Share

Bab 4 - Kembali Ke Kota Hongli

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-03-23 06:31:24

Mentari pagi merangkak naik, mengusir sisa-sisa kegelapan malam yang masih menyelimuti desa bobrok itu. Cahaya keemasan menyoroti bekas perumahan yang telah lama ditinggalkan, menyapu debu dan puing-puing yang berserakan di tanah.

Zhu Long melangkah perlahan, meninggalkan tempat itu tanpa menoleh ke belakang, tak ada alasan untuknya tetap tinggal lebih lama. Namun, baru beberapa langkah, dia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.

Ketika menoleh, ia mendapati sosok gadis muda yang semalam diselamatkannya, ia tampak berjalan di belakangnya dengan ragu-ragu.

Sinar matahari pagi menerpa wajah gadis itu, memperlihatkan kulitnya yang putih bersih dan mata merahnya yang berkilau seperti ruby. Meski pakaiannya sederhana dan tubuhnya tampak sedikit lelah, kecantikannya tetap terpancar. Jika saja ia mendapat perawatan yang layak, pesonanya bisa membuat mata laki-laki tak dapat berpaling.

Zhu Long mengira gadis itu telah pergi setelah mengucapkan terima kasih semalam. Namun ternyata, ia masih di sini, menunggunya pergi.

Dengan alis sedikit terangkat, Zhu Long akhirnya bertanya, "Apa kau tak punya tempat tinggal? Atau tak tahu jalan pulang?"

Shan Rong menggigit bibirnya, menundukkan kepala sambil menatap tanah di bawahnya.

"A-aku... Aku tak punya..." suaranya lirih, hampir seperti bisikan yang terbawa angin.

Mata Zhu Long menajam, menatapnya beberapa detik sebelum bertanya lagi. "Jadi kau ingin mengikutiku?"

Namun, kali ini gadis itu hanya diam. Matanya berkedip ragu, seolah malu mengungkapkan keinginannya secara langsung.

Zhu Long menyipitkan mata. Ada sesuatu yang aneh dari gadis ini. Bukan hanya karena sorot matanya yang merah seperti ruby, tetapi pada auranya yang berbeda dari gadis pada umumnya. Walaupun samar, Zhu Long dapat merasakan bahwa gadis ini tak sesederhana kelihatannya.

'Dia cukup menarik… Tapi masih terlalu muda, ck ck.' Zhu Long menggelengkan kepala sejenak, lalu menghela napas pelan sebelum akhirnya memutuskan.

"Baiklah, kau bisa ikut denganku. Tapi perjalanan ke Kota Hongli cukup jauh. Kau tak boleh mengeluh selama di perjalanan." ucapnya kemudian.

Mata gadis itu membesar seketika. Seolah sinar harapan yang sempat meredup dalam dirinya kini menyala kembali.

"B-baik! Aku tak akan merepotkanmu, tuan!" katanya dengan suara bergetar namun penuh rasa syukur.

Zhu Long tersenyum tipis sebelum melanjutkan langkahnya, diikuti oleh gaadis muda itu yang berjalan dengan penuh semangat.

---

Di tengah perjalanan, angin sepoi-sepoi bertiup lembut, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang gugur.

Zhu Long, yang sejak tadi berjalan dalam diam, akhirnya membuka percakapan. "Siapa namamu?" tanyanya tanpa menoleh.

Shan Rong mempercepat langkahnya hingga sejajar dengan Zhu Long. "Namaku Shan Rong. Bagaimana denganmu, tuan?" tanyanya balik, kini suaranya terdengar lebih ceria.

"Jangan panggil aku tuan, namaku Zhu Long." jawabnya singkat, menyunggingkan senyum lembut.

Shan Rong terdiam sesaat. Ada sesuatu dalam senyum lembut itu—sesuatu yang membuat jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas.

Setelah beberapa saat, Zhu Long kembali bertanya. "Di mana keluargamu? Bagaimana kau bisa berakhir di tangan para berandalan itu?"

Mendengar pertanyaan itu, langkah Shan Rong agak melambat. Senyum yang sempat muncul di wajahnya perlahan memudar. Ekspresi matanya berubah, dipenuhi kesedihan dan luka yang sepertinya sulit untuk dilupakan.

Ia menunduk, menggenggam kedua tangannya erat. "Keluargaku… mereka semua dibantai habis oleh kultivator jahat." suaranya sedikit bergetar, tetapi ia tetap mencoba terdengar tegar.

Zhu Long menoleh ke arahnya, sorot matanya mulai serius.

