Share

Felicia Si Wanita Angkuh

Lowongan pekerjaan sebagai pengasuh anak disebar luas oleh Felicia dan Gerald. Di internet maupun di tempat umum, banner itu terpajang dengan sangat rapi. Gaji yang ditawarkan juga bukan main-main. Wajar saja jika banyak wanita yang mengincar.

Bukan tanpa alasan jika pekerjaan yang ditawarkan di banner bukan pekerjaan yang sesungguhnya. Mustahil jika mereka membuat pengumuman dengan membuka lapangan pekerjaan untuk rahim wanita sehat yang akan disewa. Sangat tidak logis.

Ketika melakukan review di salah satu apartemen milik Gerald yang kini dihuni oleh Felicia, banyak wanita yang menolak ketika Felicia menerangkan hal sebenarnya. Menurut mereka, nama baik dipertaruhkan untuk pekerjaan ini, apalagi bagi seorang wanita perawan. Masa depan mereka bisa saja terancam, meskipun uang yang ditawarkan sangat menggugah iman.

“Saya tidak ingin menyerahkan kesucian untuk pria selain suami saya,” ucap salah satu wanita yang tengah diwawancara.

“Siapa juga yang menginginkan keperawananmu?” jawab Gerald dengan penuh keangkuhan.

Apalagi sosok wanita itu jauh di bawah standar. Ke mana-mana, tetap Felicia sebagai pemenangnya.

“Panggil pelamar yang lain!” ucap Gerald penuh perintah.

Wanita itu dibawa Felicia untuk keluar ruangan. Masih banyak wanita yang mengantre di depan pintu kamar. Mulai dari gadis, wanita dewasa, hingga beberapa ibu muda yang mungkin tengah kesulitan dalam ekonomi.

“Akan sedikit merepotkan, anaknya terlalu banyak,” protes Gerald ketika seorang ibu muda menerima tawaran untuk menyewakan rahimnya.

“Tapi, dia terlihat sehat. Anaknya juga cantik-cantik,” ucap Felicia meyakinkan dengan menunjukkan foto-foto yang diperlihatkan oleh ibu muda itu di ponselnya.

Lima puluh juta dalam sebulan, mungkin lebih dari cukup untuk melanjutkan hidup beberapa tahun ke depan. Apalagi ia akan disewa hampir setahun. Berapa ratus juta uang yang akan ia kantungkan?

Masalah izin dari suami, itu bisa diperbincangkan.

“Jadi, kapan saya bisa mengandung anakmu, Tuan?” tanya ibu muda itu dengan penuh percaya diri.

Kemeja putih yang tadi tertutup rapi, sudah terbuka hingga tiga kancing. Tangan lentiknya ia mainkan di atas dada dan membuka kemeja lebih lebar lagi agar bisa mempertontonkan buah dadanya yang bulat dan indah. Wanita itu mulai mendesah dan meremas gundukan empuk yang ia miliki, berusaha untuk menggoda Gerald.

Sebagai lelaki, Gerald sudah pasti tergoda akan hal itu. Apalagi buah dada milik ibu muda itu lebih indah dari punya Felicia. Mungkin karena kini ia tengah menyusui, sehingga auranya lebih terpancar tinggi.

“Enggak, enggak, gagal!” ucap Felicia setelah memerhatikan Gerald beberapa saat. Lelaki itu tampak menelan ludah berkali-kali.

“Ini bukan ajang jual diri,” ucap Felicia sembari membawa wanita itu keluar apartemen.

Tampak kekecewaan terpancar dari wajah ibu muda itu.

“Aneh. Kalian sendiri yang minta rahim buat disewa, tapi kok malah nuduh saya jual diri!” protes ibu muda itu.

Felicia mendadak bisu. Ibu muda itu ada benarnya juga, harusnya mereka lebih bisa mencari ungkapan yang pas untuk mencari wanita yang tepat.

