Di dalam keheningan rumah kayu yang rapuh, Zhu Long duduk bersila, napasnya teratur dalam ritme yang dalam dan stabil.
Matanya terpejam, tetapi pikirannya tetap waspada. Setelah bertahun-tahun hidup sebagai jiwa pengembara, ia tahu bahwa bahaya bisa datang kapan saja, dari mana saja. 'Delapan jalur meridian tubuh ini sudah terbuka…' Zhu Long bergumam dalam hati. 'Sayangnya, semua kultivasi tubuh ini sebelumnya telah hilang karena meridian yang sempat rusak. Aku perlu memulai dari awal lagi dan kembali menjadi lebih kuat.' Perlahan, ia mulai menerapkan teknik Sutra Dewa Seribu Kehidupan, sebuah metode kultivasi tingkat tinggi yang ia rampas dari ingatan seorang jiwa kultivator kuno semasa menjadi jiwa pengembara. Wushh… Energi roh di sekelilingnya mulai berputar, seperti angin yang mengalir lembut namun penuh kekuatan. Partikel energi roh yang melayang di udara terserap ke dalam tubuhnya, mengisi ulang ruang dalam dantiannya. Dengan dantiannya yang telah pulih, kini kultivasi bisa dilakukan dengan lebih lancar. Namun, hanya berkultivasi biasa tak akan cukup untuk membantunya meningkatkan kekuatan dengan cepat. 'Untuk meningkatkan kultivasiku, menyerap energi alam sekitar tak akan cukup. Aku membutuhkan ramuan obat untuk itu,' pikirnya. Tapi itu bisa ia pikirkan nanti. Saat ini, prioritasnya adalah memulihkan tenaga sebelum meninggalkan tempat ini. Namun, di tengah keheningan malam, tiba-tiba matanya terbuka. Sorot matanya tajam seperti pedang, penuh dengan kewaspadaan. Dari kejauhan, telinganya menangkap suara samar—suara derap beberapa pasang kaki yang menginjak tanah dengan langkah berat. Lebih dari satu orang. Dan kemudian, ia samar-samar mendengar jeritan lirih seorang gadis. --- Di bawah cahaya bulan yang redup… Di jalur utama desa kecil yang bobrok, lima pria berbadan kekar berjalan dengan penuh percaya diri. Wajah mereka dipenuhi senyum licik, dan mata mereka memancarkan niat busuk. Di antara mereka, salah satu pria menggendong seorang gadis muda di bahunya. Gadis itu tampak kelelahan, kedua tangannya terikat di belakang punggungnya, dan matanya yang sayu menatap kosong ke depan—seolah harapannya telah pupus. "Haha, aku tak sabar lagi!" seru pria botak dengan secuil rambut di kepalanya. "Biar aku duluan yang merasakan kenikmatan malam ini! Kalian tunggu giliran di luar." "Tapi bos, gadis ini kan aku yang menangkapnya, jadi—" pria botak lainnya berusaha protes, tetapi langsung dipotong oleh si pemimpin kelompok. "Diam!" bentaknya dengan suara kasar. "Mau siapa pun yang menangkapnya, aku yang harus mencobanya lebih dulu. Paham!?" Pria botak yang lebih kecil langsung mengangguk dengan canggung. "B-baiklah, bos. Tapi… jangan sampai rusak, ya?" "Tentu saja, haha! Setelah aku selesai, kalian bisa menikmati sisanya!" pria botak itu tertawa puas, lalu melangkah menuju rumah kayu sederhana yang tampak masih layak digunakan. Tak butuh waktu lama hingga langkahnya sampai di depan pintu. Saat tangannya terulur untuk membuka pintu sesuatu yang tak terduga terjadi! BANG! Tiba-tiba, pintu kayu itu terdorong dengan kekuatan luar biasa, terlempar ke depan dengan kecepatan tinggi! Pria botak itu tak sempat bereaksi sebelim pintu itu menghantam tubuhnya dengan keras, membuatnya terpental beberapa meter ke belakang sebelum jatuh tersungkur dengan papan pintu yang masih menempel di tubuhnya. Suasana berubah sunyi seketika. Mata keempat pria lainnya membelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dari dalam