Home / Romansa / Rahim Sewaan Billionaire / Tawaran Mendadak Axel

Share

Rahim Sewaan Billionaire
Rahim Sewaan Billionaire
Author: Respaty legacy

Tawaran Mendadak Axel

last update Last Updated: 2023-09-11 00:53:31

“Aku akan membayarmu dua juta dollar, aku pikir itu cukup untuk gadis sepertimu,” kata lelaki itu. “Jadilah ibu pengganti, agar aku punya anak penerus kebun anggur ini.” 

Sebagai pelayan baru di rumah Mrs. Margot, Lily tentu saja terkejut mendengar perkataan majikannya. Matanya membesar, lidah dan tubuhnya beku. Dua juta dollar bukan uang yang sedikit. 

Ruangan kerja Mr. Margot seketika menjadi tegang. Apa yang dikatakan oleh Axel Margot membuat Lily gemetar seketika. 

“Apa uang sebanyak itu masih kurang buatmu? Katakan berapa harga yang harus aku bayarkan!” 

Mata Axel seperti memindai tubuh Lily dari atas ke bawah, terlihat biasa saja. Lagian dia hanya seorang pelayan di rumah ini. Dia harusnya bersyukur jika bisa Axel menyentuhnya, meski hanya untuk punya anak, Axel mendengkus kasar.

Sementara Lily memicingkan matanya penuh emosi. Teko teh yang sedang dia pegang untungnya tidak jatuh. 

“Apakah anda pikir saya adalah gadis murahan? Yang bisa dibayar untuk punya keturunan dari Anda?” Lily menantang majikannya sendiri. “Walaupun saya hanya pelayan di sini, tapi saya masih punya harga diri,” katanya. Mata Lily mendelik ke arah Axel, seolah berkata, berhenti menatapnya seperti itu. “Maaf, Tuan, saya masih punya harga diri.” 

“Saya memilih kamu menjadi ibu pengganti, karena saya tahu kamu adalah gadis baik-baik. Kalau kamu cukup cerdas, ini adalah tawaran yang menguntungkanmu,” Axel berkata dengan tegas. “Kamu tidak perlu bercinta dengan saya. Lagi pula kamu tahu jika saya memiliki seorang istri. Saya tidak akan mungkin mengkhianati istri saya. Kamu hanya sebagai ibu pengganti yang mengandung kami.” Suara Axel begitu tenang namun tegas, seolah tidak ada yang bisa melawan semua perkataannya. 

Ruangan itu hening, siapa pun tidak berani melawan Alex. Margot pemilik kebun anggur terbesar di Napa. 

“Kamu punya waktu dua hari untuk memikirkan hal ini,” lanjut Alex menatap Lily dengan kelembutan, tapi suaranya terdengar tegas. “Ingat, kalau sudah memutuskan, tidak ada lagi kesempatan kedua.” 

Lily tidak bisa menjawab apa pun. Hatinya kosong, entah harus merasa sedih atau gembira. Uang dua juta dollar bisa Lily dapatkan dengan mudah hanya dengan menjadi ibu pengganti. Kalau melihat dari taraf kehidupan Lily yang pekerjaannya sebagai pelayan, bekerja seumur hidup pun tidak akan bisa dapat uang sebanyak itu. 

Lily lantas membereskan bekas cangkir minum teh Axel. “Saya permisi dulu, Tuan,” katanya dengan sopan. Matanya melirik sedikit ke arah Axel. Lily tahu kalau dia tidak boleh melirik Axel apalagi menatapnya. Dan ingat, Axel punya istri.

Bayangan penagih utang—yang sadis pemelintas di kepala Lily, memang dia sangat membutuhkan uang, tapi tidak dengan merusak badannya sendiri. Kalau sekarang dia hamil anak Axel, dikemudian hari apakah ada lelaki lain yang akan menyukainya? 

Lily berjalan lemah ke dapur, nampan untuk menyajikan teh dia taruh di tempat biasa. Pikirannya menerawang, mempertimbangkan penawaran dari Axel. Margot. Menguntungkan atau merugikan? 

