Rahim Sewaan Sang CEO

Rahim Sewaan Sang CEO

Oleh:  Doraaa  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
16Bab
7.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Berawal dari usul sang pacar, Gerald menyewa rahim seorang wanita yang dipilih langsung oleh Felicia. Mereka menitipkan benih di rahim wanita itu, dan akan membayarnya hingga melahirkan. Wanita itu membuat syarat, bahwa ia harus tinggal di rumah Gerald demi menjaga kerahasiaan kandungan. Karena ia tidak ingin nama baiknya hancur dengan embel-embel hamil di luar nikah. Keputusan itu ternyata memberikan efek buruk terhadap hubungan Gerald dan Felicia. Sebab, ibu Gerald sangat menyukai wanita itu dan memaksa Gerald untuk menikah dengannya.

Lihat lebih banyak
Rahim Sewaan Sang CEO Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Doraaa
Penasaran sama kisah selanjutnya. Apa Dena bakalan bisa dapatin hati Gerald?
2021-09-04 10:22:34
0
user avatar
Doraaa
Kalau udah baca, jangan lupa ngasih vote ya firends.
2021-09-03 19:18:04
0
user avatar
Doraaa
Jangan lupa dikasih love, ya, teman 😍
2021-06-24 23:19:47
0
16 Bab
Keputusan Bersama
Alexis Gerald Ferdian, lelaki tampan berusia 32 tahun yang kini tengah menjabat sebagai CEO di Ferdian Group, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang makanan kaleng.  Jika dilihat dari segi usia, lelaki itu memang sudah sepantasnya mulai membangun rumah tangga. Namun, Felicia sang kekasih belum mau jika diajak untuk terikat dalam sebuah pernikahan.  Bagi Felicia, menikah hanya akan menyusahkan, apalagi ketika punya anak nanti. Gerak-geriknya menjadi terbatas, ia juga akan direpotkan dalam segala hal keperluan anak dan suami. Apalagi sampai melahirkan, akan ada bekas sayatan di perutnya atau mungkin berat badannya akan naik sehabis melahirkan. Ia sangat tidak menginginkan hal itu sampai terjadi. Yang terpenting, menurutnya hubungan sepasang kekasih akan berubah setelah mereka mengucapkan kata sah.  Lebih baik seperti sekarang. Felicia butuh uang, Gerald langsung mencairkan. Felicia butuh kehangatan, Gerald langsung menyelimuti dalam pergulatan
Baca selengkapnya
Felicia Si Wanita Angkuh
Lowongan pekerjaan sebagai pengasuh anak disebar luas oleh Felicia dan Gerald. Di internet maupun di tempat umum, banner itu terpajang dengan sangat rapi. Gaji yang ditawarkan juga bukan main-main. Wajar saja jika banyak wanita yang mengincar. Bukan tanpa alasan jika pekerjaan yang ditawarkan di banner bukan pekerjaan yang sesungguhnya. Mustahil jika mereka membuat pengumuman dengan membuka lapangan pekerjaan untuk rahim wanita sehat yang akan disewa. Sangat tidak logis. Ketika melakukan review di salah satu apartemen milik Gerald yang kini dihuni oleh Felicia, banyak wanita yang menolak ketika Felicia menerangkan hal sebenarnya. Menurut mereka, nama baik dipertaruhkan untuk pekerjaan ini, apalagi bagi seorang wanita perawan. Masa depan mereka bisa saja terancam, meskipun uang yang ditawarkan sangat menggugah iman. “Saya tidak ingin menyerahkan kesucian untuk pria selain suami saya,” ucap salah satu wanita yang tengah diwawancara. “Siapa juga yang men
Baca selengkapnya
Frustrasi yang Memuncak
Felicia dibuat tertekan. Rasa bersalah muncul dalam dirinya. Sebab, ia gagal untuk menahan Gerald berbuat hal semacam itu pada dirinya. Ia merasa telah menjadi orang rendahan. Sebab, menyerahkan kesucian atas nama cinta.Apalagi kepergian Gerald tanpa pamit membuat Felicia berpikir yang macam-macam. Felicia bangkit berdiri dari ranjang. Ia beranjak menuju kamar mandi. Bukan untuk mandi, ia berlama-lama berdiam diri di sana. Di bawah guyuran air shower sambil menangis frustrasi.Setelah berpikir sekian lama, Felicia memutuskan untuk pergi dari apartemen. Ia tidak ingin bertemu Gerald untuk sementara waktu. Dengan langkah perlahan, Felicia membawa tas hitam yang berisi beberapa potong pakaian. Tanpa tujuan, ia terus melangkah dengan pikiran yang mengembara entah ke mana. Ia mencintai Gerald, tapi saat ini suasana hatinya tengah tidak baik-baik saja. Ia takut sesuatu akan terjadi, seperti bayangan masa lalu yang kerap kali menghantui
Baca selengkapnya
What Wrong?