rumah kayu, sosok seorang pemuda muncul dari balik bayangan. Tatapan dingin Zhu Long menyapu sekelompok para pria berbadan kekar itu. "Sepertinya kalian sudah cukup menikmati hidup di dunia ini," suaranya terdengar datar, tetapi ada nada berbahaya yang terpendam di dalamnya. "Tapi sayangnya… aku tak bisa mengampuni tindakan keji kalian." Angin malam berhembus pelan, menggoyangkan daun-daun kering di sekitar desa yang sunyi. Cahaya bulan samar menerangi tanah berdebu, memperlihatkan pemandangan empat pria berbadan kekar yang menatap tak percaya ke arah bos mereka—terkapar dengan papan pintu menindih tubuhnya. Salah satu dari mereka mengernyit, sorot matanya dipenuhi kemarahan. "Siapa kau, brengsek!? Beraninya kau menyerang bos kami diam-diam!" teriaknya dengan geram. Seorang pria lain yang lebih tinggi dengan pedang tergantung di pinggangnya mencabut senjatanya, matanya menyipit ke arah Zhu Long. "Dia pasti bosan hidup." Ia menoleh ke rekannya yang paling besar. "Hebong, habisi dia!" Hebong, pria dengan tubuh kekar dan kepala botak mengkilap, melangkah maju. Gerakannya berat, tetapi setiap langkah yang diambilnya terdengar seperti gemuruh kecil di tanah. Kedua tangannya mulai meremas jari-jarinya hingga terdengar bunyi krek-krek yang menggema dalam kesunyian malam. "Hmp! Bocah sialan, kau memang cukup licik bisa menjatuhkan bos kami. Tapi kau membuat kesalahan besar malam ini!" suaranya dalam dan kasar. Tanpa aba-aba, Hebong menerjang maju, mengayunkan pedangnya dari atas ke bawah dengan kekuatan penuh. Kilatan pedang yang memantulkan cahaya bulan menandakan betapa tajamnya bilah itu. "Mati kau, brengsek!" Hebong menyeringai, membayangkan pemuda di hadapannya akan terbelah menjadi dua. Namun, begitu bilahnya hampir menyentuh kepala Zhu Long, tiba-tiba bilah pedang itu terhenti di tengah jalan dan terlihatlah dua jari Zhu Long menjepit bilah pedang itu di tengah udara. "A-apa!?" Mata Hebong membelalak, begitu pula yang lainnya menatap tak percaya. Dengan napas tersengal, Hebong mencoba menarik pedangnya kembali, mengerahkan seluruh kekuatannya. Namun, pedang itu tak bergerak seinci pun—seolah tersangkut dalam batu yang tak tergoyahkan. Kepanikan mulai menjalar ke dalam pikirannya. "Sial! Lepaskan!" Hebong merenggut gagang pedang dengan kedua tangannya, mencoba menariknya dengan sekuat tenaga. Namun, sebelum ia bisa melakukan banyak usaha—sebuah kepalan tangan melesat seperti kilat, menghantam tepat di tengah hidungnya dengan keras. Darah menyembur keluardari mulut serta hidungnya, dan tubuh kekarnya terpental jauh ke belakang, menabrak tanah dengan keras. Hebong berguling dua kali sebelum berhenti, pingsan dengan wajah berlumuran darah. Teman-temannya hanya bisa terpaku di tempat. Mereka ini pernah melihat Hebong menghancurkan orang dengan satu pukulan, tetapi kini, pria raksasa itu tumbang hanya dengan satu serangan sederhana dari pemuda yanng jauh lebih kurus darinya. "Dasar tak berguna!" geram pria botak lainnya, ekspresinya kesal. "Hanya menghadapi bocah ingusan saja kau tak mampu!" Tanpa berpikir panjang, ia juga menerjang maju dengan pedang terhunus, berusaha menebas Zhu Long. Namun, sebelum pedangnya mengenai sasaran, sebuah tamparan cepat menghantam sisi wajahnya. Tubuh pria itu melayang ke udara sebelum jatuh dengan bunyi gedebuk, tepat di atas tubuh Hebong. Sisa dua orang lainnya tak bisa lagi menahan ketakutan mereka. Mereka merasa napas mereka tercekat, seolah tekanan udara di sekeliling mereka