Share

Bab 3 - Sekelompok Pengganggu

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-03-23 05:33:01

Di dalam keheningan rumah kayu yang rapuh, Zhu Long duduk bersila, napasnya teratur dalam ritme yang dalam dan stabil.

Matanya terpejam, tetapi pikirannya tetap waspada. Setelah bertahun-tahun hidup sebagai jiwa pengembara, ia tahu bahwa bahaya bisa datang kapan saja, dari mana saja.

'Delapan jalur meridian tubuh ini sudah terbuka…' Zhu Long bergumam dalam hati. 'Sayangnya, semua kultivasi tubuh ini sebelumnya telah hilang karena meridian yang sempat rusak. Aku perlu memulai dari awal lagi dan kembali menjadi lebih kuat.'

Perlahan, ia mulai menerapkan teknik Sutra Dewa Seribu Kehidupan, sebuah metode kultivasi tingkat tinggi yang ia rampas dari ingatan seorang jiwa kultivator kuno semasa menjadi jiwa pengembara.

Wushh…

Energi roh di sekelilingnya mulai berputar, seperti angin yang mengalir lembut namun penuh kekuatan. Partikel energi roh yang melayang di udara terserap ke dalam tubuhnya, mengisi ulang ruang dalam dantiannya.

Dengan dantiannya yang telah pulih, kini kultivasi bisa dilakukan dengan lebih lancar. Namun, hanya berkultivasi biasa tak akan cukup untuk membantunya meningkatkan kekuatan dengan cepat.

'Untuk meningkatkan kultivasiku, menyerap energi alam sekitar tak akan cukup. Aku membutuhkan ramuan obat untuk itu,' pikirnya.

Tapi itu bisa ia pikirkan nanti. Saat ini, prioritasnya adalah memulihkan tenaga sebelum meninggalkan tempat ini.

Namun, di tengah keheningan malam, tiba-tiba matanya terbuka. Sorot matanya tajam seperti pedang, penuh dengan kewaspadaan.

Dari kejauhan, telinganya menangkap suara samar—suara derap beberapa pasang kaki yang menginjak tanah dengan langkah berat. Lebih dari satu orang.

Dan kemudian, ia samar-samar mendengar jeritan lirih seorang gadis.

---

Di bawah cahaya bulan yang redup…

Di jalur utama desa kecil yang bobrok, lima pria berbadan kekar berjalan dengan penuh percaya diri. Wajah mereka dipenuhi senyum licik, dan mata mereka memancarkan niat busuk.

Di antara mereka, salah satu pria menggendong seorang gadis muda di bahunya.

Gadis itu tampak kelelahan, kedua tangannya terikat di belakang punggungnya, dan matanya yang sayu menatap kosong ke depan—seolah harapannya telah pupus.

"Haha, aku tak sabar lagi!" seru pria botak dengan secuil rambut di kepalanya. "Biar aku duluan yang merasakan kenikmatan malam ini! Kalian tunggu giliran di luar."

"Tapi bos, gadis ini kan aku yang menangkapnya, jadi—" pria botak lainnya berusaha protes, tetapi langsung dipotong oleh si pemimpin kelompok.

"Diam!" bentaknya dengan suara kasar. "Mau siapa pun yang menangkapnya, aku yang harus mencobanya lebih dulu. Paham!?"

Pria botak yang lebih kecil langsung mengangguk dengan canggung. "B-baiklah, bos. Tapi… jangan sampai rusak, ya?"

"Tentu saja, haha! Setelah aku selesai, kalian bisa menikmati sisanya!" pria botak itu tertawa puas, lalu melangkah menuju rumah kayu sederhana yang tampak masih layak digunakan.

Tak butuh waktu lama hingga langkahnya sampai di depan pintu. Saat tangannya terulur untuk membuka pintu sesuatu yang tak terduga terjadi!

BANG!

Tiba-tiba, pintu kayu itu terdorong dengan kekuatan luar biasa, terlempar ke depan dengan kecepatan tinggi!

Pria botak itu tak sempat bereaksi sebelim pintu itu menghantam tubuhnya dengan keras, membuatnya terpental beberapa meter ke belakang sebelum jatuh tersungkur dengan papan pintu yang masih menempel di tubuhnya.

Suasana berubah sunyi seketika.

Mata keempat pria lainnya membelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Dari dalam rumah kayu, sosok seorang pemuda muncul dari balik bayangan. Tatapan dingin Zhu Long menyapu sekelompok para pria berbadan kekar itu.

