Home / Romansa / Rahasia di Rumah Kos / bab 2 : Pertahanan yang Runtuh

Share

bab 2 : Pertahanan yang Runtuh

Author: juliantara
last update Last Updated: 2025-12-03 01:04:00

Eko menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya yang hampir hilang. Godaan itu begitu nyata, begitu dekat. Namun, bayangan Herman dan rasa bersalah yang tiba-tiba menyergap memaksanya untuk berkata.

"Tidak, Bu... Yanti. Kita tidak boleh," ucap Eko dengan suara serak, sambil mencoba menarik tubuhnya mundur sedikit. Tangannya yang tadi memeluk erat, kini melunak. "Ini... ini salah."

Yanti terkejut. Matanya yang tadi berkaca-kaca kini memancarkan cahaya berbeda—sebuah keberanian yang nekat. "Salah?" bisiknya, sinis. "Apa yang lebih salah dari pernikahan yang hanya menyisakan bentakan dan penghinaan?"

"Ibu sedang emosi. Kamu akan menyesali ini nanti. Kita bisa selesaikan ini ketika kamu sudah lebih tenang," bantah Eko, mencoba berdiri dari sofa.

Namun, dengan gerakan yang lincah, Yanti justru mendekatkan diri lagi. Tangannya yang halus mencegah Eko untuk pergi, menahannya di tempat duduk.

"Jangan pergi, Ko," desaknya, suaranya lembut namun penuh arti. "Aku tidak sedang emosi. Aku... aku sangat sadar dengan apa yang aku lakukan."

Sambil berkata demikian, jari-jari Yanti mulai berpetualang. Bukan lagi di bahu, tapi melingkar perlahan di leher Eko, seperti seorang pemain biola yang memetik senar sebelum pertunjukan dimulai. Eko menegang, napasnya kembali memburu.

"Bu, tolong..." protes Eko, tapi suaranya lemah, tidak meyakinkan.

"Sudah kubilang, panggil aku Yanti," katanya. Kemudian, dengan sebuah keberanian yang mungkin didorong oleh keputusasaan, dia mendekatkan bibirnya ke telinga Eko. Napasnya yang hangat membuat Eko merinding. "Aku lelah jadi 'istri' yang selalu disalahkan. Untuk sekali ini, ijinkan aku jadi... Yanti. Izinkan aku menjadi seorang wanita."

Godaan itu datang bertubi-tubi. Eko memejamkan mata, berusaha membangun benteng pertahanan terakhir. "Bagaimana kalau orang akan tahu... suamimu, Herman—"

"Nama itu jangan kau sebut di sini!" potong Yanti sedikit kasar, tapi kemudian kembali berbisik lembut. "Dia tidak akan pernah tahu. Aku akan jadikan ini rahasia kita. Bantu aku. Izinkan aku sekali ini saja menjadi wanita, bukan sebagai istri, tapi sebagai Yanti."

Sebelum Eko bisa berkata-kata lagi, Yanti sudah mengambil langkah final. Dia mengambil tangan Eko yang mengepal dan dengan perlahan, sangat perlahan, menempatkannya pada lengkung tubuhnya yang hangat dan berisi di balik daster tipis itu.

Sentuhan itu seperti sengatan listrik.

Benteng Eko runtuh seketika.

"Yanti..." gumamnya, dan kali ini, tidak ada lagi penolakan dalam nada bicaranya. Hanya ada sebuah penyerahan, sebuah pengakuan akan kekalahan yang manis.

Dia tidak lagi melawan. Nafsu yang telah ia bendung akhirnya meluap. Ciuman yang tadi terputus kini disambung kembali dengan intensitas yang lebih menggila. Ego, logika, dan rasa takut—semuanya lenyap ditelan gelora yang hanya memikirkan tentang wanita di pelukannya saat ini.

Dunia di luar ruang tamu itu tidak lagi ada. Hanya ada mereka, sofa, dan kegilaan yang mereka pilih untuk diterjunkan bersama-sama.

"Kita sudah melangkah terlalu jauh untuk berhenti sekarang, Ko," bisik Yanti di dekat telinganya, napasnya hangat dan menggoda. "Aku tidak mau kamu berhenti."

Sekarang, Eko benar-benar tak berdaya. Nalar dan moralnya kalah telak. Nama "Herman" yang tadi mengintai di pikirannya, kini menghilang bagaikan kabur.

Eko menemukan keberanian baru. Tangannya, yang tadi gemetar, kini mulai menjelajah dengan lebih percaya diri. Dia menemukan resleting di punggung Yanti, dan dengan satu gerakan lancar, daster itu meluncur ke lantai.

Di hadapannya sekarang, berdiri Yanti dalam segala kerapuhan dan kecantikannya. Di ruang tanmu yang sunyi siang itu, tubuhnya terpampang jelas—sebuah mahakarya yang terluka. Eko memandangnya, bukan dengan nafsu buta semata, tapi dengan sebuah rasa kagum yang mendalam. Inilah wanita yang selama ini di sia – siakan oleh herman.