Lily mengeluarkan cek gaji mingguannya dari saku celana. Menatap angka yang tertulis di cek itu. Gajinya sebagai pelayan sementara hanya bisa untuk makan dan sewa apartemen. Bagaimana bisa membayar utang renternir? 

Kalau ingat para debt collector itu, Lily hanya bisa menangis merutuki nasibnya sendiri. 

 

Sementara Axel sendiri tampak duduk sambil termenung di ruangan kerjanya. Lelaki tampan itu sedang memikirkan perdebatan antara dirinya dan sang ibu beberapa hari yang lalu.

“Mama ini apa-apaan? Tiba-tiba memintaku untuk punya anak, dengan perempuan lain?” omel Axel kepada mamanya. “Apa yang akan aku katakan kepada istriku?” 

Mrs. Margot hanya tersenyum tipis. “Bilang ke istrimu, kalau dia tidak setuju dengan penawaranku, maka kalian akan kehilangan semua kemewahan yang sudah aku berikan.”

“Silakan saja, aku tidak takut kehilangan kemewahan yang mama berikan. Aku masih punya uang enam belas juta dollar yang papa wariskan langsung.” 

Lagi-lagi Mrs. Margot tersenyum tipis. “Kamu lupa? Agar uang itu sepenuhnya menjadi milikmu, ada syarat yang kamu harus penuhi, salah satunya adalah kamu harus punya anak sebelum tiga puluh tahun. Kalau tidak, semua uang itu sepenuhnya akan menjadi hak yayasan sosial,” Mrs. Margot memaparkan panjang lebar lalu menghela napas. “Aku percaya Bree menikahimu hanya karena harta.”  

Mata Axel membesar, tidak percaya dengan semua perkataan mamanya. “Mama ... jangan berkata seperti itu.” 

Mrs. Margot saat ini menjadi orang asing dimata Axel. Bukan seperti mamanya yang penuh dengan kasih sayang.

Axel mengerang, bangkit dari duduknya, lalu mengacak rambutnya. Membuang pandangan dari mamanya. Tersinggung dengan perkataan mamanya, tapi tak mampu melawan.

“Axel, aku makin lama makin tua, tubuhku juga makin lemah dan daya ingatku tidak sebagus dulu. Kebun anggur dan juga perusahaan distribusi ini harus ada yang mengurus nantinya setelah kamu. Kalau keputusan Bree untuk tidak punya anak, aku menghargainya. Tapi, kamu dan Bree juga harus menyadari posisimu dalam keluarga ini.” 

“Tapi, bukan dengan cara seperti ini,” Axel bertolak pinggang menatap galak mamanya. “Mama tidak berhak mengatur hidupku sama sekali. Lagian, dia hanya seorang pelayan! Kenapa mama memilih dia? Masih banyak wanita yang mau dibayar dua juta dollar untuk menjadi ibu pengganti.” Napas Axel memburu, mendesak mamanya agar mau menjawab rasa penasarannya.

Mrs. Margot lama kelamaan geram melihat kelakuan anaknya. “Kalau kau mampu mandiri, baru kau boleh bilang ‘aku tidak bisa mengatur hidupmu’.” Mrs. Margot lalu berdiri perlahan dari kursi. “Aku tidak bisa menerima penolakan darimu. Dua hari waktu yang sama aku berikan untuk menjelaskan semua ini kepada istrimu. Setelah itu, kalian bisa menjalani semua proses bayi tabung.” 

Axel mendengkus, tidak bisa menolak semua keinginan mamanya. Sekarang pikirannya sibuk, bagaimana caranya memberitahu berita ini kepada Bree. 

Karena ruangan kosong, Axel berpikir lebih baik dia pulang, bertemu istrinya. Hari ini adalah wedding anniversary yang kelima.

