Mentari pagi merangkak naik, mengusir sisa-sisa kegelapan malam yang masih menyelimuti desa bobrok itu. Cahaya keemasan menyoroti bekas perumahan yang telah lama ditinggalkan, menyapu debu dan puing-puing yang berserakan di tanah.
Zhu Long melangkah perlahan, meninggalkan tempat itu tanpa menoleh ke belakang, tak ada alasan untuknya tetap tinggal lebih lama. Namun, baru beberapa langkah, dia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Ketika menoleh, ia mendapati sosok gadis muda yang semalam diselamatkannya, ia tampak berjalan di belakangnya dengan ragu-ragu. Sinar matahari pagi menerpa wajah gadis itu, memperlihatkan kulitnya yang putih bersih dan mata merahnya yang berkilau seperti ruby. Meski pakaiannya sederhana dan tubuhnya tampak sedikit lelah, kecantikannya tetap terpancar. Jika saja ia mendapat perawatan yang layak, pesonanya bisa membuat mata laki-laki tak dapat berpaling. Zhu Long mengira gadis itu telah pergi setelah mengucapkan terima kasih semalam. Namun ternyata, ia masih di sini, menunggunya pergi. Dengan alis sedikit terangkat, Zhu Long akhirnya bertanya, "Apa kau tak punya tempat tinggal? Atau tak tahu jalan pulang?" Shan Rong menggigit bibirnya, menundukkan kepala sambil menatap tanah di bawahnya. "A-aku... Aku tak punya..." suaranya lirih, hampir seperti bisikan yang terbawa angin. Mata Zhu Long menajam, menatapnya beberapa detik sebelum bertanya lagi. "Jadi kau ingin mengikutiku?" Namun, kali ini gadis itu hanya diam. Matanya berkedip ragu, seolah malu mengungkapkan keinginannya secara langsung. Zhu Long menyipitkan mata. Ada sesuatu yang aneh dari gadis ini. Bukan hanya karena sorot matanya yang merah seperti ruby, tetapi pada auranya yang berbeda dari gadis pada umumnya. Walaupun samar, Zhu Long dapat merasakan bahwa gadis ini tak sesederhana kelihatannya. 'Dia cukup menarik… Tapi masih terlalu muda, ck ck.' Zhu Long menggelengkan kepala sejenak, lalu menghela napas pelan sebelum akhirnya memutuskan. "Baiklah, kau bisa ikut denganku. Tapi perjalanan ke Kota Hongli cukup jauh. Kau tak boleh mengeluh selama di perjalanan." ucapnya kemudian. Mata gadis itu membesar seketika. Seolah sinar harapan yang sempat meredup dalam dirinya kini menyala kembali. "B-baik! Aku tak akan merepotkanmu, tuan!" katanya dengan suara bergetar namun penuh rasa syukur. Zhu Long tersenyum tipis sebelum melanjutkan langkahnya, diikuti oleh gaadis muda itu yang berjalan dengan penuh semangat. --- Di tengah perjalanan, angin sepoi-sepoi bertiup lembut, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang gugur. Zhu Long, yang sejak tadi berjalan dalam diam, akhirnya membuka percakapan. "Siapa namamu?" tanyanya tanpa menoleh. Shan Rong mempercepat langkahnya hingga sejajar dengan Zhu Long. "Namaku Shan Rong. Bagaimana denganmu, tuan?" tanyanya balik, kini suaranya terdengar lebih ceria. "Jangan panggil aku tuan, namaku Zhu Long." jawabnya singkat, menyunggingkan senyum lembut. Shan Rong terdiam sesaat. Ada sesuatu dalam senyum lembut itu—sesuatu yang membuat jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas. Setelah beberapa saat, Zhu Long kembali bertanya. "Di mana keluargamu? Bagaimana kau bisa berakhir di tangan para berandalan itu?" Mendengar pertanyaan itu, langkah Shan Rong agak melambat. Senyum yang sempat muncul di wajahnya perlahan memudar. Ekspresi matanya berubah, dipenuhi kesedihan dan luka yang sepertinya sulit untuk dilupakan. Ia menunduk, menggenggam kedua tangannya erat. "Keluargaku… mereka semua dibantai habis oleh kultivator jahat." suaranya sedikit bergetar, tetapi ia tetap