Apakah Bi Inah akan tetap diam setelah mengetahui kebenaran tentang kesepakatan Siska dan Tasya?
🏵️🏵️🏵️ Tasya dan Bi Inah pun berpelukan. Sangat terlihat adanya kebahagiaan terpancar di wajah Tasya. Wanita itu merasakan sesuatu yang berbeda saat mendekap Bi Inah. Dia menemukan kehangatan yang telah lama hilang. “Terima kasih, Bik. Perasaan saya sedikit tenang setelah memeluk Bi Inah.” Tasya pun melepaskan pelukannya. “Bu Tasya kenapa? Apakah ada masalah dengan Pak Kenzo atau Bu Siska?” Bi Inah kembali bertanya. “Nggak, Bik. Mereka itu orang baik. Anak saya pantas memiliki orang tua seperti Siska dan Mas Kenzo.” Tasya tetap membanggakan Siska di depan Bi Inah. Dia tidak tahu kalau asisten rumah tangga tersebut sudah mengetahui seperti apa kesepakatan yang telah Siska buat. “Saya salut melihat Bu Tasya yang tetap menganggap Bu Siska itu baik. Walaupun kenyataannya tidak seperti itu.” “Maksud Bi Inah apa?” tanya Tasya dengan wajah heran. “Syukurlah kalau Bu Siska memperlakukan Bu Tasya dengan baik. Untung tidak mengalami nasib seperti orang yang kerja di rumah ini.” “Maaf,
🏵️🏵️🏵️ “Terima kasih, Sayang. Aku juga ingin dekat-dekat dengan anakku.” Kenzo sangat bahagia mengetahui dirinya akan tidur di kamar wanita yang sangat dia cintai. Setelah makan malam selesai. Siska, Kenzo, dan Tasya pun beranjak dari meja makan. Siska memilih langsung ke kamar, sedangkan kenzo dan istri keduanya menuju ruang keluarga untuk menyaksikan acara televisi. Tasya merasa bahagia karena dapat bersama dengan Kenzo, tetapi dia mencurigai sikap Siska. Selama ini, Tasya sangat tahu kalau Siska selalu ingin tidur bersama Kenzo. Namun, malam ini Siska tiba-tiba berubah menjadi sosok yang tidak seperti biasanya. Tasya berpikir keras menyadari perubahan yang ditunjukkan sahabatnya itu. “Sayang, kita ke kamar aja, yuk. Kamu tetap cuekin aku di sini. Dari tadi ngelamun aja. Sebenarnya kamu mikirin apa?” Kenzo heran melihat sikap Tasya. “Aku nggak apa-apa, Mas. Mungkin karena merasa ngantuk. Ya, udah, kita ke kamar sekarang.” Kenzo akhirnya menuntun Tasya melangkah ke kamar. Lak
🏵️🏵️🏵️ Tanpa memberikan jawaban, Tasya segera beranjak dari tempat itu menuju kamar. Sementara Siska langsung menunjukkan wajah memelas agar Kenzo memberikan perhatian kepadanya. Wanita itu bersikap bertolak belakang dari sebelumnya. “Kamu dengar sendiri apa yang Tasya katakan, Mas. Dia terpaksa menikah denganmu. Seharusnya dia tidak boleh berkata seperti itu. Padahal kamu selalu bersikap baik padanya, bahkan kamu mengaku mencintainya. Inikah balasan atas cinta yang kamu berikan, Mas?” Siska berusaha agar Tasya terlihat bersalah di mata suaminya. “Itu tidak mungkin. Aku yakin kalau Tasya ikhlas mengandung anakku. Aku bisa melihat sikap yang dia tunjukkan.” Kenzo berusaha untuk tidak memercayai apa yang Siska katakan. “Cintamu telah membutakan hatimu, Mas.” Siska merasa kesal kepada suaminya. Kenzo tidak memedulikan apa yang Siska lontarkan. Dia pun beranjak meninggalkan wanita itu lalu melangkah memasuki rumah. Dirinya ingin mendengarkan penjelasan dari perempuan yang saat ini
🏵️🏵️🏵️ Tasya melangkah menuju tempat tidur. Dia merasa seperti dipermainkan oleh orang-orang yang menginginkan keturunan darinya. Wanita itu masih sangat ingat saat Siska meminta dirinya agar menikah dengan Kenzo demi mendapatkan penerus dalam keluarga ini. Akan tetapi, saat ini Kenzo justru mengatakan sesuatu yang tidak dapat diterima akal dan pikiran. Laki-laki itu mengaku sudah terpesona melihat Tasya sebelum berstatus menjadi istrinya. Tasya tetap berusaha untuk tidak percaya dengan pengakuan itu. “Aku melakukan ini demi suamiku, Sya. Aku ingin agar kamu melahirkan anak kami.” Itulah yang Siska sampaikan saat itu. Jadi, selama ini Tasya sangat percaya bahwa pernikahannya dengan Kenzo atas permintaan Siska. Itu yang dikatakan sahabat terbaiknya itu kepada Tasya. Namun, ternyata semua itu bertolak belakang dengan apa yang Kenzo ucapkan. Tasya menghempaskan tubuh ke tempat tidur yang ternyata diikuti Kenzo. Laki-laki itu merasa bersalah karena selama ini tidak berusaha mengata
