Share

Rahasia Yang Terungkap
Rahasia Yang Terungkap
Author: El Hawra

Prolog

Author: El Hawra
last update Last Updated: 2025-08-07 17:58:15

Hujan deras mengguyur New York malam itu. Lampu-lampu kota memantul di kaca besar mansion keluarga Sir Nathan Wilson.

Nina sedang menerima panggilan telepon dari Nathan yang masih berada di kantor. Dia sendiri jarang masuk kantor, terlebih setelah mempunyai bayi, Nina ingin fokus pada sepasang bayi kembarnya. Sehingga urusan kantor Nithanny, ia serahkan pada Emily asisten terpercayanya dan team C-level.

“Nathany apa rapatnya sudah selesai?”

“Iya my love, baru saja selesai, ini aku sedang bersiap-siap untuk pulang. Anak-anak gimana, sayang? Gak rewel, kan?”

“Semuanya baik-baik saja, Nathany. Ollie juga sudah nggak rewel lagi. Sepertinya pengasuh baru pengganti Hanna cukup bisa diandalkan.”

“Syukurlah. Jadi kamu dan Lara nggak kerepotan. Oke, honey, aku beres-beres dulu, love you.”

Sementara itu, di kamar bayi, suara napas halus terdengar dari dua boks kecil. Oliver dan Olivia, bayi kembar Nina dan Nathan yang berusia dua tahun, tidur nyenyak dengan kalung safir biru mungil di leher mereka.

Mayra, pengasuh baru Oliver yang baru seminggu bekerja, menepuk lembut boks bayi itu. Senyumnya ramah, tapi matanya sulit dibaca.

“Bagaimana Ollie, Mayra?” tanya Nina yang baru masuk ke kamar bayi, lalu mendekati boks putranya, Oliver.

“Sudah tidur, nyonya,” jawab pengasuh baru itu sopan.

Nina tersenyum sambil mengelus pipi putranya.

“Aku sangat bersyukur bisa segera mendapatkanmu, Mayra. Hanna cuti sangat mendadak, Lara sedikit kerepotan harus mengurus dua bayi sekaligus.”

Mayra tersenyum tipis. "Saya senang bisa membantu, Nyonya Wilson."

Di sisi lain kamar, Lara, pengasuh Olivia, merapihkan botol susu. "Dia cepat sekali adaptasinya. Sepertinya, memang cocok kerja di sini."

Nina mengangguk lega. Ia mendekati boks Olivia, dan mengelus wajah putrinya sambil tersenyum.

"Syukurlah… Semuanya bisa cepat teratasi. Aku mau menyiapkan makan malam, sebentar lagi suamiku pulang.”

Nina mencium kedua bayinya lalu bergegas ke ruang makan, dia memang terbiasa menyiapkan sendiri makan malam untuk Nathan, meskipun di sana ada pelayan.

“Aku juga mau mencuci botol-botol susu dulu. Mayra, tolong jaga Olivia juga, ya,” ujar Lara, pengasuh Olivia.

“Baik,“ respon Mayra siap.

Begitu Lara ke luar dan pintu menutup, Mayra menarik napas dalam-dalam. Jemarinya menyentuh benda kecil di sakunya—perangkat seukuran USB, lampu indikatornya berdenyut pelan. Ia menempelkan earpiece tipis ke telinganya.

"Perangkat sudah terpasang di ruang servis," bisiknya pelan.

"Bagus," jawab suara berat di ujung sana. "Hitung mundur lima detik. Siap-siap.”

“Siap, Ayo kita mulai,” jawab Mayra sigap.

Lima… empat…tiga… dua… satu...

Lampu indikator kamera mati serentak. Monitor di ruang kontrol mansion memerah singkat, lalu beku. Pintu samping berbunyi klik, membuka otomatis. Dua pria bertopeng masuk, cepat dan hening.

Tangis Oliver pecah saat Mayra mengangkatnya. Olivia ikut menangis.

Lara yang mendengar segera menuju ruang bayi. "Mayra? Ada apa?"

"Dia rewel sedikit," jawab Mayra datar, sambil menepuk pelan punggung Oliver.

Lara mendekati Olivia yang gelisah dan ikut menangis. Ia sibuk menenangkannya. Saat itulah Mayra menyerahkan Oliver ke pria bertopeng. Tangis bayi makin keras.