semakin berat. Tatapan dingin Zhu Long yang menusuk bagaikan bilah pedang menembus dada mereka. Mereka saling berpandangan, keringat dingin mengalir di pelipis. Lalu, tanpa pikir panjang— "Tolong ampuni kami!" Keduanya langsung berlutut, membentur kepala mereka di atas tanah berkali-kali. "Kami berjanji tak akan mengulangi kejahatan ini lagi! Mohon ampuni kami!" "Kami hanya mengikuti perintah! Kami tidak tahu apa-apa!" Jeritan mereka menggema di bawah kegelapan malam. Namun, Zhu Long bahkan tidak melirik mereka. Dengan langkah santai, ia berbalik, membiarkan kedua pria itu tenggelam dalam ketakutan mereka sendiri. Tatapannya kini tertuju pada gadis muda yang masih terduduk dengan tubuh gemetar. Matanya yang tadi dipenuhi ketakutan kini memancarkan kelegaan seolah harapan baru telah muncul. Air mata menggenang di pelupuk matanya, tak bertahan lama sebelum jatuh membasahi pipinya. Akhirnya… Akhirnya seseorang datang menyelamatkannya.Dari posisinya yang tinggi, ia mengendalikan monster itu, matanya berkilat penuh kemenangan. Cakar berlapis tulang dari monster itu tampak tajam dan mematikan, masing-masing seukuran gerobak, membawa serta aura kematian dan niat membunuh yang pekat. Ia mengangkat cakarnya, siap menghantam Zhu Long menjadi debu.Di sisi lain, Zhu Long hanya tersenyum sinis. Ia sudah terlalu lama menghabiskan waktu di wilayah Laut Mati ini. Meskipun ada rasa lelah, tekadnya untuk menyelesaikan ini secepat mungkin dan mencari jalan keluar tak tergoyahkan. Ia melirik sekilas ke arah Shan Rong yang tergeletak di sampingnya, masih tertidur pulas karena efek ramuan pelumpuh yang dosisnya terlalu tinggi. Aura lemah yang memancar dari tubuh Shan Rong membuat Zhu Long khawatir jika ia tak memberi Shan Rong penawar secepat mungkin, itu akan berefek fatal pada kesehatan tubuhnya."Mari akhiri ini segera. Tinggal lebih lama di wilayah Laut Mati terlalu berisiko. Selain itu, takutnya Iblis Ilusi itu malah mengeja
Suara itu menggelegar di telinga Gui Sha, membuatnya merasa seperti mendengar suara dari sosok dewa yang akan turun ke bumi, sebuah tekanan yang membuatnya terguncang dan agak gugup. Namun, ia segera mengenali suara itu. Tak salah lagi, itu adalah suara pria yang menjadi lawannya sebelumnya, Zhu Long yang asli."Apa yang kau bualkan, bocah! Mulutmu tak pantas menyebut keagungan klan Gui! Kau pikir siapa dirimu, hah!?" seru Gui Sha, penuh amarah dan rasa terhina. Niat membunuh dan aura merah darah memancar dari tubuhnya dengan ganas. Udara di sekitarnya bergetar halus, seolah tertekan oleh emosi kuatnya. Ia merasa dipermainkan.Tak lama kemudian, di tengah badai paku darah yang menghujam, sosok Zhu Long yang asli muncul di sisi klonnya, melayang anggun di udara. Pedang perak masih tergenggam erat di tangannya, memancarkan cahaya energi keemasan redup. Hanya dengan sekali lambaian tangan, sebuah gelombang energi menyapu udara. Ribuan paku darah yang menerjang itu hancur berkeping-ke
Di sisi lain, ratusan kilometer dari bentrokan dahsyat dengan Kitsune, klon Zhu Long yang membawa tubuh Shan Rong akhirnya tiba di sebuah reruntuhan kuil kuno yang tampak tua dan usang. Bangunan itu nyaris tak bisa dikenali lagi, dengan tiang-tiang batu yang patah dan atap yang ambruk. Patung-patung batu berwajahkan iblis, diselimuti jaring laba-laba tebal dan telah retak di beberapa tempat termakan waktu, berdiri sebagai saksi bisu keagungan yang telah lama hilang. Aura kuno yang menyelimuti tempat itu terasa berat, seolah menyimpan cerita-cerita yang telah lama terkubur.Namun, ketenangan di sekitar reruntuhan itu tak bertahan lama. Baru saja klon Zhu Long menginjakkan kaki di tanah berdebu, sebuah serangan mendadak datang dari kejauhan dengan kecepatan luar biasa. Udara di sekelilingnya berdesing nyaring, membawa serta bau karat dan aura kematian yang pekat."Paku Darah Seribu Arwah!" seru Gui Sha dari kejauhan, ekspresinya tampak muram dipenuhi amarah yang membara. Ia telah men
