Share

Bulan Madu Semu

Author: Eugene Dobois
last update Last Updated: 2024-05-06 14:47:34

“Ka-kamu ingin, se-sesuatu yang----" Wisnu tergagap, tidak dapat meneruskan perkataan, ia merasa gugup, mendengar permintaan istrinya.

Sebagai pria mengetahui, makna dibalik perkataan Winda itu. Lalu dengan cepat mengalihkan pembicaraan.

“Ooh, Roti Baguette, khas Perancis. Maksudmu, kan?” tebaknya asal.

Winda berdecak kesal. ‘Kenapa jadi roti sih?’ batinnya.

Wisnu langsung ngeloyor pergi, tanpa berani melihat istrinya lagi.

"Sayang!” panggil Winda, berjalan menghampiri, lalu menarik lengan suaminya, “Kamu ceroboh sekali!”

“Bawa ini.” Winda mengulurkan Black Card miliknya. ”Pake itu buat bayar kopinya. Passwordnya tanggal lahir aku.”

"Dan…Jangan lama-lama, ya,” bisik Winda di telinga Wisnu.

“I-iya.” Wisnu mengangguk canggung, buru-buru menerima kartu lalu keluar kamar.

Kemudian, Winda segera meraih kotak merah hadiah yang tergeletak di atas meja.

“Ini dari Lalisa. Apa ini isinya,ya?”

Winda membuka kotak itu. Terdapat sebuah botol kecil berukuran 30 ml berwarna perak dan secarik kertas kecil bertuliskan ‘Ramuan Cinta.’

“Hah, ramuan cinta?” Winda penasaran. Ia membaca dengan detail petunjuk penggunaan obat itu. “Lalisa, bestie sialan. Dia tahu saja, apa yang aku butuhkan,” Winda terkikik geli.

Lima belas menit kemudian, Wisnu muncul dengan aroma kopi panas yang menguar dari paper cup di tangannya.

“Sayang, akhirnya kamu kembali.” Winda menyambutnya dengan mesra.

Namun Wisnu tidak menghiraukan, berlalu begitu saja ke kamar mandi, meninggalkan Winda begitu saja.

“Awas aja kamu, sayang,” desis Winda kesal.

Diam-diam Winda, mengambil botol kecil berisi ramuan cinta. Kemudian, menuangkan empat tetes ramuan, ke dalam kopi milik Wisnu yang tergeletak di meja.

“Wisnu, Lihat saja malam ini kau akan bertekuk lutut padaku,” bisiknya.

Tidak lama kemudian, Wisnu mengambil kopinya tanpa curiga, lalu menegak habis kopi yang telah bercampur dengan ramuan cinta alias obat perangsang.

Sementara, Winda memperhatikannya dengan senyuman sinis. ‘Hm, coba lihat apa ramuan cinta itu benar-benar bekerja?’ batinnya.

Tiba-tiba Wisnu, merasakan sensasi aneh di tubuhnya. Ia mulai merasakan sensasi  aneh yang menjalar aliran darah.Beberapa bulir keringat halus, mulai tampak di keningnya.

“Ah, panas banget sih, di sini!” keluh Wisnu, melepas kemeja luarnya dengan kasar.

“Kamu kenapa sayang?” tanya Winda pura-pura tidak tahu.

“Entah kenapa, seluruh tubuhku terasa panas. Ah—“ desah Wisnu.

“Oh, mungkin itu efek kopi Perancis yang kamu minum,” seloroh Winda asal.  

“Aku nggak tahan, lagi!” guman Wisnu lirih. Lalu dengan cepat ia melepas semua pakainya, membuangnya ke lantai, begitu saja.

Winda tenganga melihat tubuh gagah Wisnu. “Oh my god!” pekiknya lirih.

Dengan senyuman nakal ia mendekat. Tubuh indahnya dibalut lingerie merah menyala membakar gairah. Tanpa aba-aba ia, langsung duduk diatas pangkuan Wisnu. tangannya mulai membelai tubuh atletis Wisnu.

"Hai, Tuan Suami yang terhormat," bisiknya menggoda. "Tampaknya, anda hanya bisa disembuhkan oleh sentuhanku?"