Hari pertama interview, tidak ada satu pun wanita yang berhasil memikat hati Felicia maupun Gerald. Mereka belum menemukan wanita yang pas dan cocok untuk mengandung anak mereka.

“Gerald, apa aku boleh mengusulkan sesuatu?” tanya Felicia di tengah keputusasaan mereka mencari calon ibu dari anak Gerald.

“Tentu saja.” Gerald menjawab seraya membawa Felicia untuk duduk di pangkuannya. 

“Bagaimana jika kita melakukan bayi tabung, lalu menitipkan benih kita di rahim wanita lain? Aku ingin kau mempunyai anak dariku.” 

Kekhawatiran Felicia akan kehilangan Gerald, membuka mata hati wanita untuk menghilangkan ego akan permintaan anak. Jika Gerald memiliki anak dari wanita lain, bisa saja wanita itu merebut Gerald darinya suatu hari nanti dengan alasan anak. Namun, jika anak itu adalah darah daging Felicia dan Gerald, tidak ada alasan wanita itu untuk merebut Gerald darinya.

“Kenapa kita tidak menitipkan benih kita di sini saja?” tanya Gerald seraya mengusap lembut perut berotot milik Felicia.

“Kau tau kan? Aku tidak ingin perutku buncit, apalagi harus merelakan perutku disayat untuk operasi melahirkan nanti.” Felicia berbohong menjawab.

Sebenarnya ada hal yang lebih menakutkan dari sekadar perubahan fisik. Namun, wanita seksi nan anggun itu lebih memilih untuk merahasiakan dari Gerald. 

“Lakukanlah apapun yang bisa membuatmu senang.” Gerald membalik posisi. Kini Felicia tengah berbaring di sofa dengan Gerald yang berlutut di atasnya. 

“Apa kau akan tetap mencintaiku?” Felicia bertanya seraya menangkup wajah Gerald yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

Gerald tidak menjawab dengan kata-kata. Pertanyaan itu ia respons dengan sentuhan-sentuhan lembut yang pada akhirnya berujung dengan pergulatan penuh cinta.

****

Felicia sebenarnya bukan siapa-siapa jika tanpa Gerald. Ia hanya gadis biasa yang bermasalah dalam kehidupan keluarga. Mereka bertemu di sebuah club malam. Gerald yang dipaksa temannya untuk menghadiri pesta di bar, tanpa sengaja bertemu dengan Felicia yang bekerja sebagai salah satu penghibur di sana.

Felicia berbeda dengan gadis penghibur lainnya. Ia akan marah dan memaki ketika disentuh ataupun digoda oleh pengunjung bar. 

Gerald sempat tertawa menyaksikan hal itu, sehingga berniat untuk mengerjai Felicia dengan berusaha untuk menyewanya. Namun, bukan kata manis yang Gerald terima setelah menawarkan sejumlah uang, ia malah dimaki dan dihina.

“Kau pikir uangmu bisa membeli harga diriku?” 

Kalimat itu memukul telak kepercayaan diri milik Gerald. Lantas, mengapa ia bekerja di bar jika ingin menjaga harga dirinya?

Semenjak kejadian itu, setiap ada waktu Gerald berusaha mendatangi bar hanya untuk sekadar bertemu Felicia. Berhari-hari, berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan ia ke sana hanya untuk mencaritahu informasi lebih banyak mengenai Felicia.

Ternyata, ia telah dijual oleh ayahnya kepada pemilik bar. Hal itu membuat hati Gerald luluh. Apalagi melihat ketangguhan Felicia selama ini dalam menjaga diri dari tangan-tangan nakal para pengunjung.

“Ikutlah denganku!” ajak Gerald waktu itu. 

“Lepaskan tanganmu, karena aku harus bekerja!” Felicia memberontak dari cengkeraman tangan Gerald.

“Kau sekarang menjadi milikku. Kau sudah kubeli pada tuanmu,” ucap Gerald yang membuat Felicia kebingungan. “Kau sudah kubayar 2 miliar,” tambahnya.  

