Rahim 200 Juta sang Tuan Muda

Rahim 200 Juta sang Tuan Muda

Oleh:  YL Wanodya  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
31Bab
313Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

“200 juta, deal!” Melody Anastasya terpaksa menyewakan rahimnya untuk melunasi hutang judi ayahnya. Hanya saja, gadis lugu itu tak menyangka kalau dirinya juga harus terjebak pernikahan kontrak dengan Andrean Putra Zahari. Tak tanggung, ahli waris perusahaan properti terbesar di kota J itu menjadikannya istri kedua! Lantas, bagaimana kisah Melody selanjutnya? **Find me on Ig : @Yl_wanodya **

Lihat lebih banyak
Rahim 200 Juta sang Tuan Muda Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
31 Bab
Bab 1
Brak!Seorang lelaki paruh baya itu menggebrak meja dengan kerasnya.“Hutang judi ayahmu itu harus lunas dalam waktu 2 kali 24 jam, jika tidak kamu akan menjadi istriku anak manis!” ucap Johar dengan tegas.“Hah, ini tidak masuk akal, Pak! Hutang ayah itu 75 juta, bagaimana bisa saya melunasinya dalam waktu 2 kali 24 jam?” pekik Melody keras dengan tatapan nyalang.Manik matanya kini tertuju pada seorang pria paruh baya yang menjadi tersangka hutang ini. Di sudut kursi ayahnya hanya diam tidak berkutik.“Ayah, katakan pada Pak Johar, dan mintalah keringanan untuk itu!” ujar Melody, dengan tangan yang mengoyak tubuh ayahnya perlahan.“Sudahlah, Mel. Kamu nikah saja dengan Pak Johar, tinggal nikah saja apa susahnya sih!” seru Rokim tanpa ragu.‘Sialan, ayah tidak tahu diri!’ umpat Melody dalam batinnya.Johar menatap Melody dengan penuh nafsu, sebelah tangannya menyentuh pelan dagu Melody. Jijik! Ingin sekali Melody memaki pria paruh baya itu, namun ia tidak ingin dicap menjadi wanita t
Baca selengkapnya
Bab 2
“Saya mau berpikir dulu,” ucap Melody dengan menarik kertas putih di hadapannya.“200 juta, deal!” tawar Andrean, dengan mengulurkan tangan kanannya.“200 juta?” ulang Melody dengan ragu.Seperti terhantam kenyataan berat, bahkan ia belum pernah menyentuh uang sebanyak itu. Tubuhnya memberi respons yang tidak tepat saat ini.“Tuan Andrean, saya ijin ke toilet dulu!” pamit Melody.‘Dasar tubuh tidak tahu diri, mau dapat rezeki nomplok malah segala kebelet boker,' gerutu Melody dalam batinnya.Kini ia terdiam sejenak dalam lamunannya, uang 200 juta akan cukup untuk melunasi hutang judi. Bahkan bisa untuk membiayai hidup ibu dan adiknya selama beberapa tahun.“Apa aku menerima tawaran itu ya? Menjadi seorang madu dan ... Istri siri dari anak tunggal keluarga paling kaya,” Melody bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Hidup dengan pas-pasan sudah sering ia rasakan, bekerja di butik dengan gaji yang hanya cukup untuk makan dan transportasi.“Dengan uang itu aku bisa membayar hutang judi ayah
Baca selengkapnya
Bab 3
“Apa dia tidak tahu sopan santun dan … ah, sudah tidak ada waktu lagi untuk menggerutu!” gerutu Melody.Kini ia seperti wanita kalang kabut, bagaimana tidak? Ia akan dilamar oleh seorang anak pengusaha properti ternama.“Ibu,” teriak Melody dengan sayup-sayup keluar kamar.“Ada apa, Nak?” tanya Larasati pada ana sulungnya.Melody menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia sudah kehabisan kata untuk menjelaskan pada ibunya kali ini.“Ada apa, Mel? Kamu terlihat sangat cemas, coba bilang ke ibu tentang apa?” todong tanya Larasati. Manik matanya masih menatap lekat ke anak sulungnya itu.“Bu, aduh aku gak punya banyak waktu, aku jelaskan secara singkat aja ya. Jadi, tadi pagi Pak Johar datang menagih hutang judi ayah. Dan ibu tau? Ternyata ayah menjadikan aku jaminan untuk hutang 75 juta. Ibu aku berasa langsung gila saat itu juga,” jelas Melody yang cukup panjang.Ia terlihat menghela nafasnya cukup panjang, “Setelah Pak Johar keluar rumah, aku niatnya mau cari angin dan …,” pada part in