Wisnu menelan ludah, "A-apa maksudmu, Winda?" tanyanya cemas, dengan suara sedikit serak. Jantung Wisnu berdegup semakin kencang, tubuhnya menegang,

Ia tak mampu menolak godaan yang begitu manis di hadapannya. Dunia seakan berhenti berputar, seirama dengan alunan melodi gairah, yang mulai mengalun deras dalam darahnya.

"Kau milikku sekarang, Wisnu," bisik Winda di telinga Wisnu. "Tak ada jalan keluar untukmu. Selain tunduk padaku, sayang.”

Tanpa basa-basi, Winda mendaratkan bibirnya pada bibir Wisnu. Sentuhan bibirnya begitu lembut, penuh gairah, membangkitkan desiran panas dalam diri Wisnu Bramastya.

Sehingga, Wisnu pun tak kuasa menahan diri. Ia membalas ciuman Winda dengan penuh gairah, melumat bibirnya dengan penuh hasrat. Detik demi detik, gairah mereka kian memuncak.

Kamar mewah Hotel Le Meurice, menjadi saksi bisu penyatuan dua insan, yang dipaksakan ini.

Malam itu, tembok es yang dibangun oleh Wisnu telah runtuh. Tergantikan dengan desahan dan lenguhan dalam gairah membara.

Waktu terus berlalu, tanpa sadar pagi menyapa. Winda mencondongkan tubuhnya, membelai lembut pipi Wisnu dengan jemarinya.

"Kau benar-benar luar biasa, sayangku," bisik Winda. "Ternyata kau sangat perkasa,”

Mata Winda, berkilat penuh kepuasan saat menatap Wisnu, yang terbaring di sampingnya.

Sementara, Wisnu masih terlelap dengan rambut acak-acakan. Bukti bisu dari malam pertama mereka yang liar dan membara.

"Ah, Fina sedikit lagi...," gumam Wisnu lirih, tanpa sadar ia mengigau.

Winda tersentak kaget. "Hah? Fina?!"  Ia langsung memukul dada Wisnu dengan bantal.

Wisnu terbangun dengan binggung. "Apa-apaan kamu? Kenapa memukulku?" Pukulan itu membuat kantuknya langsung hilang seketika.

"Berani sekali kau menyebut wanita lain!" bentak Winda, memukul dada suaminya dengan keras.

"Winda, hentikan. Sakit!"  protes Wisnu.

"Siapa Fina!? Apa dia selingkuhanmu, hah?!" cecar Winda, hatinya diliputi rasa cemburu.

“Fi-Fina?” Wisnu kebingungan. Ia harus berpikir cepat untuk mengelak, jangan sampai Winda tahu, bahwa Fina adalah kekasihnya.

“O,oh. I-itu nama kucing peliharaan aku," elak Wisnu, gugup.

Winda memicingkan mata, "Sejak kapan, kau pelihara kucing?”

“Setahun lalu," kilah Wisnu, sedikit nyolot. “Nama panjangnya Fina Meong Wati,” imbuhnya asal bicara.

“Sudahlah! Aku mau mandi sekarang. Gerah!” elak Wisnu, langsung ngeloyor ke kamar mandi.

“Hah? Fina Meong Wati? Aneh sekali nama kucingnya?” Winda merasa janggal.

"Baiklah, aku coba mempercayai dia saat ini," desisnya. “Namun, jika si Wisnu berani selingkuh, kubunuh dia!”

Sementara Wisnu, di kamar mandi, merenungi segala perbuatannya. Entah mengapa, air mata mengalir dari pipinya. Kenangan indah  serta rasa bersalah terhadap Fina, kekasihnya, mulai menggerogoti hatinya.

"Fina, maafkan aku. Atas semua yang telah terjadi," rintihnya lirih. Wisnu membiarkan air pancuran shower menyembunyikan air matanya.

“Aku tak bisa lupakanmu, Fina,” rintihnya.

Bulan madu yang seharusnya indah, berubah menjadi mimpi buruk bagi Wisnu. Sentuhan Winda terasa hampa, tak mampu mengobati luka di hatinya.

Wisnu terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, dihantui rasa bersalah dan kerinduan pada Fina. Setiap hari bagaikan siksaan, tanpa harapan.

Di tengah keindahan Paris, hatinya membeku, terbelenggu dalam dilema cinta dan tanggung jawab.

Setelah, kembali dari bulan madu 2 minggu di Paris, Wisnu dihadapkan pada beban besar dari mertuanya. Tanggung jawab untuk memimpin, salah satu cabang perusahaan Adiyaksa Group di Bandung.

