Share

Persetujuan Lily

Paginya, Lily sif pukul delapan. Langkahnya agak berat pagi ini, dia mengirim pesan ke Meredith, kalau akan menerima tawaran Axel. 

“Nona Meredith, bisa kita bicara?” tulis Lily di pesannya. 

“Kau bisa datang menemuiku nanti di rumah Mrs. Margot.” Balas Meredith melalui pesan di ponsel. 

Lily berdoa dalam hati, semoga keputusannya kali ini tidak salah. 

Lily datang setengah jam sebelum sifnya. Mana sangka Meredith juga datang diwaktu yang sama. Mereka bertemu di depan gerbang rumah Mrs. Margot. 

“Nona Meredith, bisa kita bicara sekarang?” tanya Lily ragu. 

Meredith tahu hal apa yang akan dibicarakan Lily. “Baiklah. Ikut aku,” ujar Meredith suaranya selalu datar, dan terdengar tegas. Meredith menuju ke ruangan kerja Mrs. Margot, tempat biasa diselenggarakan rapat dengan para karyawannya kalau di rumah. 

“Duduk,” suruh Meredith. 

Lily menuruti perkataan Meredith. Semua ini demi utang. Dan Lily ingin hidupnya tenang tanpa ada para penagih yang kasar membuat hidupnya selalu penuh rasa takut.

“Apa yang bisa aku bantu, Lily?” tanya Meredith, sambil memberikan secangkir teh hangat. 

“Aku akan—menerima tawaran Axel kemarin. Dia bilang bisa bicara denganmu soal itu.” 

Meredith tersenyum lebar. “Bagus kalau begitu. Aku akan memberitahu Mrs. Margot dan Axel.” 

Lily pasrah, mengangguk. “Apakah—nanti aku akan tinggal di sini? Atau tetap di apartemenku?” 

Meredith lagi-lagi tersenyum, Lily bukan gadis yang bodoh. Tapi dia terlalu naif dan juga lugu. “Mrs. Margot akan menyediakan satu griya tawang untukmu. Tadi malam, Axel bilang, apartemenmu sangat kumuh, tidak mungkinMrs. Margo membiarkan calon cucunya tumbuh di lingkungan seperti itu.” 

Penjelasan itu membuat Lily berdecak dalam hati. Apakah Mrs. Margot meremehkan dirinya? 

“Maaf, Lily, Mrs. Margot hanya ingin semuanya terjamin. Termasuk tempat tinggal, kesehatan mental dan fisik selama kamu mengandung cucunya. Tidak boleh ada yang kurang. Nanti di apartemen itu akan ada asisten yang membantumu. Semua yang kau lakukan untuk Axel, akan kami jamin kerahasiaannya. Jadi, pelayan yang ada di sini tidak akan ada yang tahu kalau kau mengandung anak Axel dan Bree, termasuk ... temanmu yang duluan bekerja di sini. Siapa namannya ...” 

“Kate,” sambung Lily cepat. 

“Ya, kami akan menyiapkan cerita dan skenario memyembunyikanmu.” 

“Menyembunyikan?” 

Meredith tertawa kecil. “Maksudku ... kau tahu, kan?” 

Lily mengangguk, “Ya, semua ini adalah rahasia, kan?” 

“Ya, bisa gawat jika ada seseorang yang tahu. Apalagi kompetitor perusahaan. Ini bisa dijadikan titik kelemahan.” 

Lily menenggak tehnya, rasanya sulit dipercaya. Padahal, kalau Lily perhatikan, semua orang yang mau hamil, tinggal hamil oleh suami. Atau pacarnya saja. Tidak pakai perjanjian seperti ini. 

“Nona Bree nantinya akan berpura-pura hamil, sekadar untuk status, jadi tidak ada kecurigaan ketika kamu melahirkan anak-anak Axel.” 

“Anak-anak?” ulang Lily lugu, “Apakah itu berarti lebih dari satu?” 

“Kalau bayi tabung memungkinkan kamu bisa melahirkan lebih dari satu anak. Tapi, kalau sekarang masih satu. Berarti kamu harus melahirkan satu atau dua lagi untuk Axel.” 

“Apa?” Lily hanya berpikir, dirinya akan terikat. “Apa kau pikir aku ini binatang, bisa dengan enaknya melahirkan anak?” 

Meredith sekali lagi tersenyum. “Tidak. Kami sangat menghargai dirimu, Lily. Kalau kamu bersedia, setiap anak akan kami bayar sesuai dengan permintaanmu. Tentu saja, untuk anak pertama sudah ditentukan bayaranmu dua juta dollar.” 

Lily terdiam pandangan matanya nanar seperti tidak mempercayai Meredith. 