"Sepertinya kalian sudah cukup menikmati hidup di dunia ini," suaranya terdengar datar, tetapi ada nada berbahaya yang terpendam di dalamnya. "Tapi sayangnya… aku tak bisa mengampuni tindakan keji kalian."

Angin malam berhembus pelan, menggoyangkan daun-daun kering di sekitar desa yang sunyi.

Cahaya bulan samar menerangi tanah berdebu, memperlihatkan pemandangan empat pria berbadan kekar yang menatap tak percaya ke arah bos mereka—terkapar dengan papan pintu menindih tubuhnya.

Salah satu dari mereka mengernyit, sorot matanya dipenuhi kemarahan.

"Siapa kau, brengsek!? Beraninya kau menyerang bos kami diam-diam!" teriaknya dengan geram.

Seorang pria lain yang lebih tinggi dengan pedang tergantung di pinggangnya mencabut senjatanya, matanya menyipit ke arah Zhu Long.

"Dia pasti bosan hidup." Ia menoleh ke rekannya yang paling besar. "Hebong, habisi dia!"

Hebong, pria dengan tubuh kekar dan kepala botak mengkilap, melangkah maju. Gerakannya berat, tetapi setiap langkah yang diambilnya terdengar seperti gemuruh kecil di tanah. Kedua tangannya mulai meremas jari-jarinya hingga terdengar bunyi krek-krek yang menggema dalam kesunyian malam.

"Hmp! Bocah sialan, kau memang cukup licik bisa menjatuhkan bos kami. Tapi kau membuat kesalahan besar malam ini!" suaranya dalam dan kasar.

Tanpa aba-aba, Hebong menerjang maju, mengayunkan pedangnya dari atas ke bawah dengan kekuatan penuh. Kilatan pedang yang memantulkan cahaya bulan menandakan betapa tajamnya bilah itu.

"Mati kau, brengsek!" Hebong menyeringai, membayangkan pemuda di hadapannya akan terbelah menjadi dua.

Namun, begitu bilahnya hampir menyentuh kepala Zhu Long, tiba-tiba bilah pedang itu terhenti di tengah jalan dan terlihatlah dua jari Zhu Long menjepit bilah pedang itu di tengah udara.

"A-apa!?"

Mata Hebong membelalak, begitu pula yang lainnya menatap tak percaya.

Dengan napas tersengal, Hebong mencoba menarik pedangnya kembali, mengerahkan seluruh kekuatannya. Namun, pedang itu tak bergerak seinci pun—seolah tersangkut dalam batu yang tak tergoyahkan.

Kepanikan mulai menjalar ke dalam pikirannya.

"Sial! Lepaskan!" Hebong merenggut gagang pedang dengan kedua tangannya, mencoba menariknya dengan sekuat tenaga. Namun, sebelum ia bisa melakukan banyak usaha—sebuah kepalan tangan melesat seperti kilat, menghantam tepat di tengah hidungnya dengan keras.

Darah menyembur keluardari mulut serta hidungnya, dan tubuh kekarnya terpental jauh ke belakang, menabrak tanah dengan keras.

Hebong berguling dua kali sebelum berhenti, pingsan dengan wajah berlumuran darah.

Teman-temannya hanya bisa terpaku di tempat. Mereka ini pernah melihat Hebong menghancurkan orang dengan satu pukulan, tetapi kini, pria raksasa itu tumbang hanya dengan satu serangan sederhana dari pemuda yanng jauh lebih kurus darinya.

"Dasar tak berguna!" geram pria botak lainnya, ekspresinya kesal. "Hanya menghadapi bocah ingusan saja kau tak mampu!"

Tanpa berpikir panjang, ia juga menerjang maju dengan pedang terhunus, berusaha menebas Zhu Long.

Namun, sebelum pedangnya mengenai sasaran, sebuah tamparan cepat menghantam sisi wajahnya.

Tubuh pria itu melayang ke udara sebelum jatuh dengan bunyi gedebuk, tepat di atas tubuh Hebong.

Sisa dua orang lainnya tak bisa lagi menahan ketakutan mereka.

Mereka merasa napas mereka tercekat, seolah tekanan udara di sekeliling mereka semakin berat.

Tatapan dingin Zhu Long yang menusuk bagaikan bilah pedang menembus dada mereka.