Wanita itu sudah pasrah akan takdir. Jika hari ini adalah hari terburuk dalam hidupnya, ia akan terima begitu saja. Bahkan jika nyawanya pun ikut direnggut paksa, ia sudah tidak akan melakukan perlawanan, sebab Felicia merasa sudah tidak bisa melawan sama sekali. Apalagi ia pernah menjadi saksi bisu saat adanya pembunuhan dan pemerk*saan saat ia masih kecil dulu.Hal itu membuat jiwanya begitu tergoncang. Ia tidak pernah mengira akan mendapatkan perlakuan yang sama.Ketakutan di masa kecil, kembali ia rasakan kini. Bayang-bayang kesadisan dan perilaku kebejatan itu terngiang-ngiang kembali di pikiran Felicia. Hal itu menyebabkan nyalinya menciut dan tidak ada kekuatan untuk melawan.Senjata panjang miliki pria itu semakin mendekat ke barang intim milik Felicia. Hanya berjarak satu senti lagi agar mereka menyatu satu sama lain. Namun, entah dari mana asalnya, Gerald sudah berada di sana dan mengahajr pria itu tanpa ampun.Melihat Felicia yang dilecehkan se
Baca selengkapnya
Felicia Jatuh Sakit
Bagi Gerald, permintaan Felicia adalah sebuah perintah yang harus dikerjakan. Wanita itu adalah hal penting dari semua yang terpenting. Ia adalah ratu kerajaan yang dibangun oleh Gerald. Sang pemilik hati yang tidak akan pernah terganti.Sepanjang perjalanan, Gerald berulang kali menoleh ke arah Felicia demi memastikan bahwa kekasihnya baik-baik saja. Beberapa saat fokus ke jalan, lalu detik berikutnya kembali fokus ke arah Felicia. Selalu begitu hingga mereka tiba di parkiran apartemen.Mobil melambat dan berhenti ketika mereka telah sampai. Gerald turun dengan cepat, lalu berlari ke arah sisi mobil lainnya untuk membukakan pintu bagi Felicia. Digendongnya tubuh langsing itu karena Felicia tampak sudah tidak berdaya untuk berjalan sendiri. Padahal ia selalu menjaga kesehatan, bahkan rutin untuk olah raga ke gym demi mendapatkan posri tubuh yang ideal.Gerald juga selalu menunjang berbagai vitamin agar Felicia tetap fresh dan segar. Bertahun-tahun mereka bersama
Baca selengkapnya
Bayangan Masa Lalu
“Sebaiknya kamu pulang dulu, nanti datang lagi ketika istri saya sudah pulih total.” Gerald berucap ketika Dena ikut duduk di tepian ranjang yang bersebelahan dengan dirinya. Gerald semakin merasa tidak suka, sebab Dena bertindak semakin jauh. Seolah bahwa dia adalah bagian dari keluarga. Dena mendengkus kesal, padahal ia ingin sekali mengambil hati Gerald. Apalagi sekarang adalah waktu yang tepat. Memasang topeng baik di depan target. Dengan terpaksa, Dena bangkit dari ranjang dan pamit untuk pulang.Gerald hanya merespons dengan wajah datar dan deheman pelan ketika Dena pamit dan mulai menghilang dari balik pintu kamar. Begitulah Gerald. Dingin dan kaku terhadap wanita lain. Ia hanya bisa manja dan mencair jika tengah bersama pawangnya. Felicia. Di luar sana, Dena bertemu dengan beberapa gadis yang ingin mengikuti sesi interview, barang kali diterima oleh Gerald. Namun, dengan liciknya Dena menyeba
Baca selengkapnya
Perasan yang Mengganjal
