Share

Lawan seimbang

Saat tangan Carlos hampir menyentuh wajah Ivana, suara gemuruh dalam perut Ivana membuat lelaki di hadapannya tertawa secara tiba-tiba. Menghina keadaan Ivana yang tidak berdaya saat ini, yang tidak berdaya dan bergantung padanya.

Carlos melepas Ivana dengan kasar, dan melangkah menjauh. Meminta pada Eiwa untuk mencarikan makanan untuk gadis itu dan Eiwa segera pergi menjalankan tugasnya,

"Apa maksudnya ini?" tanya Carlos dengan nada tinggi.

Saat Carlos menggeser tab milik Eiwa, lelaki itu menemukan secarik kertas dan menatap tajam ke arah Ivana, karena di awal kertas tertulis "TAMBAHAN ISI KONTRAK PERJANJIAN SEWA RAHIM!"

"Aku hanya tidak ingin terlalu rugi dengan perjanjian yang anda ajukan!" ujar Ivana.

Gadis itu berharap, setelah lepas dari Carlos dan ibu tirinya, dia bisa membangun impiannya dan hidup bahagia bersama ayahnya. Impian sederhana yang selalu diinginkan oleh gadis itu.

Carlos kembali membaca tulisan tangan Ivana dengan lirih. "Membiarkan aku tetap bekerja, harus memberi nafkah meski tidak menunaikan kewajiban dan sudah memberikan uang untuk pengobatan ayah hingga sembuh, memperbolehkanku mengurus ayah setiap waktu dan tidak mencampuri urusan masing-masing hingga anak yang diingikan lahir!" Sejenak Eiwa menarik napas dalam-dalam dan menatap Ivana dengan ragu.

"Baiklah, setelah proses bayi tabung selesai dan keberhasilannnya delapan puluh persen, maka saya akan memenuhi semua permintaan kamu, apapun itu!" tegas Carlos dan Ivana mengulas senyum perih di bibirnya.

-

"Apakah anda bisa ikut dengan kami sekarang?" tanya Eiwa, setelah Ivana dirawat selama dua hari.

Ivana menganguk, dan pasrah dengan permintaan lelaki di depannya. Beranjak dengan cepat dari ranjang dan mempersiapkan diri. Ada rasa kagum dalam hati Eiwa, untuk wanita bosnya ini. Namun, sekuat tenaga dia tepis. Agar hatinya tidak semakin tertabat pada gadis yang sudah dimiliki oleh orang lain,

"Bagai mana dengan ayahku? Apakah sudah mendapatkan perawatan terbaik dan mendapatkan jadwal operasi?" tanya Ivana tidak sabaran.

"Saya selesaikan sekarang," jawab Eiwa santai.

Eiwa berdiri, membenarkan Jas berwarna biru dongker yang dia kenakan, kemudian berlalu dari samping Ivana menuju kebagian administrasi. Menyelesaikan satu masalah Ivana yang tidak mungkin gadis itu bisa lakukan. Entah mengapa, Eiwa merasa hatinya tidak nyaman melakukan hal ini. Tidak, dia tidak pernah menggunakan hati dalam bekerja. Mungkin saja, Eiwa sedang tidak sehat, itu yang dia pikirkan.

"Ayah anda akan dioperasi malam ini, karena menunggu jadwal dokternya. Apakah anda sudah selesai, saya tidak ingin Tuan Carlos menunggu terlalu lama!" ujar Eiwa setelah kembali dari ruang administrasi untuk menyelesaikan pembayaran yang masih tertunda.

"Satu lagi permintaanku," ujar Ivana memohon.

Raut wajah tegas, tapi memelas. Membuat Eiwa hanya bisa berdeham untuk menetralkan jantungnya yang berdebar dengan sangat kencang. Lelaki kekar itu tidak berani menatap lawan bicaranya, yang sedang melihat ke arahnya.

"Apa?" tanya Eiwa dengan nada tinggi.

"Tolong singkirkan wanita itu dari hidupku dan ayah," pinta Ivana dengan mata sendunya, terlintas semua kelakuan buruk ibu tirinya yang menghancurkan kepercayaan dirinya.

"Ibu tirimu?" tanya Eiwa untuk memastikan, dan Ivana mengangguk. "Baiklah! Hal yan terlalu mudah, ada lagi?" Kembali Eiwa bertanya, agar dia bisa selesaikan dalam satu waktu dan Ivana mengatakan hanya itu saja.

Eiwa memanggil bawahannya--Agust. Memberi instruksi dengan berbisik, dan lelaki bertubuh tegap itu langsung pergi menjauh. 

"Apakah saya bisa menunggu sehari lagi di sini?" tanya Ivana dengan nada bergetar.

Ivana hanya ingin menemani ayahnya yang akan dioperasi, tapi melihat reaksi Eiwa yang diam dan menatapnya tajam, Ivana hanya tertunduk lesu dan berjalan keluar ruangan dengan membawa tas miliknya. Lalu menoleh ke arah ruangan di mana ayahnya sedang di rawat. Rasanya dia tidak ingin meninggalkan ayahnya sendirian disaat seperti ini, akan tetapi demi kesembuhan sang ayah Ivana harus menguatkan hati.

-

Sesekali Eiwa melirik gadis yang duduk di sampingnya, kini mereka menuju kediaman orang yang menginginkan rahim Ivana untuk disewa. Wajah tenang, mata fokus, tapi tangannya terlihat gemetaran memegang berkas perjanjian. Cukup menarik perhatian Eiwa, dan membuat lelaki itu terus memandangi Ivana yang nampak sangat luar biasa di matanya.

"Apa anda belum makan?" tanya Eiwa dengan menggeser duduknya, karena melihat kegugupan Ivana yang memasang wajah sedikit pongah.

Ivana menatap mata Eiwa dengan tatapan tajam, membuat Eiwa sedikit tercubit hatinya. Entah kenapa, netra Ivana begitu menggoda hatinya sejak pertama kali mereka beradu pandang, meski itu tidak secara sengaja.

"Apa ada yang salah dengan pertanyaan saya?" tanya Eiwa dengan merapihkan dasinya.

"Tidak!" ketus Ivana. "Sudah!" Ivana menyodorkan kembali berkas yang sudah dia tanda tangani. "Berapa banyak lagi yang harus saya tanda tangani?"

Eiwa sedikit memundurkan tubuhnya karena terkejut, tidak menyangka Ivana berani bicara seperti itu. Kemudian seulas senyum terbit di bibirnya yang nampak sangat sexy.

"Tidak ada," balas Eiwa cepat dan mengecek berkas yang diberikan Ivana.

'Akhirnya, ada wanita yang akan membuat kita tidak berdaya bos! Lawan seimbang untukmu,' batin Eiwa.

"Kamu sakit, ya?" tanya Ivana dengan nada mengejek, karena melihat Eiwa tertawa bukannya marah.

Ivana tidak tahu, jika Eiwa sedang membayangkan Carlos ditindas oleh Ivana dan itu sungguh membuat dirinya sangat bahagia. Namun, tiba-tiba hati Eiwa terasa sakit. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status