Langkah tergesa-gesa terdengar di lorong. Nina datang dengan tergopoh-gopoh. "Ada apa ini?!"

Lara panik. "Aku nggak tahu! Oliver—"

Tapi boks Oliver sudah kosong. Mayra lenyap. Alarm meraung saat sistem pulih, pintu samping terkunci otomatis. Rekaman terakhir hanya menampilkan lorong kosong.

"OLLIE… OLIVER…!!" Jerit Nina menggema di seluruh rumah. Lara memeluk Olivia yang menangis keras, wajahnya pucat.

*Cut Scene – Markas Victor*

Di sebuah ruangan gelap, seorang pria berdiri membelakangi jendela besar. Victor. Ia menggendong bayi yang menangis pelan—Oliver.

Victor menyentuh kalung safir biru di leher bayi itu, bibirnya melengkung dingin.

"Nina, kalau aku tidak bisa menghancurkanmu langsung… maka darah dagingmu sendiri yang akan melakukannya, haha…”

Lelaki itu tertawa pelan, wajahnya dingin, sirat matanya tajam penuh dengan dendam dan kebencian.

*Time Skip – 20 Tahun Kemudian (London)*

Hujan tipis membasahi jalanan sempit London. Seorang pria muda berjalan pelan di gang gelap, langkahnya mantap. Pedro. Mata hijau kecoklatan, dingin, rambut cokelat terang berantakan. Wajah rupawan, masih tersirat aura bangsawan—meski kini di balut dengan kebengisan.

Dua pria bertubuh besar menunggunya. "Kau telat," kata salah satunya sinis.

Pedro mengangkat alis, lalu tersenyum tipis. Dalam sekejap, pisau lipatnya menempel di leher pria itu, lelaki itu pun roboh dengan leher bersimbah darah.

"Jangan bicara soal waktu denganku," ujarnya dingin.

Pria lainnya gemetar, menyerahkan koper. Pedro memeriksa cepat. "Bagus." Ia berbalik pergi.

Di ujung gang, sebuah mobil hitam menunggu. Di dalamnya, Victor tersenyum puas sambil menyalakan cerutunya.

"Anak itu sempurna," gumamnya pelan. "Tinggal satu langkah lagi sebelum ia menuntaskan dendamku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 4. Kehangatan Di Mansion Nathan (flashback 1)

    “Dad, Mom…Aku sudah dengar semuanya,” ujar Olivia tiba-tiba. Gadis itu melihat kepada kedua orang tuanya dengan tatapan bingung dan menuntut penjelasan.Nathan dan Nina tersentak, mereka larut dengan emosi dan perasaan sakit akan luka masa lalu, sehingga tidak menyadari kedatangan putri mereka yang memang sedang ditunggu.Nathan segera berdiri mendekati putrinya, dia mencium kening Olivia dan menuntut gadis itu untuk duduk, sedangkan Nina menunduk menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, tangisnya sudah terhenti tapi dia belum bisa bicara apa-apa, masih terlihat sesenggukan.“Dad, Mom. Mengapa kalian menyembunyikan rahasia besar ini padaku? Mengapa kalian tidak mau menceritakannya? Apakah kalian tidak menganggap aku ada di keluarga ini?”Olivia melontarkan sederet pertanyaan yang membuat Nathan dan Nina terkejut. Nathan segera menjawab pertanyaan putrinya, dia menjadi serba salah.“Tidak sayang, bukan begitu, maksud kami….”“Lalu mengapa aku tidak boleh tahu kalau aku punya saud

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 3. Luka yang Belum Sembuh

    Midtown Manhattan, New YorkSore itu, Nina dan Nathan baru saja kembali dari kantor, mereka bercengkrama di ruang keluarga sambil menunggu Olivia pulang. Sejak peristiwa kelam yang menimpa mereka dua puluh dua tahun silam, mereka memutuskan untuk tinggal di sebuah penthouse mewah di Midtown. Setelah kehilangan putranya, Nina mengalami syok hebat dan trauma yang berkepanjangan, hingga memerlukan bantuan teraphy dari psikolog. Dan atas saran psikolog juga, akhirnya Nathan dan Nina meninggalkan mansion mewahnya di Upper East Side dan memilih tinggal di sebuah penthouse mewah di Midtown, yang dekat dengan kantor Nathan. Selain itu, Nina juga memindahkan kantor pusat Nithany dari Financial District ke Midtown, di gedung yang sama dengan penthouse mereka. Sehingga lebih aman untuk membesarkan putri mereka.“Nathany, nggak terasa ya, Livy sudah 24 tahun,” ujar Nina sambil memberikan secangkir teh hangat untuk Nathan.“Iya, honey. Rasanya baru kemarin kita menikah, tahu-tahu anak-anak suda