Mereka saling berpandangan, keringat dingin mengalir di pelipis. Lalu, tanpa pikir panjang—

"Tolong ampuni kami!"

Keduanya langsung berlutut, membentur kepala mereka di atas tanah berkali-kali.

"Kami berjanji tak akan mengulangi kejahatan ini lagi! Mohon ampuni kami!"

"Kami hanya mengikuti perintah! Kami tidak tahu apa-apa!"

Jeritan mereka menggema di bawah kegelapan malam. Namun, Zhu Long bahkan tidak melirik mereka.

Dengan langkah santai, ia berbalik, membiarkan kedua pria itu tenggelam dalam ketakutan mereka sendiri.

Tatapannya kini tertuju pada gadis muda yang masih terduduk dengan tubuh gemetar. Matanya yang tadi dipenuhi ketakutan kini memancarkan kelegaan seolah harapan baru telah muncul.

Air mata menggenang di pelupuk matanya, tak bertahan lama sebelum jatuh membasahi pipinya. Akhirnya… Akhirnya seseorang datang menyelamatkannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mulai menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 262 - Janji Kesetiaan

    Keesokan harinya, fajar menyingsing, mewarnai langit dengan rona keemasan. Di sebuah gang sempit di pinggiran Kota Yongzu, tempat yang jauh dari hiruk pikuk pelelangan, Zhu Long berhadapan dengan kelima pria yang ia beli. Udara pagi yang kering terasa dingin di kulit, kontras dengan panas yang akan datang beberapa jam lagi."Sebelumnya aku mau tahu, dari mana asal kalian?" tanya Zhu Long, suaranya tenang, namun penuh dengan otoritas. Ia menatap setiap pria satu per satu, mengamati ekspresi mereka.Xian Taizun, sosok yang tampak paling tua di antara mereka, segera menjawab dengan sopan, wajahnya datar tanpa emosi. "Kami tak berasal dari manapun, kami hanyalah budak Anda sekarang." Ia telah hidup sebagai budak untuk waktu yang lama, dan ia tahu betul bagaimana cara menghadapi tuannya. Menjawab dengan jujur adalah hal yang paling aman.Zhu Long diam sesaat, matanya menyipit. Ia tidak terkesan dengan jawaban itu. "Menurut kalian, apa pantas mengeluarkan puluhan ribu batu roh hanya untuk

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 261 - Budak

    Berbagai barang dan pusaka terus dikeluarkan dalam pelelangan Klan Hu. Setiap pusaka yang muncul memiliki kegunaan dan keistimewaan unik tersendiri. Namun, kebanyakan para tamu yang hadir tidak mengetahui nilai sejati dari pusaka-pusaka itu. Alhasil, banyak pusaka berharga jatuh ke tangan mereka yang kaya raya ataupun orang-orang yang hanya suka mengoleksi.Zhu Long yang duduk di meja paling pojok, hanya menatap acuh tak acuh. Selain Guci Awan Mimpi yang dia dapatkan, hampir tidak ada satu pun pusaka lain yang membuatnya tertarik. Ia tidak terkejut. Kebanyakan dari pusaka ini adalah artefak biasa yang dihias, atau pusaka kuno yang sudah rusak dan tidak berguna."Gelang Giok Hitam dan Cermin Hati Iblis cukup bagus. Namun sangat disayangkan, pusaka-pusaka itu rusak dan sulit diperbaiki." gumamnya, matanya memindai dua pusaka yang baru saja dilelang. Sebagai seorang yang pernah hidup sebagai jiwa pengembara selama ribuan tahun, Zhu Long tahu bahwa pusaka-pusaka itu, jika dalam kondisi

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 260 - Pelelangan Klan Hu

    Kediaman Klan Hu, salah satu klan dagang terbesar di Kota Yongzu, ramai dengan pengunjung dari seluruh penjuru kota. Mereka datang tak lain adalah untuk menghadiri acara pelelangan besar yang akan segera dimulai. Suasana malam itu begitu hidup, dipenuhi dengan bisikan, tawa, dan aroma hidangan yang menggugah selera. Di gerbang utama, para penjaga yang berotot dengan kulit gelap dan mata tajam mengawasi setiap tamu yang masuk, memastikan tidak ada penyusup yang tidak diinginkan.Di bawah gelapnya malam yang diterangi cahaya bulan purnama yang bersinar terang digiring bintang yang berkelap-kelip, aula utama tempat pelelangan Klan Hu tampak meriah oleh berbagai jenis seni hiburan-hiburan.Di panggung-panggung kecil yang tersebar di seluruh aula, para penari bercadar dengan pakaian seksi menari-nari, gerakan mereka anggun dan menggoda, memikat perhatian para tamu. Di setiap meja, minuman dan hidangan mewah disajikan, menguarkan bau harum yang memanjakan indra. Para pelayan, dengan seny

