“Yakin. Kenapa, kumuh banget, ya?” Dena memasang wajah memelas.
Felicia hanya bisa menghela napas dalam. Merasa sangat prihatin dengan kondisi Dena yang jauh lebih tragis daripada masa lalunya.
“Jadi, kapan aku bisa mulai kerja?” Dena mengungkit kembali masalah kerjaan.
Felicia menoleh pada Gerald, berharap mendapatkan jawaban dari lelaki itu. Namun, ia hanya diam, tidak ada jawaban sama sekali.
“Kita diskusi dulu, ya. Nanti kalau udah dapat jawaban, bakalan kita hubungin. Minta nomornya dong!” Felicia merogoh tas dan menyerahkan ponsel pada Dena.
“Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, aku gak punya ponsel.” Dena menjawab tanpa menerima uluran itu.
“Ya sudah, tiga hari lagi kita ketemu di sini.” Felicia membuat keputusan.
Dena mengangguk setuju, kemudian keluar dari mobil mewah itu. Meninggalkan Felicia dan Gerald berduaan di sana.
Gerald bolak-balik seorang diri di dekat parkiran. Ia masih belum bisa menerima keadaan. Hatinya kian gelisah dari waktu ke waktu. Ia tidak bisa pulang dalam kondisi seperti ini. Setidaknya ia harus baikan dengan Felicia. Sebab, wanita itu adalah separuh hidupnya.“Arght!” Gerald berteriak frustrasi. Ia menarik rambut hingga terlepas beberapa helai dari kulit kepala.Mengapa kisah cintanya tidak bisa semulus orang-orang?Lelaki dengan rahang kokoh itu menghela napas dalam-dalam. Ia berjalan cepat untuk mengejar Felicia. Namun, wanita yang ia kejar telah tiba di bilik apartemen miliknya. Felicia mulai berkemas. Pakaiannya ia masukkan satu per satu secara berantakan ke dalam koper besar yang selalu ia simpan di kolong ranjang.Tekadnya telah bulat. Ia ingin pergi jauh dari hidup Gerald. Hatinya masih terasa sakit hingga sekarang. Ia masih belum bisa percaya bahwa Gerald bisa mengatakan kalimat semenyakitkan itu kepada dirinya.
Saat terbangun di pagi hari, Gerald tidak lagi mendapati Felicia terbaring di sisinya. Hanya ada dia seorang diri yang terbaring di atas ranjang mewah itu. Namun, tidak ada pikiran buruk sama sekali. Gerald mengira wanita yang dicintainya tengah berada di kamar mandi.Hari ini ada rapat penting di kantor. Jadi, Gerald lekas bangkit dari ranjang. Ia berjalan menuju kamar mandi. Hanya sedikit waktu yang tersisa.“Sayang, aku masuk, ya!” Gerald memutar gagang pintu tanpa menunggu jawaban. Karena mereka sudah terbiasa mandi bersama. Bahkan mereka sering bercinta di sana.Ketika masuk ke ruang mandi itu, tidak ada siapa pun di sana. Gerald memeriksa bagian toilet, sama saja. Tidak ada tanda-tanda Felicia berada di sana.“Sayang!” Gerald memanggil sembari mencari keberadaan wanita itu.Tidak ada jawaban. Hanya ponsel miliknya yang terdengar berdering beberapa kali.Gerald melupakan Felicia sejenak, ia beranjak u
Alexis Gerald Ferdian, lelaki tampan berusia 32 tahun yang kini tengah menjabat sebagai CEO di Ferdian Group, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang makanan kaleng. Jika dilihat dari segi usia, lelaki itu memang sudah sepantasnya mulai membangun rumah tangga. Namun, Felicia sang kekasih belum mau jika diajak untuk terikat dalam sebuah pernikahan. Bagi Felicia, menikah hanya akan menyusahkan, apalagi ketika punya anak nanti. Gerak-geriknya menjadi terbatas, ia juga akan direpotkan dalam segala hal keperluan anak dan suami. Apalagi sampai melahirkan, akan ada bekas sayatan di perutnya atau mungkin berat badannya akan naik sehabis melahirkan. Ia sangat tidak menginginkan hal itu sampai terjadi. Yang terpenting, menurutnya hubungan sepasang kekasih akan berubah setelah mereka mengucapkan kata sah. Lebih baik seperti sekarang. Felicia butuh uang, Gerald langsung mencairkan. Felicia butuh kehangatan, Gerald langsung menyelimuti dalam pergulatan
Lowongan pekerjaan sebagai pengasuh anak disebar luas oleh Felicia dan Gerald. Di internet maupun di tempat umum, banner itu terpajang dengan sangat rapi. Gaji yang ditawarkan juga bukan main-main. Wajar saja jika banyak wanita yang mengincar. Bukan tanpa alasan jika pekerjaan yang ditawarkan di banner bukan pekerjaan yang sesungguhnya. Mustahil jika mereka membuat pengumuman dengan membuka lapangan pekerjaan untuk rahim wanita sehat yang akan disewa. Sangat tidak logis. Ketika melakukan review di salah satu apartemen milik Gerald yang kini dihuni oleh Felicia, banyak wanita yang menolak ketika Felicia menerangkan hal sebenarnya. Menurut mereka, nama baik dipertaruhkan untuk pekerjaan ini, apalagi bagi seorang wanita perawan. Masa depan mereka bisa saja terancam, meskipun uang yang ditawarkan sangat menggugah iman. “Saya tidak ingin menyerahkan kesucian untuk pria selain suami saya,” ucap salah satu wanita yang tengah diwawancara. “Siapa juga yang men