“Percayalah, Lily. Saya sudah cukup lama bekerja dengan Mrs. Margot. Jadi saya cukup tahu semuanya.” 

“Bagaimana dengan bayarannya? Saya perlu melunasi utangku juga. Kalau menunggu sembilan bulan lagi, aku tidak bisa,” tantang Lily. 

“Soal pembayaran, kami bisa membayarmu lima puluh persen ketika kau menandatangani kontrak. Setengahnya lagi setelah kau melahirkan.” 

Lily mulai memercayai Meredith, meski masih ada rasa gugup dalam hatinya. Hatinya juga masih berdebar dengan kencang. “Baik, kalau begitu. Aku menerima semua persyaratan itu.” 

“Baik. Aku akan memberitahu Axel dan Mrs. Margot.” 

***

Mrs. Margot menyambut gembira persetujuan Lily. Wajahnya berseri, harapannya semua akan terkabul. “Lily tidak sebodoh yang aku kira,” gumamnya. “Kau bisa siapkan kontraknya, dan segala sesuatunya agar membuat Lily nyaman.” 

“Sudah, saya sudah menjadwalkan pemeriksaan di klinik kesuburan tempat proses IVF nanti dilaksanakan.” 

“Kerja bagus, Meredith. Dan pekerjaanmu selalu gemilang.” 

“Terima kasih pujiannya, Nyonya.” 

“Kalau begitu, adakan pesta ulang tahun pernikahan untuk Axel. Kecil-kecilan saja, kau tentu sudah tahu, Mer. Undang Keluarga Triton, aku ingin berkumpul dengan teman almarhum suamiku.” 

“Baik, Bu,” jawab si asisten andalan itu. 

“Jangan lupa juga, kabar ini kau sampaikan ke Axel.” 

“Baik,” jawab Meredith sambil menunduk. 

“Kalau begitu, aku ingin ke kantor dulu. Tolong siapkan kendaraan. Dan, kamu atur, saya ingin mentraktir karyawan yang ada di parbik makan siang. Ini semua adalah anugrah,” kata Mrs. Margot dengan riang sambil berjalan keluar dari rumah mewahnya. 

***

Sementara, di kediaman Diego. 

Bree Baru saja akan menghubungi sekretaris Margot, tapi ponselnya tetiba berdering, nama yang tampil di layar adalah, Axel. 

Wajahnya menjadi tegang, jangan-jangan Axel sudah tahu segala rencananya. 

Diego menatap Bree, “Siapa yang menelepon?” wajahnya juga ikutan tegang. 

“Ini Axel,” jawab Bree. Langsung menggeser tombol untuk menerima telepon dari Axel. Wanita itu memberi kode agar Diego tetap diam. 

“Jawab saja dengan tenang tidak perlu tergesa-gesa,” ujar Diego yang seolah tahu dari mana sumber ketegangan di wajah Bree. 

Wanita itu mengangguk, lalu menarik napas, suaranya dia buat se-netral mungkin. 

“Hallo?” sapa Bree. 

“Hai, Sayang, kau di mana?” tanya Axel, suaranya serak seperti baru bangun tidur. “Sudah selesai dengan sarapan?” tanya suaminya mencerocos. 

“Hampir saja, ada apa memangnya?” tanya Bree dengan dahi yang mengerut. 

“Aku hampir lupa. Nanti malam mama akan mengundang beberapa orang untuk makan malam. Dalam rangka ulang tahun pernikahan kita,” ucapan Axel membuat Bree tersenyum seperti menang. 

Diego yang melihat senyuman itu penasaran. Tidak sabar ingin mendengar kabar yang disampaikan oleh Axel. 

“Berapa banyak orang yang mamamu undang?” tanya Bree lagi.

“Entah, ini hanya makan malam saja, rasanya tidak banyak orang yang datang. Bersiap, lah,” kata Axel lagi. 

Kalimat terakhir Axel membuat Bree tersenyum dengan lebarnya. Arti dari bersiap itu, adalah Bree bisa melakukan apa saja, termasuk belanja baju, sepatu dan yang lain. 

“Baiklah. Kau akan menjemputku nanti?” 

“Ya, jam enam sore sudah siap, aku akan jemput kau di rumah,” papar Axel lagi. 

“Oke, sampai nanti jam enam,” Bree menutup telepon. Lalu menceritakan rencananya kepada Diego dengan antusias 

“Jadi, aku tidak perlu repot-repot menelepon sekretarisnya yang galak itu.”

Diego lalu tersenyum tak kalah lebarnya. “Bagus kalau begitu.” 

Respaty legacy

Hai, hai, readers! Salam kenal semuanya! Ini karya terbaruku, please komennya, terus jangan lupa add di library supaya ada notifikasi kalo aku update. Thank you!

| 2

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status