Yanti membiarkan dirinya dipandang, sebuah keberanian terakhirnya. "Jangan lihat aku dengan kasihan," bisiknya, suara bergetar.

"Aku tidak," bantah Eko dengan jujur, tangannya mulai menyentuh kulit halus Yanti. "Aku melihatmu... sebagai seorang wanita."

Kalimat itu seperti mantra. Yanti menutup mata, menyerahkan diri sepenuhnya pada momen ini. Eko membawanya turun ke sofa. Dunia seakan menyempit hanya pada ruang itu, hanya pada dua tubuh yang saling mencari kehangatan dan pelarian.

Saat Eko masuk ke dalam dirinya, Yanti mengeluarkan desahan panjang—campuran antara rasa sakit, lega, dan sebuah pembebasan. Untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, dia merasa didengarkan, diinginkan, dan menjadi pusat dari semesta seseorang. Tangannya mencengkram punggung Eko, menariknya lebih dalam, seakan takut momen ini akan berlalu.

Eko, yang terhanyut oleh gelombang kenikmatan dan emosi yang tak terbendung, menemukan dirinya kehilangan semua kontrol. Di puncak kenikmatannya, sebuah nama terucap dari bibirnya, "Yanti...", sebuah doa, sebuah pengakuan, sebuah titik di mana dia tak bisa lagi membedakan antara nafsu, kasihan, dan sesuatu yang lebih dalam.

Dan Yanti, yang mendengar namanya disebut dengan penuh gairah seperti itu, hanya bisa merespons dengan erangan lembut, menyerahkan seluruh dirinya pada arus yang membawa mereka berdua hanyut.

Beberapa jam kemudian, ketika dinginnya lantai membekukan kesadaran mereka kembali, Eko terbangun dari kemabukannya. Dia memandangi wanita yang tertidur lelap di pelukannya. Di saat sunyi itu, hanya ada satu pertanyaan yang menghantam jiwanya: "Apa yang telah kita lakukan?" Dan pertanyaan itu terasa lebih menakutkan daripada semua konsekuensi yang bisa ia bayangkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia di Rumah Kos   bab 7 : Pertemuan yang Tidak Bisa Ditolak

    Yanti menatap lelaki itu dengan mata membesar. Jantungnya seperti berhenti sesaat begitu menyadari siapa yang berdiri di depannya.Rudi.Tetangga depan rumah.Teman dekat Herman.Orang terakhir yang ingin ia temui dalam keadaan seperti ini.Mereka berdiri di sudut warung kopi kecil yang sepi, hanya ada satu lampu redup menggantung di atas kepala. Suasana pagi masih dingin, tetapi tengkuk Yanti terasa panas.“Jadi… kamu orangnya,” bisik Yanti, suaranya nyaris bergetar.Rudi hanya mengangguk pelan. Wajahnya tenang—terlalu tenang untuk seseorang yang memegang rahasia sebesar itu.“Yanti," katanya perlahan, "kalau aku memang mau ngasih tahu semua ke Herman… aku gak mungkin ngajak kamu ketemu. Aku tinggal kirim fotonya, selesai.”Yanti menelan ludah. Tangannya tanpa sadar meremas bagian bawah tasnya.“Lantas… apa yang kamu mau, Rud?” Nada paniknya muncul. “Kamu mau uang? Atau kamu mau… ngancam aku? Kamu mau aku hancur?”Rudi menghela napas panjang, seperti kesal karena Yanti tidak paham ma

  • Rahasia di Rumah Kos   bab 6 : Bayangan Dari Sebuah Rahasia

    Eko akhirnya menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih belum stabil. Yanti menatapnya, matanya masih hangat, masih penuh sisa-sisa keterikatan dari momen yang baru saja mereka lewati.“Ko… kamu yakin nggak mau istirahat dulu di sini?” suara Yanti lembut, tapi ada sedikit nada menahan.Eko menggeleng pelan.“Kalau saya nginap, nanti malah makin gila, Bu,” ucapnya sambil tersenyum lemah. “Lagipula… bahaya. Bu Yanti juga tau.”Yanti memandangnya lama, seolah ingin menyimpan wajah Eko dalam ingatan.Ada sedikit kecewa, sedikit rindu, tapi juga pengertian. Hubungan terlarang seperti ini memang tidak memberi ruang terlalu banyak untuk kelembutan yang terang-terangan.“Baiklah,” kata Yanti akhirnya, meski jelas ia ingin berkata sebaliknya. “Hati-hati pulang.”Eko hanya mengangguk. Tangannya sempat ingin menggenggam tangan Yanti, tapi ia menahan. Ia tahu, kalau ia menyentuhnya lagi, semuanya akan kembali terbakar.Dia keluar dari rumah Yanti dengan langkah berat—b