“Papa ini sudah tua, Wisnu. Dua tahun lagi, sudah saatnya pensiun,” ucap Edi Adiyaksa sambil menatap penuh harap pada menantunya. “Anak Papa cuma Winda dan menantu cuma kamu. Siapa lagi yang akan meneruskan bisnis ini. Jika bukan kalian.”

Wisnu hanya terdiam. Ia tak tertarik dengan bisnis keluarga Adiyaksa.

"Tapi saya--,” dalih Wisnu lirih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Terlarang Dosen Tampan   Intrik di Pulau Dewata

    Matahari Bali menyambut tim dengan hangat saat rombongan perusahaan Wisnu tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai. Suasana sibuk terasa di antara lima belas anggota tim, termasuk Wisnu, Fina, dan Pak Burhan, yang berbaris dengan koper-koper mereka. Wisnu, yang berjalan di depan dengan kacamata hitamnya, menoleh ke belakang memastikan semua orang siap.“Fina,” panggilnya dengan nada tegas. “Pastikan semuanya berjalan sesuai jadwal. Ini proyek besar, jangan sampai ada kesalahan.”“Siap, Pak,” jawab Fina sambil menyesuaikan tas selempangnya, meski di dalam hati ada tekanan yang tidak bisa ia abaikan. Tatapan tegas Wisnu selalu berhasil membuatnya merasa seperti seorang anak sekolah yang kena teguran.Wisnu menunjuk ke arah sebuah mobil Alphard putih yang parkir di depan. "Kamu ikut, dengan saya."Fina mencoba menolak dengan sopan. "Terima kasih, Pak Wisnu, tapi saya akan naik minibus dengan yang lain."Wisnu menatapnya tajam. “Saya tidak menerima penolakan, Fina. Cepat naik.”Akhirnya,

  • Rahasia Terlarang Dosen Tampan   Jerat Mengoda

    Wisnu melangkah maju, mendekatkan dirinya kepada Fina yang masih terpaku di tempat. “Aku tahu kau masih punya perasaan kepadaku, Fina,” ucap Wisnu dengan suara rendah, hampir seperti bisikan. “Kau bisa mencoba melarikan diri, tapi kau tidak bisa membohongi hatimu sendiri.”Fina menelan ludah, tangannya mencengkeram kuat pinggiran meja untuk menahan diri. Ia menggeleng cepat. “Pak Wisnu, saya mohon… ini tidak benar. Semuanya sudah—“ “Kenapa Fina? kau hanya takut mengakuinya? Kau tidak perlu takut padaku. Aku hanya ingin—“Namun, sebelum kata-katanya selesai.BLAK! Pintu ruangan tiba-tiba terbuka lebar, menggelegar seperti guntur. Kipli, OB baru yang disuruh membeli minuman, muncul tanpa mengetuk. Wajahnya polos, bahkan tampak ceria, ia melangkah masuk ke dalam ruangan direktur sambil membawa tas kresek hitam di tangannya. “Pak Wisnu! Kratindieng-nya kagak ada! Toko sebelah juga kagak jual. Adanya cuma Pocari ama Sprite!” teriak Kipli dengan nada santai, tanpa sadar bahwa ia baru saja

  • Rahasia Terlarang Dosen Tampan   Perasaan Terpendam yang Muncul

    "Kenapa kamu diam?" Wisnu berbisik pelan, suaranya berat dan menggoda. "Apa aku membuatmu tidak nyaman?"Fina menggigit bibir bawahnya, berusaha menenangkan gemuruh di dadanya. "S-saya hanya---“ Jarak di antara mereka begitu tipis, membuatnya kesulitan mengatur napas, dadanya naik-turun mencoba menguasai dirinya sendiri, namun sekujur tubuhnya terasa lemah di bawah tatapan Wisnu yang begitu intens.“Tolong...,” suaranya nyaris tak terdengar, bergetar di antara keraguan dan rasa yang tak bisa ia pahami. “Ini tidak benar.” Udara di antara mereka terasa berat. Setiap tarikan napas, membawa mereka semakin dekat.Wisnu tertawa kecil, suara rendahnya bergaung di ruang kantor yang kini terasa terlalu sempit dan intim.Kamu tahu, Fina," katanya sambil mempersempit jarak. Napas hangatnya menyapu lembut di leher Fina, membuat kulitnya merinding. "Ada sesuatu yang aku ingin katakan padamu..." Wisnu berbisik, suaranya pelan, nyaris tak terdengar."P-pak Wisnu... ini... tidak seharusnya." Fina men