mencoba terdengar tegar. Zhu Long menoleh ke arahnya, sorot matanya mulai serius. Shan Rong melanjutkan, "Mereka… menginginkan sesuatu dari keluargaku. Kedua orang tuaku melawan sekuat tenaga, memberi waktu agar aku bisa kabur, aku tak tahu apa yang terjadi pada mereka sekarang. Tapi… pada akhirnya, para berandalan itu menangkapku di tengah jalan." Tangannya gemetar, seolah mengingat kembali saat-saat mengerikan itu. Matanya yang merah seperti ruby berkilat, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh. Ia berusaha untuk tidak menangis. Ia hanya berdiri tegak, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Zhu Long tetap diam. Tidak ada belas kasihan yang terpancar dari matanya, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang mirip dengan perasaan gadis itu. Ia tahu rasanya kehilangan. Ia juga tahu rasanya memendam dendam. "Jika bukan karenamu, mungkin aku sudah tak berdaya sekarang. Terimakasih telah menyelamatkanku." lanjut Shan Rong kembali mendongak ke arah Zhu Long dan menunjukkan senyum yang menyimpan kepedihan. "Oh, bukan masalah besar. Semalam aku hanya kesal saja karena merasa terganggu dengan ocehan para berandal itu. Tapi syukurlah kau tak kenapa-napa." balasnya. Shan Rong tertegun sejenak, ia tak tahu bagaimana harus mengartikan ucapan itu, tanpa sadar wajahnya mulai menunjukkan rona tipis. --- Langit mulai berwarna jingga ketika Zhu Long dan Shan Rong akhirnya tiba di Kota Hongli setelah menempuh perjalanan panjang. Kota Hongli bukan sekadar kota kecil biasa. Kota ini adalah salah satu pusat perdagangan di bagian timur Negara Qingli. Bangunan-bangunan megah berdiri kokoh, mencerminkan kekayaan dan kekuasaan klan-klan besar yang memerintah kota ini. Di antaranya ada klan Li yang merupakan klan pemimpin kota, serta klan Qin, klan Meng, dan klan Zhu yang merupakan keluarga tempat Zhu Long berasal. Ketika mereka memasuki gerbang kota, hiruk pikuk kehidupan langsung menyergap kekaguman Shan Rong. Suara pedagang yang menawarkan dagangan, suara langkah kaki yang bergegas, dan tawa anak-anak yang bermain di sudut jalan membentuk orkestra kehidupan yang hidup dan nyata. "I-ini luar biasa..." gumam Shan Rong, matanya berbinar menatap sekeliling. Ia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lentera-lentera merah menggantung di sepanjang jalan, menciptakan suasana yang megah. Para pedagang sibuk menjajakan dagangannya—dari sutra berkualitas tinggi, rempah-rempah harum, hingga perhiasan yang berkilau di bawah cahaya matahari sore. Melihat ekspresi takjub Shan Rong, Zhu Long meliriknya sekilas sebelum tersenyum tipis. "Apa ini pertama kalinya kau datang ke kota besar?" tanyanya santai. Shan Rong mengangguk perlahan. "Ya, tempat tinggalku berada jauh di tengah hutan, hanya desa kecil yang terdiri dari beberapa orang. Aku baru pertama kali melihat penduduk seramai ini." "Hmm... Kau akan melihat lebih banyak hal menarik nanti. Setelah kita tiba di kediaman klan Zhu, aku akan membawamu berkeliling kota." kata Zhu Long. Mendengar itu Shan Rong mengangguk polos seperti anak ayam mematuk nasi, matanya pun berbinar penuh antusias. Mereka berjalan melewati jalan utama kota hingga akhirnya tiba di sebuah kediaman luas yang berdiri megah di atas tanah berbatu hitam. Gerbang besar dengan ukiran kepala naga menjulang di hadapan mereka, menjelaskan bahwa ini bukanlah tempat sembarangan—kediaman utama klan Zhu. Saat mereka mendekati gerbang, seorang penjaga berseragam biru tua dengan lambang klan Zhu di dadanya mendekat. Matanya membelalak ketika melihat siapa yang datang. "T-Tuan