Felicia semakin dibuat terheran-heran. Ayahnya menukar ia kepada pemilik bar hanya dengan uang sepuluh juta. Lantas, sekarang ada seorang lelaki yang menghargainya 2 miliar. 

Mengapa dulu ayahnya tidak menjual dirinya kepada Gerald? Agar masalah keuangan ayahnya bisa teratasi.

“Lalu, apa maumu?” tanya Felicia seraya melipat tangan di dada. 

Merasa dirinya berharga, ia mulai bersikap angkuh. Namun, keangkuhan itu semakin membuat Gerald tergila-gila padanya.

“Ternyata kau manis juga, Nona,” goda Gerald seraya menyentuh dagu runcing milik Felicia. 

“Singkirkan tangan kotormu itu dariku. Jadi, sudah berapa banyak wanita yang kau tiduri?” Felicia bertanya dengan penuh keangkuhan.

“Sepertinya kau akan menjadi yang pertama.” Gerald menatap penuh arti.

“Urungkan saja niatmu itu. Wanita bayaran saja tidak mau tidur denganmu, apa lagi aku.” Felicia berucap seraya meninggalkan Gerald.

“Hei, Nona! Tunggu aku!” Gerald berlari mengejar.

Mereka mulai berbincang-bincang di sepanjang perjalanan keluar dari bar. Gerald membawanya untuk pergi ke salah satu apartemen yang ia punya. Malam itu, mereka bermalam bersama tanpa melakukan apa-apa.

Merasa dihargai sebagai seorang wanita, Felicia mulai membuka diri pada Gerald. Apalagi selama tinggal di apartemen, Gerald memenuhi semua keperluan yang ia butuhkan tanpa meminta bayaran apa-apa. Bahkan ia tidak pernah berniat sekali pun untuk menyentuh mahkota berharga milik Felicia.

Semakin hari, mereka semakin dekat. Felicia mulai hidup mewah dengan semua tunjangan yang diberikan oleh Gerald. Hingga suatu hari, Gerald datang ke apartemen dalam keadaan mabuk berat. Ia sedang stress dengan pekerjaan kantor, karena omzet menurun drastis.  

Dalam keadaan setengah sadar, Gerald menyatakan perasaannya pada Felicia. Sontak, Felicia terkejut akan hal itu. Apalagi Gerald mulai mendekat dan melepas satu per satu pakaian yang ia kenakan.

Ternyata Felicia juga memiliki perasaan yang sama. Ia jatuh cinta pada Gerald, karena belum pernah ia diperlakukan sebaik itu sebelumnya. 

Gerald melempar tubuh ramping Felicia ke atas ranjang. Felicia sempat memberontak, karena tahu Gerald tengah mabuk berat. Ia hanya tidak ingin jika nanti Gerald sadar dan menyesali semuanya. Lantas, ke mana ia akan pergi jika Gerald mengusirnya dari tempat yang penuh kemewahan ini?

“Aku sangat mencintaimu, Felicia.” Gerald berucap dengan nada berat dan serak. Nafsu telah berada di puncak. Ia ingin segera menikmati tubuh wanita yang begitu ia cintai. 

Malam itu, semuanya terjadi begitu saja. Felicia tidak memberontak lagi, tapi juga tidak membalas perlakuan lembut Gerald yang tengah memuaskan nafsu. Ia biarkan saja tubuhnya dinikmati oleh Gerald, hingga lelaki itu merasa puas. 

Saat terbangun di pagi hari, Gerald kaget bukan main. Ia terkejut ketika mendapati Felicia tengah tertidur dalam dekapannya dan tanpa pakaian sehelai benang pun. 

Cepat, ia bangkit dari ranjang dan segera mengenakan pakaian. Buru-buru ia pergi dari apartemen sebelum Felicia terbangun.

Namun, sebelum ia pergi, Felicia sedang terjaga saat itu. Bahkan ia tidak tertidur sepanjang malam. Ia masih memikirkan tentang hal yang baru saja terjadi antara dirinya dengan Gerald. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status