Mentari bersinar dari balik gorden yang masih tertutup rapat. Kedua insan yang tidur sambil berpelukan itu tampak tidak terganggu sama sekali dengan jam yang mulai tinggi. Begitu nyaman berpelukan dengan selimut yang menutupi tubuh telanjang keduanya.
Amora mengerjap beberapa kali meminta kesadarannya muncul, bersamaan dengan matanya yang sudah mulai fokus. Dia tertegun menatap dada bidang tepat di hadapannya. Mengangkat mata perlahan, dengan deru napas yang beradu, matanya melebar seketika.Pria ini Bara.Bukan suaminya, Sean.Seolah kewarasan dan suasana normal mulai menyelimuti, ia terpekik dari tempatnya. Melepas paksa tangan yang melingkar di perutnya, lalu bergerak bangun dengan terburu-buru. Bersamaan dengan itu, Bara mulai terusik dalam tidurnya.Oh Tuhan! Ini salah, apa yang dilakukannya bersama Bara ini salah besar. Dia telah mengkhianati 3 tahun pernikahannya dengan Sean.Sekelebat wajah Sean yang tersenyuSean menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya, ia pusing bukan main. Memikirkan kejadian semalam yang membuatnya hampir saja lepas kendali meniduri Valerie, mengingat hal tersebut ia merasa bersalah kepada Amora.Aneh, ia begitu merasa bersalah pada Amora, padahal istrinya sendiri yang memintanya untuk meniduri dan segera menghamili wanita murahan itu.Tetapi entah kenapa, dia merasa seperti akan mengkhianati Amora jika terlalu lama bersama perempuan itu. Entah apa yang dimiliki oleh Valerie, sehingga membuatnya hampir saja lepas kendali semalam.Tentu saja pesonanya.Ya, Sean menyadari seberapa besar pesona wanita itu. Hanya karena tampilan yang sedikit berbeda dan rayuan murahannya ia hampir saja tergoda. Ah, bukankah wanita itu memang seorang jalang? Pantas saja dia begitu ahli merayu.Sean segera mewanti-wanti dirinya, dia tidak boleh sampai terjatuh lagi dalam rayuan perempuan itu. Valerie sangat berbahaya, dia h
Sean diliputi amarah yang begitu besar. Marah kepada Amora yang begitu mudahnya melontarkan ancaman kepadanya, dan marah kepada Valerie karena semenjak perempuan itu masuk ke dalam hidupnya dan Amora. Keduanya kerap kali bertengkar yang itu-itu saja permasalahannya.Begitu mudahnya Amora memintanya untuk menghamili perempuan murahan itu, sedangkan Sean sendiri begitu jijik dengan Valerie. Apalagi sekarang dia diminta untuk tinggal bersama perempuan itu. Oh God! Sean bisa gila.Baru saja dia keluar dari tempat beristirahat setelah merasa pening dengan segala masalah yang ada, dia kembali dikejutkan dengan sesuatu. Perempuan yang sejak tadi mengganggu pikirannya ternyata ada di ruangannya.“Apa yang kau lakukan di ruanganku, perempuan murahan?”Sean bisa menduga kalau Valerie terkejut luar biasa mendengar suaranya.Mendengar suara itu, Valerie segera membalikkan badannya. Wajahnya seketika berubah pucat pasi saat menyadari suara i
Makan malam itu terasa canggung bagi Amora, pasalnya seseorang yang tidak diharapkan berada di tempat ini, lebih tepatnya menjadi investor pada proyek film terbarunya.Bara Virendra, yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangan darinya, terus menatapnya tajam meskipun Amora berusaha keras untuk berpura-pura tidak mengenali pria itu.Kenapa Bara tiba-tiba tertarik untuk berinvestasi pada sebuah film?Ingin sekali Amora menanyakan soal itu, tetapi mereka tidak hanya berdua saja. Ini makan malam dalam rangka pengenalan sebelum proyek film dimulai, di mana ada artis dan aktornya, sutradara hingga para kru. Bahkan para investor pun di undang, termasuk Bara.Tak tahan lagi ditatap sedemikian rupa oleh Bara, Amora segera berdiri dari tempatnya. “Aku pamit ke toilet sebentar,” ucapnya mengambil alih perhatian, sebelum mereka semua mengangguki.Amora tampak melamun di depan wastafel hingga tak menyadari seseorang mendekat ke arahnya. Belu
Sean dengan malas dan ogah-ogahan kembali datang ke apartemen Valerie, sesuai permintaan Amora. Belum sampai di depan pintu apartemen, jantungnya berdetak tak nyaman.Sekelebat kejadian semalam mengganggu pikirannya, di mana Valerie berpenampilan berbeda. Begitu menggoda dan menggairahkan.Tidak bisa Sean pungkiri, Valerie begitu cantik di matanya semalam. Membuatnya ketakutan seandainya wanita itu kembali bermaksud menggodanya, Sean tidak tahu lagi jika itu sampai terjadi. Bisa-bisa dia khilaf dan benar-benar menidurinya.Sean menyentuh jantungnya yang berdetak tak karuan. “Sial! Ada apa dengan diriku? Kenapa jantungku malah berdebar kencang seperti ini hanya karena akan bertemu perempuan murahan itu.”Apa perempuan itu sudah berhasil mempengaruhinya?Sean langsung menggeleng, itu tidak mungkin. Wanita jalang sepertinya tidak akan mungkin mempengaruhinya sedemikian rupa. Sean mengenyahkan semua ingatan tentang Valerie bersama