Axel bergegas agar bisa menemui Bree, karena sudah merencanakan makan malam mewah di apartemennya. Namun, satu hal menghambatnya saat dia berjalan ke garasi. Axel melihat Lily yang muncul dari dapur. 

Gadis itu sudah tidak memakai seragam pelayannya, membuat alis Axel bertaut tidak bisa berpaling dari Lily. Penasaran ada dalam dadanya, apa yang membuat mamanya memilih Lily menjadi ibu pengganti, mengapa tidak orang lain. Kalau masalah pelayan, bukankah di rumah mamanya banyak pelayan senior. 

Lily? Setahu Axel gadis itu adalah pelayan sementara menggantikan pelayan senior yang sedang cuti melahirkan. 

Axel menghela napas panjang. Saat pertama kali melihat Lily, Axel merasa jika gadis itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sang istri. Tetapi jika dia menolak maka segala kemewahan akan hilang. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahim Sewaan Billionaire   Terima Kasih Pembaca

    Terima kasihku kepada para pembaca setia yang sudah mengikuti cerita: "Rahim Sewaan Billionanaire." Semoga part akhir Lily dan Axel membuat kalian happy dan memenuhi harapan kalian. Jangan lupa, baca juga karyaku: "Istri Kedua Tuan Stefan." Dan sayangi Andini dan Stefan seperti kalian menyayangi Lily dan Axel. Hehehe....Silakan dicek sekarang, "Istri Kedua Tuan Stefan."

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Kembali Bersama (Tamat)

    Namun, Axel menurut, dia menunggu Lily di hotel. Beberapa jam berlalu, hingga malam menjelang Lily belum terlihat. Ponsel masih dia matikan.“Haruskah kita lampor polisi?” tanya Kevin tak kalah cemas.Axel mengangguk, “Bagaimana?” tanyanya mengkonfirmasi menatap Tom.“Kita bisa coba,” jawabnya, lalu melihat jam tangan. “Ayo, kita pergi ke sana. Mungkin setelah itu, kita bisa keliling kota untuk mencarinya. Karena sebentar lagi malam, jadi, mungkin saja bisa berhasil.”“Baiklah, ayo,” Axel ingi putus asa tetapi, dia tahu kalau hidup istrinya bergantung kepada kegigihan usaha untuk mencarinya. “Kevin kau di sini saja, berjaga-jaga kalau Lily kembali ke hotel.”Kevin mengangguk, wajahnya masih murung.Axel baru saja melangkah ke pintu hotel dengan Tom, tapi langkahnya berhenti.“Lily?” Axel memicing, tidak percaya.“Itu istrimu,” kata Tom melihat Lily di depan teras lobi hotel berjalan ke arah dalam hotel.Axel dengan cepat menghampiri istrinya, yang pergi entah ke mana seharian ini.“Li?

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Berbaikan atau Tidak?

    Dengan berpakaian serba tertutup, Lily memerhatikan setiap orang yang berlalu lalang. Duduk di antara pengunjung kafe siang itu—dia tidak menemui Naomi.Ke mana sebenarnya perempuan itu? Batin Lily bertanya. Padahal sejak pagi Lily sudah susah payah menyingkirkan pengganggu.Mengapa Naomi jarang terlihat, apalagi Axel. Hari pertama Lily tiba di negara itu, seluruh hotel yang ada di sekitar kafe dia datangi untuk menanyakan keberadaan Axel. Namun, nihil setiap hotel yang didatangi tidak ada nama Axel!“Huh!” geram Lily, sudah berapa hari di Kanada tidak menemukan apa-apa. Kesal sendiri, apa lagi yang harus dia lakukan di negara antah berantah ini?Ponsel Axel masih tidak bisa dihubungi. Lily kesal, entah berapa kali dia membanting ponselnya hingga rusak dan menggantinya dengan ponsel baru.Axel mengandalkan nalurinya untuk mencari istrinya di negara itu. Di kafe yang Naomi pernah sebutkan.Mata tajam Axel memindai setiap orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Dia duduk di pojokan