Shan Rong melanjutkan, "Mereka… menginginkan sesuatu dari keluargaku. Kedua orang tuaku melawan sekuat tenaga, memberi waktu agar aku bisa kabur, aku tak tahu apa yang terjadi pada mereka sekarang. Tapi… pada akhirnya, para berandalan itu menangkapku di tengah jalan."

Tangannya gemetar, seolah mengingat kembali saat-saat mengerikan itu. Matanya yang merah seperti ruby berkilat, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh. Ia berusaha untuk tidak menangis.

Ia hanya berdiri tegak, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya.

Zhu Long tetap diam. Tidak ada belas kasihan yang terpancar dari matanya, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang mirip dengan perasaan gadis itu. Ia tahu rasanya kehilangan. Ia juga tahu rasanya memendam dendam.

"Jika bukan karenamu, mungkin aku sudah tak berdaya sekarang. Terimakasih telah menyelamatkanku." lanjut Shan Rong kembali mendongak ke arah Zhu Long dan menunjukkan senyum yang menyimpan kepedihan.

"Oh, bukan masalah besar. Semalam aku hanya kesal saja karena merasa terganggu dengan ocehan para berandal itu. Tapi syukurlah kau tak kenapa-napa." balasnya.

Shan Rong tertegun sejenak, ia tak tahu bagaimana harus mengartikan ucapan itu, tanpa sadar wajahnya mulai menunjukkan rona tipis.

---

Langit mulai berwarna jingga ketika Zhu Long dan Shan Rong akhirnya tiba di Kota Hongli setelah menempuh perjalanan panjang.

Kota Hongli bukan sekadar kota kecil biasa. Kota ini adalah salah satu pusat perdagangan di bagian timur Negara Qingli.

Bangunan-bangunan megah berdiri kokoh, mencerminkan kekayaan dan kekuasaan klan-klan besar yang memerintah kota ini.

Di antaranya ada klan Li yang merupakan klan pemimpin kota, serta klan Qin, klan Meng, dan klan Zhu yang merupakan keluarga tempat Zhu Long berasal.

Ketika mereka memasuki gerbang kota, hiruk pikuk kehidupan langsung menyergap kekaguman Shan Rong. Suara pedagang yang menawarkan dagangan, suara langkah kaki yang bergegas, dan tawa anak-anak yang bermain di sudut jalan membentuk orkestra kehidupan yang hidup dan nyata.

"I-ini luar biasa..." gumam Shan Rong, matanya berbinar menatap sekeliling.

Ia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lentera-lentera merah menggantung di sepanjang jalan, menciptakan suasana yang megah. Para pedagang sibuk menjajakan dagangannya—dari sutra berkualitas tinggi, rempah-rempah harum, hingga perhiasan yang berkilau di bawah cahaya matahari sore.

Melihat ekspresi takjub Shan Rong, Zhu Long meliriknya sekilas sebelum tersenyum tipis.

"Apa ini pertama kalinya kau datang ke kota besar?" tanyanya santai.

Shan Rong mengangguk perlahan. "Ya, tempat tinggalku berada jauh di tengah hutan, hanya desa kecil yang terdiri dari beberapa orang. Aku baru pertama kali melihat penduduk seramai ini."

"Hmm... Kau akan melihat lebih banyak hal menarik nanti. Setelah kita tiba di kediaman klan Zhu, aku akan membawamu berkeliling kota." kata Zhu Long.

Mendengar itu Shan Rong mengangguk polos seperti anak ayam mematuk nasi, matanya pun berbinar penuh antusias.

Mereka berjalan melewati jalan utama kota hingga akhirnya tiba di sebuah kediaman luas yang berdiri megah di atas tanah berbatu hitam.

Gerbang besar dengan ukiran kepala naga menjulang di hadapan mereka, menjelaskan bahwa ini bukanlah tempat sembarangan—kediaman utama klan Zhu.

Saat mereka mendekati gerbang, seorang penjaga berseragam biru tua dengan lambang klan Zhu di dadanya mendekat. Matanya membelalak ketika melihat siapa yang datang.

"T-Tuan Muda?!" serunya dengan nada kaget dan sedikit ragu.

Sudah setahun sejak Zhu Long meninggalkan kediaman ini, dan kedatangannya yang tiba-tiba tentu mengejutkan banyak orang di klan.

Zhu Long hanya mengangkat tangan, mengisyaratkan agar penjaga itu tidak perlu banyak bersikap formal. Tanpa menunggu, ia melangkah masuk melewati halaman yang luas, dengan Shan Rong mengikutinya dari belakang.

Begitu memasuki halaman utama, seorang pria paruh baya berdiri tegak dengan tangan bersedekap. Tatapan matanya tajam, namun tersirat kerinduan yang mendalam.