Muda?!" serunya dengan nada kaget dan sedikit ragu. Sudah setahun sejak Zhu Long meninggalkan kediaman ini, dan kedatangannya yang tiba-tiba tentu mengejutkan banyak orang di klan. Zhu Long hanya mengangkat tangan, mengisyaratkan agar penjaga itu tidak perlu banyak bersikap formal. Tanpa menunggu, ia melangkah masuk melewati halaman yang luas, dengan Shan Rong mengikutinya dari belakang. Begitu memasuki halaman utama, seorang pria paruh baya berdiri tegak dengan tangan bersedekap. Tatapan matanya tajam, namun tersirat kerinduan yang mendalam. Itulah Zhu Jiang, kepala klan Zhu sekaligus ayah Zhu Long. Ketika Zhu Long berdiri di hadapannya, Zhu Jiang menghela napas panjang, seolah sedang menahan banyak emosi yang ingin ia ungkapkan. Lalu, dengan langkah mantap, ia maju dan meletakkan kedua tangannya di bahu putranya. "Bagaimana kabarmu, Nak? Sudah setahun berlalu sejak kau diterima di Sekte Linjian… Ayah benar-benar merindukanmu." suaranya dalam, penuh perasaan. Zhu Long menatap ayahnya. Senyum lembut terukir di wajahnya, namun ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyum itu. Setahun telah berlalu… Setahun sejak ia meninggalkan rumah ini untuk bergabung dengan Sekte Linjian… Namun, pria yang berdiri di sini sekarang bukanlah Zhu Long yang sama seperti setahun lalu. Dunia telah mengubahnya. Berbagai macam hal terjadi di sekte Linjian. Dan yang paling penting, Zhu Long kini membawa rahasia yang ayahnya tak akan pernah bisa bayangkan. Kalaupun ia memberitahunya, Zhu Jiang tak akan percaya jika tubuh anaknya kini dirasuki jiwa orang lain. Zhu Long mengangguk ringan. "Aku baik-baik saja, Ayah." Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tahu bahwa kata-kata itu hanyalah kebohongan yang harus ia ucapkan.Xiao Han berdiri perlahan dari sisi ranjang ayahnya, sorot matanya beralih kepada sosok muda yang berdiri diam tak jauh di belakangnya. Wajahnya tenang, tapi penuh makna. Ia lalu menoleh pada adiknya, Xiao Yu, dan berkata dengan suara yang mantap namun lembut:"Orang yang kumaksud adalah dia."Xiao Yu refleks mengikuti arah pandang kakaknya, matanya menangkap sosok asing yang sejak tadi berdiri tanpa bicara. Baru kini ia benar-benar menyadari kehadiran Zhu Long. Pandangannya sempat naik turun, menilai penampilan pemuda itu—pakaiannya sederhana, tubuhnya tegap namun tidak mencolok, dan matanya... memancarkan sorot tenang, terlalu tenang layaknya seorang yang telah hidup ratusan tahun.Alis Xiao Yu terangkat, ragu mulai menggerogoti benaknya. Ia menoleh kembali ke Xiao Han dengan sorot tidak percaya."Kakak..." ucapnya pelan, nyaris berbisik. "Siapa dia? Kenapa kamu membawanya kemari?"Nada suaranya tak sepenuhnya menuduh, tapi jelas terselip kekhawatiran dan skeptisisme. Sudah terlalu
Langit di atas kota Cheng diselimuti awan kelabu ketika dua pemuda itu melangkah memasuki gerbang luar kota. Aroma debu dan asap dari perapian rumah-rumah penduduk bercampur dalam udara yang lembab. Meski tak sebesar ibu kota provinsi Zhenyu, kota Cheng tetap menyimpan kemegahan dalam kejayaannya, terutama di distrik timur tempat berdirinya kediaman klan-klan terpandang. Namun, begitu memasuki wilayah kediaman klan Xiao, suasana berubah drastis. Jalanan yang berlapis batu bata kini dipenuhi debu dan lumut. Beberapa bangunan tampak reyot, ditinggalkan dalam kesunyian. Zhu Long mengamati sekeliling dengan mata tajamnya, dalam diam menilai betapa besar penurunan yang menimpa klan ini. Di gerbang utama kediaman klan Xiao, dua penjaga berseragam lusuh berdiri dengan tubuh twgap. Begitu melihat kedatangan Xiao Han, mereka segera membungkuk dalam-dalam. "Tuan Muda, anda sudah kembali." sapa salah satu dari mereka, suaranya berat namun menunjukkan rasa hormat yang tulus. Xiao Han menga