Felicia dibuat tertekan. Rasa bersalah muncul dalam dirinya. Sebab, ia gagal untuk menahan Gerald berbuat hal semacam itu pada dirinya. Ia merasa telah menjadi orang rendahan. Sebab, menyerahkan kesucian atas nama cinta.Apalagi kepergian Gerald tanpa pamit membuat Felicia berpikir yang macam-macam.Felicia bangkit berdiri dari ranjang. Ia beranjak menuju kamar mandi. Bukan untuk mandi, ia berlama-lama berdiam diri di sana. Di bawah guyuran air shower sambil menangis frustrasi.Setelah berpikir sekian lama, Felicia memutuskan untuk pergi dari apartemen. Ia tidak ingin bertemu Gerald untuk sementara waktu.Dengan langkah perlahan, Felicia membawa tas hitam yang berisi beberapa potong pakaian. Tanpa tujuan, ia terus melangkah dengan pikiran yang mengembara entah ke mana.Ia mencintai Gerald, tapi saat ini suasana hatinya tengah tidak baik-baik saja. Ia takut sesuatu akan terjadi, seperti bayangan masa lalu yang kerap kali menghantui
Wanita itu sudah pasrah akan takdir. Jika hari ini adalah hari terburuk dalam hidupnya, ia akan terima begitu saja. Bahkan jika nyawanya pun ikut direnggut paksa, ia sudah tidak akan melakukan perlawanan, sebab Felicia merasa sudah tidak bisa melawan sama sekali. Apalagi ia pernah menjadi saksi bisu saat adanya pembunuhan dan pemerk*saan saat ia masih kecil dulu.Hal itu membuat jiwanya begitu tergoncang. Ia tidak pernah mengira akan mendapatkan perlakuan yang sama.Ketakutan di masa kecil, kembali ia rasakan kini. Bayang-bayang kesadisan dan perilaku kebejatan itu terngiang-ngiang kembali di pikiran Felicia. Hal itu menyebabkan nyalinya menciut dan tidak ada kekuatan untuk melawan.Senjata panjang miliki pria itu semakin mendekat ke barang intim milik Felicia. Hanya berjarak satu senti lagi agar mereka menyatu satu sama lain. Namun, entah dari mana asalnya, Gerald sudah berada di sana dan mengahajr pria itu tanpa ampun.Melihat Felicia yang dilecehkan se
Bagi Gerald, permintaan Felicia adalah sebuah perintah yang harus dikerjakan. Wanita itu adalah hal penting dari semua yang terpenting. Ia adalah ratu kerajaan yang dibangun oleh Gerald. Sang pemilik hati yang tidak akan pernah terganti.Sepanjang perjalanan, Gerald berulang kali menoleh ke arah Felicia demi memastikan bahwa kekasihnya baik-baik saja. Beberapa saat fokus ke jalan, lalu detik berikutnya kembali fokus ke arah Felicia. Selalu begitu hingga mereka tiba di parkiran apartemen.Mobil melambat dan berhenti ketika mereka telah sampai. Gerald turun dengan cepat, lalu berlari ke arah sisi mobil lainnya untuk membukakan pintu bagi Felicia. Digendongnya tubuh langsing itu karena Felicia tampak sudah tidak berdaya untuk berjalan sendiri. Padahal ia selalu menjaga kesehatan, bahkan rutin untuk olah raga ke gym demi mendapatkan posri tubuh yang ideal.Gerald juga selalu menunjang berbagai vitamin agar Felicia tetap fresh dan segar. Bertahun-tahun mereka bersama
“Sebaiknya kamu pulang dulu, nanti datang lagi ketika istri saya sudah pulih total.” Gerald berucap ketika Dena ikut duduk di tepian ranjang yang bersebelahan dengan dirinya.Gerald semakin merasa tidak suka, sebab Dena bertindak semakin jauh. Seolah bahwa dia adalah bagian dari keluarga.Dena mendengkus kesal, padahal ia ingin sekali mengambil hati Gerald. Apalagi sekarang adalah waktu yang tepat. Memasang topeng baik di depan target.Dengan terpaksa, Dena bangkit dari ranjang dan pamit untuk pulang.Gerald hanya merespons dengan wajah datar dan deheman pelan ketika Dena pamit dan mulai menghilang dari balik pintu kamar.Begitulah Gerald. Dingin dan kaku terhadap wanita lain. Ia hanya bisa manja dan mencair jika tengah bersama pawangnya. Felicia.Di luar sana, Dena bertemu dengan beberapa gadis yang ingin mengikuti sesi interview, barang kali diterima oleh Gerald. Namun, dengan liciknya Dena menyeba