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Steven Kembali

    Pandangan Steven tidak lepas dari Axel. “Apa maksudnya? Maafkan, ada di sini selama berbulan-bulan, membuat pikiranku tidak ….” Dia menatap foto yang Axel berikan. “Apa ini?”“Itu bayimu, Meredith sedang mengandung, tapi dia sulit sekali memberitahumu,” omel Axel.“Apa?” mata Steven membesar, kontrak dan pekerjaannya hampir selesai. “Aku …. Akan ….” Serba salah dia berlari ke arah posko.Axel dan Mike saling menatap, “Apa yang dia lakukan?” tanya Mike. “Aku tidak ingin kita ambil resiko kalau-kalau dia mengadukan kita.”“Kita tunggu dulu saja sebentar, mungkin dia ingin mengambil sesuatu,” cetus Axel menatap Tom dan Mike bergantian. “Hampir lima bulan, Steven tidak pulang atau memberi kabar, apakah dia bisa izin dari komandannya?”Mike mengedikkan bahu, “Semoga saja.”Beberapa menit yang lama, Steven akhirnya kembali duduk bersama Axel, Tom dan Mike.“Aku dapat izin pulang hari ini. Sebenarna aku sengaja tidak ambil libur selama tiga bulan,” kata Steven, napasnya terengah-engah tapi a

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Lily yang Membuat Gempar

    Kedua pengasuh itu mengangguk, matanya berkaca-kaca, “Nyonya apa tidak seharusnya kita beritahu Nyonya besar dulu soal keberangkatan nyonya?”Lily menggeleng sambil tersenyum pahit, “Akan terlambat kalau nyonya sampai tahu. Dia pasti akan mengkhawatikan diriku,” ucap Lily. “Jadi, aku akan memberitahu mereka jika sudah sampai di negara tujuan.”Pengasuh itu lalu menangguk, tampaknya tidak ada yang bisa menahan majikannya.Lily lantas pergi, tidak juga diantar sopir yang ada di rumah Nyonya Margot.Sesampainya di bandara, Lily langsung memesan tiket ke Kanada. Dia masih memegang ponsel, mencari tahu seperti apa negara itu.“Tampak sama saja seperti Napa,” katanya pelan. Dengan percaya diri dia masuk ke garbarata.***“Ajak Lily makan bersama, Kate,” kata Nyonya Margot menjelang makan malam. “Kasihan dia sendirian, setelah makan siang, aku tidak melihatnya.”Kate yang sedang menyiapkan makanan untuk Nyonya Margot baru ingat, “Aku juga ….” Dia tidak melanjutkan kalimatnya. Tidak mau membu

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Mencari Jejak Steven dan Axel

    Sesampainya di negara tujuan, Tom langsung mendapatkan di mana Steven berada.“Aku sudah sewa mobil selama kita di sini,” kata Tom. “Dan pemandu, karena tidk mungkin kita sendirian mencarinya.”Axel menatap Tom tidak percaya, “Kau gila, tidak mengatakan padaku kalau ini daerah konflik?”“Tapi aku sudah sewa pemandu,” Tom ngotot, “Kita akan selamat, lagi pula. Kita tidak akan mendekati daerah konflik. Steven tidak ada di sana. Tenang saja dulu. Lagi pula, tidak ada tantangannya kalau hanya di daerah biasa saja. Ya, kan?”Axel mendengus, apa Tom tahu Axel hanya memikirkan Lily, kapan akan bertemu lagi. Tapi apa yang Tom katakana benar juga. Jadi, Axel mengikuti saja semua usul Tom.Cuaca panas menyelimuti negara itu.Pemandu yang mengemudi, bicara dengan Tom.“Kemarin malam, saya membuntuti orang yang kau maksud. Saya pikir tidak ada masalah kita bisa bicara dengannya.”Axel mendengarkan dengan seksama, lalu mendengus. Mana tantangannya kalau begini?Namun, pikiran itu hanya datang sesa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status