Itulah Zhu Jiang, kepala klan Zhu sekaligus ayah Zhu Long.

Ketika Zhu Long berdiri di hadapannya, Zhu Jiang menghela napas panjang, seolah sedang menahan banyak emosi yang ingin ia ungkapkan. Lalu, dengan langkah mantap, ia maju dan meletakkan kedua tangannya di bahu putranya.

"Bagaimana kabarmu, Nak? Sudah setahun berlalu sejak kau diterima di Sekte Linjian… Ayah benar-benar merindukanmu." suaranya dalam, penuh perasaan.

Zhu Long menatap ayahnya. Senyum lembut terukir di wajahnya, namun ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyum itu.

Setahun telah berlalu… Setahun sejak ia meninggalkan rumah ini untuk bergabung dengan Sekte Linjian…

Namun, pria yang berdiri di sini sekarang bukanlah Zhu Long yang sama seperti setahun lalu.

Dunia telah mengubahnya. Berbagai macam hal terjadi di sekte Linjian. Dan yang paling penting, Zhu Long kini membawa rahasia yang ayahnya tak akan pernah bisa bayangkan. Kalaupun ia memberitahunya, Zhu Jiang tak akan percaya jika tubuh anaknya kini dirasuki jiwa orang lain.

Zhu Long mengangguk ringan. "Aku baik-baik saja, Ayah."

Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tahu bahwa kata-kata itu hanyalah kebohongan yang harus ia ucapkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
makin seru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 262 - Janji Kesetiaan

    Keesokan harinya, fajar menyingsing, mewarnai langit dengan rona keemasan. Di sebuah gang sempit di pinggiran Kota Yongzu, tempat yang jauh dari hiruk pikuk pelelangan, Zhu Long berhadapan dengan kelima pria yang ia beli. Udara pagi yang kering terasa dingin di kulit, kontras dengan panas yang akan datang beberapa jam lagi."Sebelumnya aku mau tahu, dari mana asal kalian?" tanya Zhu Long, suaranya tenang, namun penuh dengan otoritas. Ia menatap setiap pria satu per satu, mengamati ekspresi mereka.Xian Taizun, sosok yang tampak paling tua di antara mereka, segera menjawab dengan sopan, wajahnya datar tanpa emosi. "Kami tak berasal dari manapun, kami hanyalah budak Anda sekarang." Ia telah hidup sebagai budak untuk waktu yang lama, dan ia tahu betul bagaimana cara menghadapi tuannya. Menjawab dengan jujur adalah hal yang paling aman.Zhu Long diam sesaat, matanya menyipit. Ia tidak terkesan dengan jawaban itu. "Menurut kalian, apa pantas mengeluarkan puluhan ribu batu roh hanya untuk

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 261 - Budak

    Berbagai barang dan pusaka terus dikeluarkan dalam pelelangan Klan Hu. Setiap pusaka yang muncul memiliki kegunaan dan keistimewaan unik tersendiri. Namun, kebanyakan para tamu yang hadir tidak mengetahui nilai sejati dari pusaka-pusaka itu. Alhasil, banyak pusaka berharga jatuh ke tangan mereka yang kaya raya ataupun orang-orang yang hanya suka mengoleksi.Zhu Long yang duduk di meja paling pojok, hanya menatap acuh tak acuh. Selain Guci Awan Mimpi yang dia dapatkan, hampir tidak ada satu pun pusaka lain yang membuatnya tertarik. Ia tidak terkejut. Kebanyakan dari pusaka ini adalah artefak biasa yang dihias, atau pusaka kuno yang sudah rusak dan tidak berguna."Gelang Giok Hitam dan Cermin Hati Iblis cukup bagus. Namun sangat disayangkan, pusaka-pusaka itu rusak dan sulit diperbaiki." gumamnya, matanya memindai dua pusaka yang baru saja dilelang. Sebagai seorang yang pernah hidup sebagai jiwa pengembara selama ribuan tahun, Zhu Long tahu bahwa pusaka-pusaka itu, jika dalam kondisi