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 259 - Kota Yongzu

    "Dari zaman kuno hingga sekarang, ternyata Klan Xianyu belum sepenuhnya musnah. Mereka pernah terlibat dalam perang para dewa di wilayah Laut Mati, namun sebagian anggota klan itu menyebar ke seluruh penjuru dunia kultivasi. Salah satu klan kuat yang diburu oleh ras iblis," gumam Zhu Long, matanya menatap ke kejauhan saat ia melesat melewati hutan.Ia baru saja menerima warisan dari Kaisar Kong Ming, sebuah entitas dari masa lalu yang misterius. Warisan itu tidak hanya memberinya kekuatan, tetapi juga sebuah misi dan tujuan baru dalam hidupnya. Ia tidak lagi hanya memikirkan balas dendam, tetapi juga tentang takdir sebuah klan yang nyaris punah.Dengan warisan itu, Zhu Long kini memiliki tujuan baru: untuk mencari dan mengumpulkan sisa-sisa anggota Klan Xianyu yang masih hidup. Ia tahu, tugas ini tidak akan mudah. Klan Xianyu adalah klan yang kuat, dan keberadaan mereka sangatlah dirahasiakan. Mereka mungkin bersembunyi di tempat-tempat yang paling tidak terduga.Walaupun ia tak tahu

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 258 - Kaisar Kong Ming

    Dalam tiga bulan kemudian, kompetisi antar murid Sekte Xuanli berakhir. Hutan Zuku, yang sebelumnya merupakan wilayah tak bertuan yang dipenuhi bahaya, kini sebagian besar sudah terjamah oleh para murid sekte. Secara alami, wilayah tersebut sudah menjadi milik Sekte Xuanli.Di samping menggarap Tambang Dewa yang kini sudah hancur—setidaknya di mata publik—Perkumpulan Tianzhao berhasil menjamah hutan yang begitu luas hingga ribuan hektar. Menjadikan mereka salah satu kelompok yang berhasil menggarap tanah terbesar di Hutan Zuku. Pencapaian ini adalah hasil dari kejelian Lin Ming dan kekuatan tak terduga Zhu Long.Perkumpulan Tianzhao, terutama Lin Ming, akhirnya menjadi sorotan topik terpanas para murid. Semua orang penasaran bagaimana kelompok kecil itu berhasil mengalahkan Perkumpulan Moyan yang sudah mengakar kuat di sekte. Banyak murid yang tertarik bergabung dengan Perkumpulan Tianzhao, tetapi banyak pula yang beranggapan bahwa perkumpulan itu sangat mencurigakan. Mereka tidak bi

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 257 - Panggilan Dewan Tetua

    ​Kabar tentang kekalahan Perkumpulan Moyan dalam perebutan Tambang Dewa di Hutan Zuku menyebar luas di kalangan murid Sekte Xuanli. Berita itu mengalir cepat, dari bisikan ke bisikan, hingga sampai di telinga Niu Feng.​Saat ini, di dalam kediamannya yang mewah, sebuah cangkir teh yang terbuat dari giok pecah berantakan di atas meja, serpihannya berserakan di mana-mana. Jelas, Niu Feng sangat marah atas kerugian besar yang kelompoknya alami. Ia tidak pernah menyangka bahwa Perkumpulan Moyan akan mengalami kekalahan telak seperti ini, apalagi di tangan sebuah kelompok kecil yang baru terbentuk.​"Niu Han! Kenapa dia bisa begitu ceroboh? Bisa-bisanya dia kalah dari kumpulan murid-murid sampah itu, bahkan sampai kehilangan nyawanya." geram Niu Feng, tatapannya muram.​Ia bangkit dari tempat duduknya, berjalan mondar-mandir di dalam ruangan, pikirannya dipenuhi kemarahan dan kebingungan. "Perkumpulan Tianzhao hanyalah kelompok yang baru terbentuk tak lama ini. Dibandingkan para anggotan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status