Share

Rahim 200 Juta sang Tuan Muda
Rahim 200 Juta sang Tuan Muda
Penulis: YL Wanodya

Bab 1

Brak!

Seorang lelaki paruh baya itu menggebrak meja dengan kerasnya.

“Hutang judi ayahmu itu harus lunas dalam waktu 2 kali 24 jam, jika tidak kamu akan menjadi istriku anak manis!” ucap Johar dengan tegas.

“Hah, ini tidak masuk akal, Pak! Hutang ayah itu 75 juta, bagaimana bisa saya melunasinya dalam waktu 2 kali 24 jam?” pekik Melody keras dengan tatapan nyalang.

Manik matanya kini tertuju pada seorang pria paruh baya yang menjadi tersangka hutang ini. Di sudut kursi ayahnya hanya diam tidak berkutik.

“Ayah, katakan pada Pak Johar, dan mintalah keringanan untuk itu!” ujar Melody, dengan tangan yang mengoyak tubuh ayahnya perlahan.

“Sudahlah, Mel. Kamu nikah saja dengan Pak Johar, tinggal nikah saja apa susahnya sih!” seru Rokim tanpa ragu.

‘Sialan, ayah tidak tahu diri!’ umpat Melody dalam batinnya.

Johar menatap Melody dengan penuh nafsu, sebelah tangannya menyentuh pelan dagu Melody. Jijik! Ingin sekali Melody memaki pria paruh baya itu, namun ia tidak ingin dicap menjadi wanita tidak sopan.

“Baik, aku akan melunasi hutang judi ayah dalam waktu 2 kali 24 jam. Jadi, silakan pergi dari rumah saya, Pak Johar!” ujar Melody keras. Tangannya menunjuk tanpa ragu ke arah pria paruh baya itu.

“Aku pamit dulu, anak manis. Aku sangat tidak sabar menikah denganmu,” bisiknya, sembari mengecup tangan kanan Melody.

“Najis!” pekiknya keras.

Selepas kepergian Johar, Melody berjalan dengan kesal ke luar rumah. Ia mulai memanasi motornya dan melenggang meninggalkan pelataran rumahnya.

Dengan sialnya, ia menabrak sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan.

“Mel, sepertinya hari ini adalah hari penuh kesialan untukmu,” gumam Melody lirih.

Seorang pria dengan jas rapi keluar dari sebuah restoran. Matanya membelalak lebar, Melody hanya bisa turun dari motornya. Sayup-sayup ia berlari mendekati pria itu.

“Beraninya wanita itu menabrak mobil anak orang ternama di kota ini,”

“lihatlah pakaiannya sangat lusuh, apa mungkin dia bisa mengganti rugi?”

Beberapa celoteh yang terdengar di telinga Melody, ia hanya diam setelah sadar pemilik mobil itu adalah Andrean Putra Zahari. Pemilik perusahaan properti terbesar di Kota J.

“Sa-saya minta maaf, Tuan Andrean.” Dengan menundukkan kepalanya di depan Andrean, Melody merapal banyak doa untuk keselamatannya.

“Apa kamu tidak bisa mengendarai motor dengan benar, Mbak?” tanya Andrean dengan ketus.

‘Mbak? Hoi, Tuan muda! Aku bukan mbak-mbak penjual jus di pinggir jalan!’ umpatnya dalam hati.

Melody hanya menundukkan kepalanya dalam, ia sudah tidak bisa berkutik.

“Ikut aku ke kantor!” seru Andrean tegas.

“Baron, bawa di ke kantor,” titah Andrean yang diikuti oleh sopir dan ajudan pribadinya.

“Tu-tuan Andrean, saya mau di bawa ke mana?” tanya Melody tergagap.

Tanpa banyak basa-basi, pria itu hanya memberikan isyarat tangan. Entah apa maksudnya, untuk memenuhi rasa tanggung jawabnya. Melody hanya mengikuti langkah Andrean masuk ke mobil Pajero hitam itu melaju menembus jalanan kota J.

***

CIT!

Manik mata Melody membulat saat mobil Pajero itu berhenti tepat di depan kantor bertuliskan Zahari Group.

“Mimpi apa aku semalam sampai bisa menginjakkan kaki di sini?” gumam Melody.

“Silakan ikut saya, Mbak,” ucap Baron, sopir pribadi Andrean.

Melody mengikuti langkah Baron, entah ia akan di bawa ke mana oleh sopir pribadi Andrean. Matanya memicing saat mendapati sebuah ruangan bertuliskan “Ndalem Andrean.”

“Silakan masuk, Tuan Andrean sudah menunggu di dalam,” ucap Baron dengan membuka kenop pintu.

Pelan langkah Melody masuk ke dalam ruangan kerja Andrean. Dengan terkejutnya ia melihat punggung pria yang kini duduk membelakanginya.

“Duduk!” titahnya.

Tanpa basa-basi, Melody langsung duduk di tempat yang Andrean tunjukkan. Ia sempat menghela nafas panjang sebelum mengutarakan niatnya.

“Tuan, maafkan saya. Jujur saya ini orang miskin dan gaji saya tidak cukup untuk ganti rugi kerusakan mobil itu,” cerocos Melody tanpa ragu. Dengan melipat-lipat bajunya hingga kumal.

“Aku tidak butuh uang recehmu,” ucap Andrean dengan sombongnya.

Secarik kertas putih bertuliskan surat perjanjian itu menyita perhatian mata Melody. Entah angin apa yang membuatnya merasa deg degan.

“Kamu bisa baca tulis ‘kan, mbak?” tanya Andrean dengan menekan kata ‘mbak’.

Melody hanya mengangguk, manik matanya menggulir ke setiap kalimat yang ada di kertas putih itu. Jantungnya seperti akan berhenti berdetak, saat namanya sudah terpampang di kertas itu dengan lengkap.

“Bagaimana?” tanya Andrean dengan mengernyitkan dahinya.

“Maksudnya? Tu-tuan, Anda pasti bercanda ‘kan? Mana mungkin seorang Andrean Putra Zahari membuat perjanjian sewa rahim,” Melody dengan terkekeh melemparkan tanya.

“Ya, kalau kamu tidak mau. Tidak masalah,” Andrean kembali menarik secarik kertas putih di atas meja.

“Akan tetapi, uang recehmu itu akan menjadi ganti rugi atas kerusakan mobilku,” tambahnya.

Deg!

Boro-boro akan ganti rugi kerusakan mobil, hutang judi 75 juta saja ia masih kalang kabut. Melody masih menghela napasnya panjang.

“Tuan, jujur saya ini orang miskin. Gaji saja hanya cukup buat makan dan transportasi, bahkan Anda tahu sendiri kalau tinggal di kota J ini biaya hidupnya mahal,” keluh Melody dengan wajah yang memelas.

Ia mengharapkan kemurahan hati Andrean agar melepaskannya tanpa banyak syarat. Alih-alih simpati, Andrean menunjukkan kembali secarik kertas putih itu ke depan Melody.

“Jadi, apa mbak tidak tertarik dengan perjanjian ini?” tanya Andrean dengan tegas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status