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 260 - Pelelangan Klan Hu

    Kediaman Klan Hu, salah satu klan dagang terbesar di Kota Yongzu, ramai dengan pengunjung dari seluruh penjuru kota. Mereka datang tak lain adalah untuk menghadiri acara pelelangan besar yang akan segera dimulai. Suasana malam itu begitu hidup, dipenuhi dengan bisikan, tawa, dan aroma hidangan yang menggugah selera. Di gerbang utama, para penjaga yang berotot dengan kulit gelap dan mata tajam mengawasi setiap tamu yang masuk, memastikan tidak ada penyusup yang tidak diinginkan.Di bawah gelapnya malam yang diterangi cahaya bulan purnama yang bersinar terang digiring bintang yang berkelap-kelip, aula utama tempat pelelangan Klan Hu tampak meriah oleh berbagai jenis seni hiburan-hiburan.Di panggung-panggung kecil yang tersebar di seluruh aula, para penari bercadar dengan pakaian seksi menari-nari, gerakan mereka anggun dan menggoda, memikat perhatian para tamu. Di setiap meja, minuman dan hidangan mewah disajikan, menguarkan bau harum yang memanjakan indra. Para pelayan, dengan seny

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 259 - Kota Yongzu

    "Dari zaman kuno hingga sekarang, ternyata Klan Xianyu belum sepenuhnya musnah. Mereka pernah terlibat dalam perang para dewa di wilayah Laut Mati, namun sebagian anggota klan itu menyebar ke seluruh penjuru dunia kultivasi. Salah satu klan kuat yang diburu oleh ras iblis," gumam Zhu Long, matanya menatap ke kejauhan saat ia melesat melewati hutan.Ia baru saja menerima warisan dari Kaisar Kong Ming, sebuah entitas dari masa lalu yang misterius. Warisan itu tidak hanya memberinya kekuatan, tetapi juga sebuah misi dan tujuan baru dalam hidupnya. Ia tidak lagi hanya memikirkan balas dendam, tetapi juga tentang takdir sebuah klan yang nyaris punah.Dengan warisan itu, Zhu Long kini memiliki tujuan baru: untuk mencari dan mengumpulkan sisa-sisa anggota Klan Xianyu yang masih hidup. Ia tahu, tugas ini tidak akan mudah. Klan Xianyu adalah klan yang kuat, dan keberadaan mereka sangatlah dirahasiakan. Mereka mungkin bersembunyi di tempat-tempat yang paling tidak terduga.Walaupun ia tak tahu

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 258 - Kaisar Kong Ming

    Dalam tiga bulan kemudian, kompetisi antar murid Sekte Xuanli berakhir. Hutan Zuku, yang sebelumnya merupakan wilayah tak bertuan yang dipenuhi bahaya, kini sebagian besar sudah terjamah oleh para murid sekte. Secara alami, wilayah tersebut sudah menjadi milik Sekte Xuanli.Di samping menggarap Tambang Dewa yang kini sudah hancur—setidaknya di mata publik—Perkumpulan Tianzhao berhasil menjamah hutan yang begitu luas hingga ribuan hektar. Menjadikan mereka salah satu kelompok yang berhasil menggarap tanah terbesar di Hutan Zuku. Pencapaian ini adalah hasil dari kejelian Lin Ming dan kekuatan tak terduga Zhu Long.Perkumpulan Tianzhao, terutama Lin Ming, akhirnya menjadi sorotan topik terpanas para murid. Semua orang penasaran bagaimana kelompok kecil itu berhasil mengalahkan Perkumpulan Moyan yang sudah mengakar kuat di sekte. Banyak murid yang tertarik bergabung dengan Perkumpulan Tianzhao, tetapi banyak pula yang beranggapan bahwa perkumpulan itu sangat mencurigakan. Mereka tidak bi

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 257 - Panggilan Dewan Tetua

    ​Kabar tentang kekalahan Perkumpulan Moyan dalam perebutan Tambang Dewa di Hutan Zuku menyebar luas di kalangan murid Sekte Xuanli. Berita itu mengalir cepat, dari bisikan ke bisikan, hingga sampai di telinga Niu Feng.​Saat ini, di dalam kediamannya yang mewah, sebuah cangkir teh yang terbuat dari giok pecah berantakan di atas meja, serpihannya berserakan di mana-mana. Jelas, Niu Feng sangat marah atas kerugian besar yang kelompoknya alami. Ia tidak pernah menyangka bahwa Perkumpulan Moyan akan mengalami kekalahan telak seperti ini, apalagi di tangan sebuah kelompok kecil yang baru terbentuk.​"Niu Han! Kenapa dia bisa begitu ceroboh? Bisa-bisanya dia kalah dari kumpulan murid-murid sampah itu, bahkan sampai kehilangan nyawanya." geram Niu Feng, tatapannya muram.​Ia bangkit dari tempat duduknya, berjalan mondar-mandir di dalam ruangan, pikirannya dipenuhi kemarahan dan kebingungan. "Perkumpulan Tianzhao hanyalah kelompok yang baru terbentuk tak lama ini. Dibandingkan para anggotan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status