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 2. Misteri Kalung Safir Biru

    Pedro berjalan menyusuri koridor markas yang sepi, berkas misi itu masih tergenggam di tangannya. Langkahnya berhenti di ruangannya sendiri. Ia menjatuhkan diri ke kursi, menatap foto Nina di meja. Matanya kembali kepada kilau safir di leher perempuan itu. Ia mengangkat tangannya, tanpa sadar menyentuh bagian dadanya sendiri—tempat kalung yang selalu tersimpan di bawah pakaian. Ia menariknya keluar: liontin safir tua, sedikit tergores, tapi bentuknya identik dengan yang ada di foto.Pedro membalik liontin itu perlahan. Di baliknya, terukir samar satu kata: O’Meisceall.Jantung Pedro berdetak keras. "Apa...?" bisiknya pelan, matanya membelalak, napasnya tercekat.Tiba-tiba pintu diketuk, Marcus masuk. Sejenak ia terdiam memperhatikan boss sekaligus sahabatnya itu. “Belum pulang, Pedro?” tanya Marcus sambil duduk di sofa. Pedro menghela napas, alih-alih menjawab dia balik bertanya. “Apa Victor sudah balik?”“Sudah, baru saja,” jawab Marcus, tatapannya masih lekat pada sosok yang suda

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 1. Misi yang Rumit

    Londons DocklandsHujan tipis menetes di dermaga London yang sunyi. Lampu gudang tua berpendar redup, menyorot sosok tegap yang berdiri mematung. Pedro, 24 tahun, tampan, nyaris sempurna—garis wajah tegas warisan sang ayah, mata kehijauan tajam khas keluarga O’Meisceall, dan rambut coklat terang berkilau basah di bawah lampu jalan.Ketampanannya memancarkan aura bangsawan, tapi tatapan dinginnya mematikan, mencerminkan didikan keras dunia kelam.'Berapa banyak darah lagi yang harus kutumpahkan?' Pedro membanthin. Malam ini dia kembali akan memimpin misi berdarah yang ditugaskan oleh Victor. Nama yang selalu membawa tekanan. Sebuah nama yang disembah dengan ketakutan, tapi tak pernah dipahami siapa sosok di baliknya.Sore tadi Victor memanggil Pedro. Seperti biasa, ia duduk santai di kursi kulit, jari-jarinya mengetuk ringan permukaan meja, nada yang selalu menandakan pikirannya sedang menghitung sesuatu."Target bergerak malam ini," suara Victor terdengar dalam, tenang namun menusuk.

  • Rahasia Yang Terungkap   Prolog

    Hujan deras mengguyur New York malam itu. Lampu-lampu kota memantul di kaca besar mansion keluarga Sir Nathan Wilson.Nina sedang menerima panggilan telepon dari Nathan yang masih berada di kantor. Dia sendiri jarang masuk kantor, terlebih setelah mempunyai bayi, Nina ingin fokus pada sepasang bayi kembarnya. Sehingga urusan kantor Nithanny, ia serahkan pada Emily asisten terpercayanya dan team C-level.“Nathany apa rapatnya sudah selesai?”“Iya my love, baru saja selesai, ini aku sedang bersiap-siap untuk pulang. Anak-anak gimana, sayang? Gak rewel, kan?”“Semuanya baik-baik saja, Nathany. Ollie juga sudah nggak rewel lagi. Sepertinya pengasuh baru pengganti Hanna cukup bisa diandalkan.”“Syukurlah. Jadi kamu dan Lara nggak kerepotan. Oke, honey, aku beres-beres dulu, love you.”Sementara itu, di kamar bayi, suara napas halus terdengar dari dua boks kecil. Oliver dan Olivia, bayi kembar Nina dan Nathan yang berusia dua tahun, tidur nyenyak dengan kalung safir biru mungil di leher mer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status