“Bantuan untuk apa?” tanya Zhu Long dengan nada tenang namun sorot mata yang memancarkan rasa ingin tahu. Alisnya sedikit mengernyit saat memandang Xiao Han yang tiba-tiba terlihat sangat berbeda dari biasanya.Xiao Han tak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang, menunduk sejenak seolah mencoba mengatur emosinya. Angin pagi berembus pelan di antara pepohonan halaman kediaman Zhu Long, dan dalam kesunyian itu, suara Xiao Han akhirnya terdengar lirih namun mengandung kepedihan mendalam."Kau pasti sudah tahu… aku berasal dari Klan Xiao di Kota Cheng," katanya, suaranya bergetar halus. "Dulu, klanku adalah salah satu pilar kota itu. Klan kami sangat disegani, memiliki banyak ahli kuat dan relasi politik yang solid. Tapi… semua itu berubah setelah ayahku mengalami musibah. Beberapa tetua dan anggota klan mulai menunjukkan wajah aslinya. Mereka membelot, berpindah ke klan lain yang lebih kuat, dan menghianati kami. Semua relasi yang klan kami jalin seketika runtuh, kekuatan klan menur
Beberapa hari kemudian di kediaman Zhu Long. Angin lembut berembus pelan, menggoyangkan daun pepohonan yang menjulang di sisi kediaman sederhana, sementara aroma samar tanah dan rumput basah menyebar di udara. Di tengah dalam ruangan, Zhu Long duduk bersila di tengah-tengah, tenggelam dalam fokus meditasi mendalam. Aura spiritual yang mengelilinginya membentuk pusaran kabut emas yang perlahan berdenyut, seolah menari mengikuti irama napasnya. Udara di sekeliling tubuhnya terasa hangat dengan desiran lembut yang mengandung intensitas energi langit dan bumi yang padat. Tubuh Zhu Long tampak tenang, tapi jika seseorang yang cukup peka melihatnya, mereka akan menyadari bahwa kekuatan spiritual mengalir dalam setiap serat otot dan meridiannya. Ia baru saja menembus tahap delapan ranah Pemadatan Inti—sebuah kemajuan signifikan yang luar biasa cepat. Bagi kultivator biasa, kecepatan kultivasi seperti ini sungguh di luar akal sehat, dan mereka mungkin akan memakan waktu yang cukup lama
Zhu Long sempat terdiam sejenak, matanya menatap cincin ruang yang kini ada di tangannya. Meski dari luar wajahnya terlihat tenang, dalam hatinya ia tak bisa menahan rasa heran dan sedikit kagum. Jumlah batu roh yang diberikan jauh melebihi harga sebenarnya. Ia tahu, tak banyak murid sekte manapun, terlebih dari sekte Yunzhou bagian dalam—yang memiliki kemurahan hati seperti itu. Namun sebagai penjual, dan lebih dari itu, sebagai seseorang yang menjunjung kehormatan diri, ia tetap mengangkat wajahnya dan berkata, "Senior, apakah ini tak masalah? Kau membayar lebih dari harga seharusnya." Yan Hui, yang baru saja memutar tubuhnya hendak pergi, menoleh kembali. Sebuah senyum tipis tergambar di wajahnya—senyum yang tak dibuat-buat, tapi mengandung wibawa tenang dari seseorang yang terbiasa berada di atas. "Tak perlu dipikirkan terlalu jauh, anggap saja sebagai bonus dariku. Kau tahu... sudah lama aku tak mencium aroma ramuan sehalus itu dari seorang alkemis muda. Dan aku bukan tipe o