🏵️🏵️🏵️ Siska membuka amplop cokelat yang Bi Inah berikan. Wanita itu tidak pernah menyangka bahwa kejadian masa lalu, kini kembali datang mengusik kehidupan rumah tangga yang sudah terjalin bersama Kenzo. [Kembalikan anakku jika kamu ingin lepas dariku. Kamu dengan sengaja telah menghabisi darah dagingku. Dia tidak bersalah, tapi kamu menghancurkannya.] Siska berulang kali membaca tulisan yang ada di belakang foto yang dikirimkan oleh seseorang kepadanya. Saat ini, Siska berusaha agar Kenzo tidak mengetahui seperti apa kehidupannya di masa lalu. Wanita itu tidak hanya berbohong tentang kesucian yang tidak dapat dia berikan kepada sang suami. Akan tetapi, Siska masih menyembunyikan satu rahasia yang sangat besar dari suami dan mertuanya. Dia berpikir bahwa setelah menikah dengan Kenzo, maka semuanya akan baik-baik saja. Dia tidak akan berhubungan lagi dengan masa lalunya. Namun, kenyataan tidak seindah harapan. Saat ini, Siska dihadapkan pada situasi yang sangat menakutkan. Dia
🏵️🏵️🏵️ “Kamu jangan sok polos. Kamu pikir aku nggak tahu tentang anakku? Ternyata alasanmu menjauh dariku karena ingin melenyapkan buah hati kita. Iya, ‘kan?” Siska tidak memberikan jawaban kepada Irfan, dia justru langsung mengakhiri pembicaraan dengan laki-laki itu dengan mematikan telepon. Siska belum mampu menjelaskan semuanya kepada Irfan sekarang. Dia ingin fokus dengan hubungannya bersama Kenzo. Sementara itu, Kenzo dan Tasya sudah berada di rumah Pak Rio dan Bu Marisa. Pasangan suami istri tersebut disambut dengan penuh kebahagiaan. Mereka langsung menuju ruang makan untuk sarapan bersama. Bu Marisa dan asisten rumah tangga sudah menyiapkan segalanya. “Gimana kandungan kamu, Sayang?Gerakannya aktif pasti, ya.” Bu Marisa bertanya kepada menantunya. “Iya, Mih. Kadang tendangannya terasa banget.” Tasya menceritakan apa yang dia rasakan. “Rasanya udah nggak sabar menunggu sebulan lagi untuk menimang cucu. Iya, ‘kan, Pih?” Bu Marisa melihat ke arah suaminya. “Iya, Mih. Pap
🏵️🏵️🏵️ “Bi Inah di sini, toh. Duduk, Bik.” Tasya mempersilakan asisten rumah tangga itu duduk di sampingnya. “Terima kasih, Buk.” Bi Inah pun menghempaskan tubuh di kursi yang ada di samping Tasya. “Pekerjaan Bi Inah udah kelar, istirahat aja dulu. Kita ngobrol di sini.” Tasya mengembangkan senyuman kepada Bi Inah. “Iya, Buk. Tapi sebentar lagi saya harus masak untuk makan siang.” “Iya, Bik. Masih ada waktu sebentar untuk istirahat.” Saat masih asyik berbincang, tiba-tiba seorang kurir menghampiri Tasya dan Bi Inah. Laki-laki itu membawakan kotak berwarna cokelat dan memberikannya kepada Bi Inah karena wanita paruh baya itu selama ini yang menerima surat ataupun paketan. “Tolong tanda tangan di sini, ya, Bik.” Kurir itu memberikan secarik kertas kepada Bi Inah. Tanpa sepengetahuan Tasya, laki-laki itu melirik ke arahnya. Pesona kecantikan wanita itu masih terpancar walaupun dalam keadaan hamil. Setelah Bi Inah selesai menandatangani kertas itu sebagai bukti kalau barang tela
🏵️🏵️🏵️ Penantian panjang itu akhirnya datang juga. Hari ini Tasya melahirkan seorang anak laki-laki tampan yang sudah lama ditunggu-tunggu Kenzo dan keluarganya. Pria itu tampak sangat bahagia hingga menitikkan air mata. Setelah mengumandangkan azan di dekat telinga sang buah hati, orang tua Kenzo pun menggendong cucu yang suda lama mereka nantikan. Pak Rio dan Bu Marisa memancarkan wajah yang sangat berseri-seri sambil memandangi bayi mungil Kenzo dan Tasya. Tasya yang menyaksikan itu merasa sangat terharu karena dia berhasil membahagiakan orang-orang yang selama setahun terakhir ini selalu baik kepadanya. Namun, jika mengingat kesepakatan yang terjadi antara dirinya dan Siska, Tasya kembali bersedih. Tasya sadar bahwa tidak lama lagi, dia akan segera meninggalkan sang buah hati yang baru lahir. Tasya harus menepati janji yang telah Siska putuskan. Dia sangat ingat kalau dirinya hanya istri sementara karena sahabatnya telah menyampaikan hal itu sebelum pernikahan terjadi kala i