“Apa yang kau lakukan?”Mendadak Valerie tercekat, di depannya Sean tampak berbeda dengan pakaian santai yang di kenakan. Dengan kaos putih dan celana sebatas lutut menjadi pilihan pria itu yang membuat Sean begitu berbeda di mata Valerie.“Aku tanya apa yang kau lakukan di sini, huh?” ulang pria itu dengan nada yang tinggi, kesal karena Valerie tak kunjung menjawab pertanyaannya.Sadar dengan apa yang dilakukan, Valerie segera menjawab dengan gugup. “A—aku membawakan teh hijau untuk Anda, Tuan.”Sebelum dipersilakan untuk masuk, Valerie berinisiatif sendiri untuk masuk membawa baki berisikan cangkir teh hijau tersebut.Sean melirik teh itu dengan malas. Sesungguhnya ia kurang menyukai teh jika sudah malam, kecuali untuk pertemuan dengan para klien atau kolega bisnisnya yang berasal dari Jepang.“Untuk kamu saja,” ucapnya dengan malas.Valerie sedikit bingung. “Tetapi teh ini untuk, Tuan.”Sean yang sudah duduk di sofa kamar dan mulai membuka laptopnya, kembali menjawab dengan nada y
Betapa terkejutnya Sean mendapati Valerie. Dengan dress yang dikenakan sudah berceceran di atas lantai, tubuh putih bak porselen itu hanya tertutupi bra dan celana dalam. Kepalanya bersender lemah ke dinding dengan mata sayu menatap ke arahnya.Sean benar-benar berhasil masuk ke dalam jebakan wanita itu. Dan ia hanya bisa berdiri diam tidak tahu harus melakukan apa-apa. Keluar dari kamar mandi itu atau tetap melangkah masuk ke dalam.“Tu—tuan Sean, panas ...”Valerie berkata lirih dengan nada lemah. Jemarinya bahkan bergerak meremas dirinya sendiri. Meraba bagian leher, turun ke lengan yang terlihat menggoda di mata Sean. Sean yang menganggap dirinya dijebak, ingin membalas perempuan itu dengan ikut bermain di dalam permainan yang tengah dimainkan oleh Valerie.“Ingin saya membantu menyentuhnya?” godanya sembari terkekeh pelan.Valerie tak kunjung menjawab meskipun Sean telah berjalan ke arahnya, ia hanya diam dan m
“Ah ....”Tubuh Valerie tersentak saat Sean menyentuhnya tepat di titik ternikmatnya, membuat pria itu tersenyum puas. Akhirnya dia menemukannya.“Apakah di sini?” tanyanya semakin menekan jarinya lebih kuat lagi. Valerie hanya bisa menggeliat untuk merespons pertanyaan itu. Saat getaran itu semakin kuat terasa, Sean menyadari tangannya menjadi lebih basah. Selesai membuat wanita itu merasakan kenikmatan yang luar biasa, Sean langsung mengangkat tubuh Valerie ke dalam gendongannya. Ia sudah tidak tahan lagi, tubuhnya di bawah sana sudah mengeras sejak tadi.Sean membawa tubuh Valerie ke kamar dan dengan kasar membaringkannya di atas ranjang dalam kondisi bugil. Valerie tak bisa berkata apa-apa lagi, menolak pun tak mampu. Karena pengaruh obat itu, dia hanya bisa menggeliat-geliat menunggu Sean menyentuhnya kembali.Melihat perempuan itu yang sudah tak sabaran, dengan terburu-buru Sean menanggalkan kaos yang dikenaka
Sinar mentari menerobos masuk melalui celah-celah gorden kamar yang tertutup rapat. Bersiap mengganggu tidur nyenyak dua orang insan yang masih terlelap di atas ranjang dengan selimut tebal yang menutupi tubuh keduanya.Tampak ada pergerakan, Valerie mulai terganggu dalam tidurnya. Dengan kedua mata yang masih terpejam, Valerie menarik selimut untuk semakin menghangatkan tubuhnya. Rasa kantuk masih meraja dengan hebat, membuatnya tak berniat untuk terbangun dari tidurnya.Saat tangannya bergerak, dia baru sadar dengan rasa lelah dan pegal di seluruh tubuhnya. Tenaganya seakan tak bersisa meski untuk menarik selimut tersebut.‘Apa yang terjadi pada tubuhnya?’Merasa tak mengerti dengan keadaan tubuhnya sendiri, Valerie segera membuka matanya dan mencari tahu penyebabnya. Dan betapa terkejut ia saat mengetahui apa penyebab selimut itu terasa berat. Ternyata ada tangan kekar dengan urat menonjol yang berada di atas tubuhnya dan mengimpit seli