Xiao Han yang berdiri di samping Zhu Long, nyaris menjatuhkan botol ramuan yang sedang ia pegang. Matanya melebar. Sosok pria muda dengan jubah merah dan bordiran emas itu melangkah anggun, disertai aura percaya diri yang menekan sekeliling. Rambutnya berwarna merah tua, diikat ke belakang dengan ikat perak yang mencolok.'Tidak salah lagi…' batin Xiao Han, nyaris tak terdengar. Matanya membulat saat menyadari siapa yang tengah berdiri di hadapannya.'B-bukankah ini… Tuan Muda Yan Hui dari klan Yan di kota Lingyi?! Dia adalah murid sekte bagian dalam… salah satu jenius hebat di antara para generasi muda!'Jantung Xiao Han berdebar lebih kencang. Ia pernah mendengar cerita tentang Yan Hui—bagaimana pemuda itu mampu memasuki sekte bagian dalam hanya dalam beberapa minggu setelah bergabung dengan sekte. Dan bagaimana dia mengalahkan tiga murid senior sekte bagian dalam dalam satu duel. Tapi ia tak pernah menyangka akan melihatnya langsung… di hadapan kios kecil mereka yang bahkan belum l
"Kau pikir aku bego, hah!?" serunya lantang, suaranya nyaring menembus kerumunan dan menarik perhatian beberapa murid yang lalu lalang. Xiao Han terlonjak kaget. Kepalanya menoleh cepat ke arah sumber suara dan mendapati seorang gadis berpakaian merah muda berdiri di depan kios darurat mereka, matanya menatap tajam ke arah Zhu Long. Harga di luar dugaan itu benar-benar membuatnya tak terima. "Apa yang kau lakukan saudara Zhu? Ramuan itu… bukan pil kelas menengah atau tinggi, kan?" bisik Xiao Han, nyaris tak percaya. Sementara keringat dingin mulai membasahi pelipisnya, Zhu Long tetap duduk santai, bahkan tak tergoyahkan oleh nada tinggi si gadis. Gadis itu kembali bersuara, kali ini lebih tajam dari sebelumnya, "Bahkan di Paviliun Alkemis, ramuan kelas rendah seperti ini dijual hanya sepuluh sampai dua puluh batu roh! Apa kau pikir bisa menipuku seenaknya? Lima puluh batu roh?! Kalau mau menipu, setidaknya lakukan dengan cara lebih cerdas! Dasar bodoh!" Umpatan itu menggema, da
Zhu Long kemudian mendekati Tetua Ye Zheng yang masih berdiri di sana, "Tetua, apakah barang yang kuminta sebelumnya sudah selesai?" tanyanya. Ye Zheng mengangguk pelan sebelum mengeluarkan sebuah kotak kayu seukuran kepalan tangan. "Ini adalah ramuan Jin Gusan (Serbuk Tulang Emas) seperti yang kau minta. Dengan teknik pemurnian tingkat tinggi, aku bahkan bisa memurnikan beberapa butir sekaligus. Aku yakin khasiatnya jauh lebih ampuh dari ramuan seperti ini pada umumnya." ujarnya bersemangat. Zhu Long mengambil kotak kayu itu dan menilai kualitas ramuan di dalamnya. Walaupun tak mencapai 90% tapi itu sudah cukup untuknya. Ramuan Jin Gusan adalah ramuan obat tingkat tinggi, di buat dengan bahan-bahan langka dan mahal. Karenanya Zhu Long meminta Tetua Ye Zheng untuk memurnikannya, dengan begitu ia tak perlu membayar dengan batu roh. Secarik kertas berisi metode pemurnian itu sudah cukup. "Baiklah Tetua Ye, terimakasih banyak." ujarnya. Ye Zheng mengangguk pelan, mengelus janggut
Shin Tian merupakan tuan muda dari klan Shin di kota Cheng. Sebuah klan memiliki reputasi tinggi di Provinsi Zhenyu. Klan Shin sendiri merupakan salah satu klan besar dan kaya, dengan pengaruh yang menjangkau hingga ke berbagai wilayah Negara Zhang. Ketika Shin Tian mendapati dirinya kalah dalam sebuah taruhan terbuka, harga dirinya seperti dicabik-cabik. Matanya terbuka lebar penuh kemarahan, dan rahangnya mengeras seolah ingin menghancurkan apapun di sekitarnya. "Hmm? Apakah kau lupa siapa yang sedang kau hadapi, Xiao Han? Jangan sekali-kali bertindak angkuh di hadapanku. Jika tidak, aku mungkin akan menganggap sikapmu ini sebagai bentuk penghinaan terhadap klan Shin." gumam Shin Tian, suaranya mengandung hawa dingin yang menusuk. Kata-katanya seperti cambuk yang melayang di udara, namun Xiao Han sama sekali tidak bergeming. Ia hanya mendengus pelan, bibirnya tersungging dalam senyum mencemooh. "Kau sudah kalah bertaruh, Shin Tian," balasnya tajam. "Apa kau pikir dengan membawa