkat ke hutan menembus dinginnya udara malam. Beruntung para wanita itu tidak ada yang berani memberontak sehingga kami tidak perlu repot-repot memberi obat bius pada mereka.Namun, saat sampai di depan bangunan aku terkejut lantaran satu persatu pengawal Ibu di hajar oleh seseorang dari dalam bangunan itu."Sepertinya ada penyusup di dalam bangunan
(Pov Rama)Akhirnya Yoyok melakukan tugasnya, menyiramkan bensin yang sengaja kami simpan di mobil untuk cadangan ke area depan dan samping kanan bangunan, sementara kami mengawasi dari jauh sesuai dengan rencananya. Hingga tak lama kemudian api terlihat membumbung tinggi setelah Yoyok melemparkan korek api ke arah bangunan itu."Ayo, kita bergerak sekarang," bisik Bang Reza.Kami melangkah pelan sambil berjongkok, dapat kudengar para wanita itu saling berteriak menyuruh temannya yang lain untuk keluar.Akhirnya kami tiba di sebuah pintu samping kiri, yang mana pintu tersebut langsung tembus ke dalam kamar penjaga dan beruntung pintu ini hanya diketahui oleh para pengawal ibu saja jadi para wanita itu tidak akan tahu jika kami masuk ke dalam bangunan ini melewati pintu samping ini.Karena area samping kiri bangunan ini tidak tersentuh si jago merah, akhirnya kami pun berhasil masuk kedalam tanpa ada api yang menghalangi langkah kami.Ruangan ini sudah sesak oleh asap, bahkan pengliha
(Pov Rama)"Gak usah sok kuat kalian! Justru kalian yang harus menyerah dan kembali ke bangunan itu. Kalau tidak, kalian akan aku tembak!" balas anak buahku dengan suara lantang.Saat ini kami saling berhadap-hadapan dengan jumlah pasukan yang berbeda."Kami tidak takut! Ayo kita serang mereka!" teriak wanita tahanan itu.Kini adu tembak antara kedua kubu tak dapat terelakkan lagi, sementara anak buahku menyerang sambil berlindung di balik pohon besar dan mobil Jeep yang terparkir.Bahkan kulihat Dimas sedang mengangkat senjatanya berusaha menembakku dan Bang Reza. Sementara Sarah terlihat bersembunyi di bawah dashboard mobil, aku tahu ia pasti sangat kelelahan saat ini.Di luar dugaan, sambil menembak ternyata Dimas malah memundurkan mobil Jeepnya lalu berusaha menjauhi kami."Ayo maju! Kita harus kompak dan bunuh mereka semua!" teriak salah satu tahanan wanita dengan suara lantang.Lalu para wanita yang semula bersembunyi, berlari menyerang dengan lebih cepat dan lebih agresif lagi
"Mau pergi kemana kamu, hah?"Jantungku seolah berhenti berdetak saat menyadari Mas Rama telah berhasil menemukan tempat persembunyianku, padahal saat ini aku benar-benar lelah dan tidak ingin terus menerus bertarung seperti ini.Untuk beberapa detik kami saling memandang dalam diam."Ayo ikut aku!" tegas Mas Rama.Aku berusaha menepis cengkramannya beberapa kali tetapi ia malah semakin mempererat cekalannya lalu menarik tanganku dengan keras."Ayo ikut, Mas! Jangan berontak, Mas ini suamimu dan Mas tidak akan menyakitimu justru Mas merasa kasihan padamu, kita ke rumah sakit sekarang ya," ujarnya masih terus mencengkeram pergelangan tanganku."Suami kamu bilang? Suami macam apa yang tega menjual anak dan tubuh istrinya sendiri, hah?" teriakku pada Mas Rama.Cengkraman itu mendadak melonggar, ia menatapku tanpa berkedip mungkin ia tidak menyangka aku yang dikira tidak tahu apa-apa malah mengetahui semuanya."Apa maksudmu, Rah?""Kenapa? Kamu kaget, aku tahu semua ini?" ucapku sambil me
"Kamu mau bangun ya, sayang?" tanya Mas Rama seperti orang yang sedang mabuk obat-obatan.Ia membantuku untuk duduk meski ikatan itu masih mengikat kaki dan tanganku dengan kuat."Sini Mas bantu ya. Ini makan dulu, setelah itu minumlah obat ini ada antibiotik, vitamin dan obat-obatan lainnya agar rahimmu tidak pendarahan lagi. Mas, sudah mempersiapkan obat ini dari kemarin untuk berjaga-jaga jika Mas bertemu kamu dalam keadaan seperti ini sayang," ujarnya sambil menyodorkan plastik berisi beberapa roti dan juga satu plastik kecil berisi obat-obatan. Aku memandang roti dan obat-obatan itu sambil berpikir, saat ini aku memang membutuhkan makanan dan obat-obatan agar tubuhku kembali bertenaga dan rasa nyeri di bagian perut bawah ini hilang. "Makan dulu ya, Sayang."Dengan tatapan seperti orang mabuk ia menyuapkan roti selai cokelat itu kepadaku, tanpa pikir panjang aku pun membuka mulut lalu menggigit roti itu sedikit demi sedikit hingga habis.Setelah itu aku juga meneguk air mineral