Share

Rain do for you
Rain do for you
Penulis: ade eka

Bab 1

Seorang pria tengah tertidur di kamarnya di sebuah apartemen sederhana. Peluhnya bercucuran berbentuk sebiji jagung di dahinya. Dia kembali gelisah setelah sebelumnya tenang. Alisnya berkerut dalam dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Seperti badai tengah mengamuk di dalam mimpinya.

Dor!

Suara tembakan itu lantas membuat matanya terbuka dengan cepat. Suaranya sangat jelas memekak di telinganya. Susah payah ia mendudukkan diri. Sambil terengah-engah pria itu menyeka dahinya yang basah.

"Mimpi itu lagi!" katanya kesal sambil menyandarkan punggungnya ke dinding.

Pria itu bangkit dari tempat tidurnya menuju keluar kamar. Kemudian berbelok begitu ia melewati pintu kamar itu. Ia berjalan menuju dapur.

Ada kulkas di sana. Ia ambil sebotol air minum setelah membukanya. Lalu ia tenggak isinya dengan tidak sabar. Beberapa tetes air pun mengaliri rahang dan jakunnya yang bergerak naik turun. Lalu berhenti, dan membasahi dadanya yang sedikit terbuka.

Setelah mengosongkan isinya, ternyata dahaganya masih tak hilang juga. Begitu pun dengan gelisah yang tak mau pergi.

Pria itu lantas pergi ke kamar mandi, bermaksud untuk mencuci muka.  Ia perhatikan wajahnya yang kini basah kuyup di depan cermin. Membiarkan wajahnya kering sendiri, pria itu terus menatap lekat-lekat pada pantulan dirinya sendiri di dalam cermin itu.

Kenapa dia terus memimpikan hal itu lagi?! Dan mengapa rasanya selalu gelisah seperti ini setiap kali terjadi?!

Dan lagi, setiap kali mimpi itu datang, wajah setiap orang terlihat samar di dalam mimpi itu. Ia tidak dapat melihat dengan jelas siapa-siapa saja yang berperan di dalam sana. Pria itu selalu penasaran dengan mereka yang selalu mengisi mimpi buruknya itu.

Kedua tangannya memegangi pinggiran wastafel sebagai sandaran tubuhnya. Ia memejamkan matanya dengan erat. Satu tarikan nafas ia lakukan begitu dalam, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Lalu ia keluarkan perlahan, sambil membuang gelisahnya yang tak kunjung berlalu.

Namanya Rainer. Benjamin Rainer Finn. Tapi ia tidak pernah menyebutkan nama panjangnya, terkecuali untuk urusan kuliah dan pekerjaannya saja. Itu pun kalau ditanya. Jika bisa, ia hanya akan menyebutkan nama panggilannya saja, Rainer. Saat ini berumur 30 tahun, kuliah semester akhir dan bekerja paruh waktu sebagai seorang barista di sebuah kedai kopi tak jauh dari tempat kuliahnya.

Ia nikmati kedamaian yang kini mulai terisi ulang di dalam dirinya. Menggantikan resah dan gelisah yang tak ia ketahui penyebabnya. Terus ia melakukan hal itu sampai hanya kedamaian saja yang mengalir di setiap alirah darahnya.

Dan kedamaian itu runyam oleh suara bising yang datangnya dari arah luar. Ia memisahkan kelopak matanya perlahan dengan wajah tidak suka. Perasaan tenang dan nyamannya kini terusik oleh suara teriakan-teriakan dari luar pintu.

Menyebalkan! Dia melirik ke sumber suara dengan tajam. Bukankah ini sudah larut malam?! Lalu siapa yang membuat kegaduhan di jam seperti sekarang ini?!

Rainer berjalan cepat sambil menahan kesal. Melirik jam dinding yang menunjukkan waktu masih dini hari. Makin kesal ia melihat hal itu. Tapi yang ia  lakukan bukannya memarahi orang yang membuat kebisingan, tapi menyumpal telinganya dengan tisu sebanyak mungkin, hingga ia tidak dapat mendengar apapun dari luar.

Akhirnya ia bisa bernafas dengan lega. Ia bisa melanjutkan tidurnya yang baru hanya dua jam saja. Rainer menarik selimutnya sampai ke dada. Kemudian ia memejamkan mata bermaksud melanjutkan nyenyaknya yang tadi. Sambil berjalan ke alam mimpi, Rainer menerbitkan senyum puas di bibirnya.

Sedangkan di luar pintu,

"Ayo, ayo, Tuan!"

"Ya, ya, sebelah sini!"

"Awas hati-hati jangan sampai pecah, ya! Itu benda yang sangat berharga!"

"Ayo jangan sampai miring saat membawanya!"

Celoteh seorang wanita muda dengan suara yang begitu bersemangat. Suaranya nyaring seperti seorang pemandu sorak yang berdiri di pinggir lapangan. Atau ... lebih seperti seorang mandor yang sedang memaninkan telunjuk ajaibnya. Dia sedang memerintahkan beberapa orang yang tengah mengangkut barang-barangnya dengan suara kencang.

Sayangnya, ia tidak menyadari sudah jam berapa sekarang ini. Tidak takut kah dia dengan sambutan yang akan diberikan oleh penghuni lainnya ketika mendengarnya terus saja membuka mulut?!

Byur!

Seember air melayang di udara dari pintu apartemen di sebelahnya.

ade eka

Hai,, aku pendatang baru di goodnovel ini,, selamat membaca ya teman-teman ☺️

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status