Baca selengkapnya
Bab 4
Melody membelalakkan matanya lebar saat mendapati seorang wanita berbisik padanya. Ia duduk di antara wanita paruh baya, yang sepertinya adalah ibu Andrean.“Mel, apa kamu tidak apa-apa?” tanya Larasati lirih.“Tidak apa-apa, Ibu.”Setelah itu, seorang penghulu dengan berjas hitam itu masuk ke ruangan. Ia menggulirkan manik matanya ke sekeliling.“Jadi, ini mempelai pria dan wanitanya?” tanyanya.“Iya.” Singkat jawaban Andrean pada pria itu.“Silakan jabat tangan saya,”Seorang penghulu yang mengulurkan tangan kanannya, dibalas dengan uluran tangan oleh Andrean.Ijab qobul itu berlangsung dengan lancar, Andrean memberikan seperangkat alat sholat dan uang 10 juta sebagai mahar.“Selamat atas pernikahan kalian,” ucap seorang wanita yang tidak asing di mata Melody.“Cukup, Nad Jangan seperti itu,” ucap Arsen dengan lembut.“Mas, memangnya aku salah memberikan selamat pada istri keduamu?” tanya wanita itu lagi.“Dia Nadea, istriku. Tolong hormati dia seperti kamu menghormati aku, Mel,” tu
Baca selengkapnya
Bab 5
"Saran seseorang?" tanya Melody dengan sangat terkejut. "Iya, orang yang cukup dekat denganmu sepertinya," jawab Andrean dengan ragu. "Oh ya, terima kasih untuk hari ini. Apa kamu keberatan tidur di sini sendiri?" tanya Andrean lirih. "Ti-tidak, Mas Suami-" Melody menutup mulutnya dengan dua tangannya. Andrean terlihat kikuk di depan Melody, panggilan yang sengaja ia berikan itu membuat siapa pun akan berpikir dua kali. "Baiklah, aku pamit! Selamat tidur, Mel," pamitnya. Pintu itu kembali tertutup rapat, Melody menatap kepergian Andrean dengan nanar. Menjadi madu tidak sepenuhnya menjadi keinginannya! "Ternyata seperti ini menjadi madu," gumamnya lirih. Melody merebahkan tubuhnya di ranjang, matanya menatap langit-langit kamar. Lampu yang sudah padam dan hanya tersisa cahaya dari balik jendela kaca. "Ibu, aku sudah rindu sekarang," ucapnya lirih. ***Tok tok tok!Ketukan pada pintu kamar itu membuyarkan tidur panjang Melody. Semalam iya tertidur nyenyak sampai lupa makan mal
Baca selengkapnya
Bab 6
"Ada apa, Mel?" tanya Andrean menoleh ke wanita di sampingnya. "Em, aku berhenti di depan saja, Mas. Butik tempatku bekerja tidak jauh dari gang itu," tunjuk Melody pada sebuah gang kecil yang tidak jauh dari mobil itu melaju. "Kenapa? Itu masih terlalu jauh jika kamu ingin berjalan kaki, nanti kamu kelelahan dan program kehamilan akan terhambat," timpal Andrean. Perasan yang awalnya sempat membuat pipinya merona, seketika berubah menjadi rasa kesal pada pria di sampingnya. Bahkan Melody sempat lupa jika posisinya hanya seorang madu, yang harus bisa melahirkan penerus perusahaan Keluarga Zahari. "Tidak, Mas Suami. Itu sudah dekat, aku tidak masalah jika harus berjalan kaki," tutur Melody dengan sedikit memaksakan kehendak. Andrean terlihat berpikir sejenak, ia hanya mengangguk dan memberi arahan pada Baron sopir pribadinya. "Saat jam pulang, kamu bisa mengirim pesan padaku," ucap Andrean lirih. "Mas, aku bisa naik angkutan umum, tidak perlu repot-repot," elak Melody dengan kiku
Baca selengkapnya
Bab 7