  • Rahasia di Rumah Kos   bab 5 : Malam yang Mengundang Bahaya

    Eko hanya terdiam, seolah otaknya kehilangan kemampuan untuk memutuskan harus bereaksi bagaimana. Napasnya nyaris tak terdengar, seperti tubuhnya menahan hidup-hidup semua detik yang lewat.Yanti berdiri di depannya—terlalu dekat… terlalu hangat… terlalu berbahaya.Godaan itu bukan lagi sekadar getaran samar; sekarang ia terasa seperti gelombang yang menampar pertahanan Eko satu per satu. Dan pertahanan itu jelas… sudah di ujung tanduk.“Ko…” bisik Yanti sambil mengangkat dagu Eko dengan dua ujung jarinya. Sentuhannya lembut, tapi efeknya mematikan.“Kamu nggak sadar ya… tatapan kamu dari tadi bikin aku gila.”Eko buru-buru menunduk. Pipinya langsung panas. Sekarang dia tahu—ternyata sejak tadi Yanti sadar betul ia memperhatikan setiap lekuk tubuhnya.“B-bu… saya nggak—”Yanti tidak memberinya ruang untuk lari. Dia maju setengah langkah saja, tapi cukup membuat dada Eko seperti kena hantaman listrik.“Kamu selalu bilang takut… bilang ini salah…” Mata Yanti terkunci pada matanya, lama…

  • Rahasia di Rumah Kos   bab 4 : Langkah yang Terlambat Untuk Mundur

    Eko berdiri kaku di ambang pintu, jantungnya berdegup kacau.Yanti tersenyum samar, langkahnya pelan… hampir seperti melayang.“Masuk dulu, Ko… malam dingin.”Nada suaranya lembut, bukan memaksa—lebih seperti ajakan yang hangat.Eko menelan ludah, lalu melangkah masuk. Bau harum tubuh Yanti langsung memeluknya.Di ruang tamu, hanya lampu kecil yang menyala, menciptakan bayangan lembut di wajah Yanti.Dia duduk di sofa, menepuk tempat di sampingnya.“Aku cuma… butuh ditemani.”Eko ragu, tapi dia duduk juga. Bahu mereka saling bersentuhan.Yanti merapikan rambutnya ke belakang telinga, gerakannya pelan… namun fatal.“Ko,” katanya lebih pelan lagi. “Tadi siang… kamu nggak bohong kan? Kamu beneran suka?”Eko menoleh. Jarak mereka terlalu dekat.Dalam hati Eko berteriak untuk pergi, tapi bibirnya hanya bisa bergumam:“Bu… jangan tanyain itu malam-malam begini… saya bisa kebablasan.”Yanti tersenyum kecil, mata menunduk.“Aku nggak akan marah kalau kamu kebablasan, Ko.”Pintu tertutup perla

  • Rahasia di Rumah Kos   bab 3 : Panggilan tengah Malam

    Setelah beberapa saat terbaring dengan tubuh Yanti dalam pelukannya, rasa bersalah mulai merayapi pikiran Eko.“Ya Tuhan… apa yang sudah aku lakukan? Aku baru saja meniduri istri orang lain…”Dada Eko terasa sesak. Dalam hatinya ia ingin segera pergi dari tempat itu, menjauh sebelum semuanya semakin salah. Namun lembutnya kulit Yanti… aroma tubuhnya yang hangat… semua itu membuat langkahnya seolah terkunci. Sulit untuk berpaling. Sulit untuk pergi.“Kenapa, Ko?” suara Yanti terdengar pelan, namun menggoda. “Apa kamu nggak senang? Atau… kamu nggak puas sama aku? Apa aku terlalu tua buat jadi selera kamu?”Eko langsung menggeleng. “Oh, tidak, Bu… bukan begitu. Kamu—kamu sangat memuaskan. Bahkan… kamu luar biasa tadi.”Ia menelan ludah, memalingkan wajah. “Cuma… aku rasa kita nggak boleh lakuin ini lagi.”Ia tak berani menatap Yanti. Karena setiap kali matanya bertemu milik perempuan itu, kekuatannya runtuh.Yanti menarik napas panjang, lalu perlahan melepaskan diri dari pelukannya. “Bai

  • Rahasia di Rumah Kos   bab 2 : Pertahanan yang Runtuh

    Eko menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya yang hampir hilang. Godaan itu begitu nyata, begitu dekat. Namun, bayangan Herman dan rasa bersalah yang tiba-tiba menyergap memaksanya untuk berkata."Tidak, Bu... Yanti. Kita tidak boleh," ucap Eko dengan suara serak, sambil mencoba menarik tubuhnya mundur sedikit. Tangannya yang tadi memeluk erat, kini melunak. "Ini... ini salah."Yanti terkejut. Matanya yang tadi berkaca-kaca kini memancarkan cahaya berbeda—sebuah keberanian yang nekat. "Salah?" bisiknya, sinis. "Apa yang lebih salah dari pernikahan yang hanya menyisakan bentakan dan penghinaan?""Ibu sedang emosi. Kamu akan menyesali ini nanti. Kita bisa selesaikan ini ketika kamu sudah lebih tenang," bantah Eko, mencoba berdiri dari sofa.Namun, dengan gerakan yang lincah, Yanti justru mendekatkan diri lagi. Tangannya yang halus mencegah Eko untuk pergi, menahannya di tempat duduk."Jangan pergi, Ko," desaknya, suaranya lembut namun penuh arti. "Aku tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status