  • Rahasia Terlarang Dosen Tampan   Drama Di Kantor

    Saat melihat Fina meninggalkan ruangan divisi marketing, para seniornya menyeletuk sinis, "Lihatlah, si sok tau itu!"“Coba lihat, dia. Pasti mau cari perhatian lagi ke Pak Wisnu."Hati Fina semakin merasa perih mendengar celetukan itu, tapi ia berusaha untuk tidak mempedulikannya. Fina terus mempercepat langkahnya ke ruangan direktur.Fina tiba di ruangan Wisnu dengan napas tersengal-sengal, membawa sejumlah besar dokumen tercetak yang diminta. Dia merasa seperti dipermainkan oleh keadaan, tergesa-gesa karena panggilan tak terduga itu.Wisnu duduk di balik meja, wajahnya tegang namun tak terbaca ekspresinya dengan jelas.“Fina, cepat duduk. Aku butuh dokumen untuk event ini segera."Fina menyerahkan dokumen dengan hati-hati. "Ini dokumen yang diminta, Pak Wisnu."Wisnu, periksa dengan cepat tumpukan dokumen itu. Dahinya berkerut. “Kenapa data para sponsor dan finansialisasi belum selesai?”“Kamu ini apa-apaan, sih! Padahal event sudah semakin dekat! Dan data harus segera aku laporka

  • Rahasia Terlarang Dosen Tampan   Kecurigaan Mencuat

    ‘Akan aku buat kalian menyesal telah menghinaku, para senior!’ Tekad Fina.Udara di divisi marketing terasa panas dan penuh tekanan. Fina mengepalkan tangannya erat, di bawah meja. Kata-kata hinaan para seniornya masih terngiang di telinganya."Tidak bisa dibiarkan," bisiknya. Api mulai bergelora di hatinya. Dalam diam, Fina tidak terima diperlakukan seperti ini."Aku tidak akan membiarkan mereka menginjak-injak harga diriku lagi," bisiknya pelan. Ia siap menghadapi apa pun yang datang.Di saat yang sama, Wisnu, sang CEO, merasakan keanehan di kantornya. Saat kembali ke ruangannya, ia melihat kehadiran petugas kebersihan dan AC yang tidak biasa berkeliaran. Wisnu mengamati, para petugas itu mengenakan pakaian jumpsuit hitam, topi pet hitam, dan handy talky terselip di pinggang. Ada sekitar enam sampai tujuh orang, dengan badan tegap dan terlalu kekar untuk ukuran seorang kuli servis AC.Wisnu mengerutkan kening. Feelingnya yang tajam mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. "Ada ap

  • Rahasia Terlarang Dosen Tampan   Kecurigaan

    Winda menemukan foto lama Wisnu yang tampak mesra dengan seorang wanita muda di dalam laci meja kerja suaminya. Wajahnya memerah, hatinya dipenuhi kecurigaan, cemburu, amarah, dan tanda tanya. "Siapa wanita ini?" gumamnya dengan suara bergetar, matanya menatap tajam pada foto itu seolah-olah berharap mendapatkan jawaban.“Sialan, Wisnu! Sebenarnya kau pria seperti apa?” geramnya.Gejolak emosi mulai merambat mengusai hati Winda Adiyaksa. “Aku tidak bisa membiarkan hal ini---“Dering telepon genggam nyaring berbunyi, “Sh*t!” umpat Winda. Ia pun segera mengangkat panggilan yang ternyata dari Bu Rudi Budiman, salah satu kelompok sosialitanya.“Pagi Jeng Winda, kenapa belum sampai di Hotel? Kami sudah menunggu anda, Jeng” ucapnya dari seberang telepon.“Oh maaf, saya agak telat datang. Karena ada sedikit urusan. Tapi tenang saja Jeng Rudi, saya akan segera OTW ke sana,” balas Winda ramah.“Baiklah, Jeng Winda. Kami tunggu kedatangannya, ya…. Karena kalo tidak ada Jeng Winda, rasanya kuran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status