"Hah, maksud Bu Rena?" tanya Melody dengan terkejut. Rena membenarkan posisi duduknya lebih dekat dengan Melody. Ia menatap tajam ke arah Melody. "Apa kamu mengenal Andrean? Andrean Putra Zahari," tanya Rena mengulang. "Upik abu seperti saya mana mungkin mengenal anak orang tersohor itu, Bu. Rasanya seperti remahan rengginan saya kalau mengenalnya," jawab Melody dengan kekehan ringan. "Heh! Seharusnya kamu bisa mengenalnya, Mel. Emm ...." Rena terlihat berpikir sangat keras. Entah apa yang ada di kepalanya saat itu, mengapa wanita itu terlihat lebih menyesal jika Melody tidak mengenal Andrean. "Bu Rena, Memangnya ada apa dengan Tuan muda Andrean?" celetuk Melody dengan ragu. "Tidak apa-apa, oh ya! Kemarin kamu ke mana? Baju yang kamu jahit itu harus selesai besok, apa kamu keberatan!?" todong tanya Rena dengan menatap lekat Melody. Deg! Deadline yang maju dengan tiba-tiba, rasanya Melody ingin menghilang dari hadapan Rena saat itu juga. "Seharusnya bisa, Bu. Selama tidak ada
Baca selengkapnya
Bab 8
"Eng-enggak, siapa itu Rena?" tanya Andrean tergagap. "Oh, sepertinya aku salah dengar. Terima kasih ya, mas suami. Aku tidak menyangka akan mendapat perhatian seperti ini," ucap Airina dengan tersipu malu. "Iya, sama-sama. Aku ingin kamu bisa menjaga diri agar program hamil kita berjalan lancar," ujar Andrean dengan menekan kalimat program hamil. Melody merasa tercengang! Lagi-lagi Andrean memperhatikannya hanya karena program hamil yang mereka jalani. Beberapa kali Andrean dan Melody membicarakan tentang ini, namun nihil ia tidak paham sama sekali. "Iya, Mas. Jadi, kita kapan ke dokter kandungan?" todong tanya Melody. "Mel, malam ini aku tidak bisa menemanimu pergi ke dokter. Aku harus menemani Nadea ke acara temannya, kamu keberatan gak berangkat ke dokter sama Baron?" jelas Andrean dengan senyum yang tidak beralih dari wajahnya yang jenjang itu. "Mas, kita 'kan harus cek bersama, em maksud aku ... Bukan hanya aku yang trs keadaan rahimku, tapi kamu juga harus trs ...," ucap
Baca selengkapnya
Bab 9
"Mas, aku tidak basa-basi kali ini, aku serius dengan ucapanku. Perkara program hamil itu kita bukan aku saja!" pekik Melody tanpa ragu. Tapapan Andrean yang berubah, dengan bibir yang terkatup rapi tanpa celah. Manik matanya hanya fokus pada sosok Melody di hadapannya. "Batalkan saja ke dokter hari ini, besok sebelum aku ke luar kota kita ke dokter dulu. Puas?" hardik Andrean keras. Deg! Sontak Melody menatap nanar ke arah Andrean, sebuah bentakan yang melayang pada dirinya membuat ia terdiam pasi. "Kenapa diam? Katanya harus kita berdua kan?" todong tanya Andrean yang terdengar seperti sindiran. "Ya sudah, kembalilah ke kamarmu. Aku malam ini tidak akan datang, tidak perlu menunggu," ujarnya menambahkan. "Baik, Mas. Terima kasih," Melody melangkahkan kakinya ke kamar. Dengan perasaan yang cukup hancur, ia memasuki kamar dengan penuh kekesalan. Air mata yang sempat ia tahan itu luruh, membasahi pipinya yang ranum. "Jika bukan untuk ibu dan adikku, aku tidak mau menjadi seora
Baca selengkapnya
Bab 10
"Mas, hentikan! Aku tidak suka kamu seperti saat ini," gerutu Melody keras. "Apa yang tidak kamu suka, Mel? Ini atau ... Ini? Padahal malam itu kamu seperti menikmati sekali," ucap Andrean dengan tangan yang tidak bisa diam, apalagi tangan besarnya itu menjamah setiap lekuk tubuh Melody dengan asal. "Mas, aku mohon hentikan!" pekik Melody keras. Malam itu berhasil terlalui dengan tangis pecah Melody, entah apa yang dilakukan Andrean saat itu. Setiap tindakannya seolah membuat Melody merasa sakit. 'Kamu benar-benar pria gila, mas!' hardik Melody dalam batinnya. Manik matanya menggulir pada sosok pria di sampingnya, ia terlelap dengan sangat pulang. Setelah permainan malam itu selesai, entah apa yang terjadi padanya. "Aku merasa ternodai, tapi ... Ini sudah masuk dalam perjanjian itu, bagaimana aku bisa menolaknya!" gerutu Melody dengan penuh penyesalan. "Aku butuh uang, jadi aku harus melakuka. Apa pun meskipun ini menyangkut harga diriku sebagai wanita," gumam Airina lirih. "
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status