Tapi ia sudah memiliki sebuah rencana matang untuk dilakukan. Terutama ia sudah memancing murka Kitsune yang jelas tak mungkin ia hadapi untuk saat ini, apalagi Shan Rong masih bersama klonnya. Zhu Long tahu bahwa Kitsune yang marah adalah kekuatan yang jauh lebih berbahaya daripada Mu Xiong sendiri.Ketika Mu Xiong hendak menghilang dari area pertempuran secara diam-diam, mengaktifkan teknik persembunyian untuk menyelinap pergi, tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu muncul di belakangnya. Sebuah gelombang energi spiritual yang familiar, namun dengan niat yang mengejutkan, mendekat dengan kecepatan kilat. Dan itu tak lain adalah sosok Zhu Long."Dasar binatang buas tak tahu diri! Kau hanyalah makhluk keji! Dunia ini adalah milik kami para manusia, binatang bodoh sepertimu tak pantas menginjakkan kaki di sini!" seru Zhu Long tiba-tiba, suaranya menggelegar, sengaja diucapkan dengan volume tinggi yang membelah udara dan menembus telinga Kitsune. Setiap kata dipenuhi nada penghinaan dan p
Kilatan keemasan terang terpancar dari sana, membelah kegelapan suram. Dan dalam sekejap, pedang di tangannya terayun lembut secara vertikal. Itu adalah gerakan yang nyaris tak terlihat, sangat sederhana, seolah ia hanya menggerakkan tangannya tanpa kekuatan.Sejenak tampak tak terjadi apa-apa. Namun tangan raksasa yang terbentuk dari asap putih itu mendadak berhenti di udara, membeku. Sebuah garis lurus sempurna terukir di tengah-tengahnya, membentang dari atas hingga bawah, tipis seperti benang sutra namun mematikan.Dalam beberapa detik kemudian, dengan desisan yang aneh, tiba-tiba tangan asap putih itu hancur menjadi serpihan, seperti tersapu tekanan angin tak kasat mata. Hasil tebasan pedang Zhu Long tidak hanya menghancurkan tangan raksasa itu, tetapi juga membelah hingga ratusan meter ke depan, menyingkirkan asap putih tebal Kitsune yang menghalangi pandangan, menciptakan celah terang di tengah kegelapan yang mengepul.Tiba-tiba, sebuah jeritan aneh dan melengking terdengar d
Mu Xiong berdiri kembali, napasnya berat, namun matanya tetap tenang, penuh kepercayaan diri yang tinggi. Ia telah menunjukkan sebagian kecil dari kekuatan aslinya, sebuah peringatan bagi binatang buas rubah itu."Kau tak bisa menakutiku dengan asap dan ilusi murahan ini, rubah sialan!" serunya, suaranya dipenuhi amarah dan dominasi. Ada nada menantang dalam suaranya, sebuah deklarasi bahwa ia tidak akan gentar. "Aku telah melihat berbagai jenis keterampilan seperti ini, kau pikir bisa menipuku!" Serangan Kitsune selanjutnya datang lagi seolah tak ada habisnya, bahkan lebih ganas dari sebelumnya. Puluhan tombak tornado asap yang lebih besar dan lebih cepat muncul, menerjang Mu Xiong dari segala sisi, berusaha menenggelamkannya dalam badai kehancuran. Ini adalah perang habis-habisan antara kekuatan kuno binatang buas dan kultivator ranah Golden Core.Sementara itu, di sisi lain medan pertempuran yang diselimuti kabut dan asap tebal, Zhu Long menyaksikan bagaimana Mu Xiong menghancurk