Felicia masih ingat semua kejadian pahit itu. Ketika ia berada dalam puncak ketakutan, sebab tidak ada orang dewasa di sana. Hanya dirinya, jasad sang ibu, dan juga si narapidana pembunuh. Setelah merasa puas menikmati tubuh jasad ibu Felicia, pria bejat itu beranjak mendekat ke arah sosok mungil Felicia. Gadis kecil itu semakin ketakutan, teringat kejadian beberapa waktu yang lalu. Ketika ibu dan bapaknya bertengkar hebat, sebab sang bapak sambung ingin menikmati tubuh Felicia. Sementara gadis itu belum genap 5 tahun usianya.  Felicia semakin gemetar saat tubuh bugil penuh darah itu mendekat ke arahnya dengan tatapan ingin menerkam. Ia takut jika nasibnya akan sama seperti sang ibu. Tewas di tangan lelaki tidak bermoral. Tangan mungil itu sudah ditarik paksa, membuat tubuh mungil Felicia harus berdiri karenanya. Mata polos nan indah itu menatap sang pria dengan sorot penuh iba. Berharap diberikan kesempatan untuk melarikan diri. M
Baca selengkapnya
Harapan Dena
“Sudah, lupakan saja. Ayok lanjut makan.” Gerald memecah keheningan di antara mereka. Felicia semakin merasa tidak enak. Ia begitu sering merepotkan dan menyusahkan Gerald, tapi untuk mengikuti keinginan lelaki itu, ia tidak sanggup sama sekali.“Maafkan aku.” Akhirnya Felicia mengucap kalimat itu. Sudah lama ia ingin melontarkan kata maaf, tapi tidak pernah kesampaian.Gerald hanya tersenyum tipis menjawab. Diusapnya lembut puncak kepala Felicia. “Lupakan saja. Aku lebih suka Felicia yang biasanya.” Felicia membalas senyum manis Gerald. Ia mengangguk dan lanjut menghabiskan bubur bersama Gerald.“Kamu sudah mendingan?” Gerald bertanya setelah memberikan obat pada Felicia.“Jauh lebih baik dari sebelumnya. Apa kau tidak merasa gerah mengenakan jas di dalam rumah?” Felicia memerhatikan penampilan Gerald yang teramat formal. Peluh menetes di jidat lelaki itu.&
Baca selengkapnya
Obsesi Dena
Dena berusaha mengingat apa nama kantor tempat di mana Gerald bekerja. Kata itu ia simpan lekat-lekat dalam otak. Ia sempat bertanya pada Felicia, yang dianggap wanita itu sekadar basa-basi saja. Hari ini ia akan menjadi penguntit, ingin mencari lebih dalam lagi hal yang bersangkutan dengan Gerald. Mencari titik lemah lelaki itu agar ia bisa menjadikannya alat untuk mempermudah menggapai impian.Dena pulang ke kontrakan terlebih dahulu. Mengubah penampilan agar tidak diketahui keberadaannya oleh Gerald. Ia mengenakan kaus hitam dengan jaket kulit. Celana jeans panjang dan juga topi hitam. Rambut panjangnya ia ikat ke belakang dan dimasukkan ke lubang bagian belakang topi. Terlihat keren sekali. Seperti gadis tomboy. Padahal beberapa saat yang lalu ia masih terlihat seperti gadis anggun nan ayu. “Alexis First Family.” Dena mengulang kalimat itu demi mengingat nama kantor tempat Gerald kini tengah berada.Ia mencari tahu di google te
Baca selengkapnya
Pertengkaran Gerald dan Renata
Dena berjalan menyisiri sisi pagar, mencari celah yang tepat untuk memasuki pekarangan rumah Gerald. Pagar beton dengan besi-besi tajam itu cukup tinggi, bahkan tinggi Dena tidak bisa menyamai.  Wanita bercelana jeans itu bersusah payah agar bisa melewati sela-sela besi tajam. Pelan-pelan ia turun agar tidak menimbulkan bunyi pijakan. Karena sudah terbiasa melompat pagar sekolah masa SMA dulu, melewati pagar rumah Gerald bukanlah hal yang cukup sulit. Ia melihat ke sekitar, mencari posisi satpam penjaga. Tidak ada orang sama sekali. Dengan mudah Dena berjalan ke arah jendela. Karena semua jendela dipasangi terali, Dena cukup sulit untuk masuk. Ia berjalan mengendap-endap, mencari pintu yang barangkali lupa dikunci. Benar saja, ketika berjalan ke arah belakang, ada pintu yang tengah  terbuka. Namun, di sana ada pekerja yang sedang sibuk dengan peralatan masak. Ternyata itu ruang dapur.  Dena mengurungkan niat untuk masuk. Ia kembali meny
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status