Share

Bab 45 - Amarah Penuh Tekad

Penulis: Murlox
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-26 11:11:33

Di bawah sinar bulan yang pucat, langit malam tampak seperti kanvas kelabu yang dibubuhi titik-titik bintang yang bersinar lemah.

Angin malam merayap pelan, membawa aroma darah kering dan tanah basah yang menguar dari rerimbunan hutan.

Di tengah tanah lapang yang diterangi sinar bulan remang-remang, Lin Yuning berdiri tegak.

Wajahnya tenang, namun kedua matanya menyala penuh kewaspadaan. Rambut merahnya yang terurai hingga punggung tampak seperti kobaran api yang menyala lembut tertimpa cahaya bulan malam.

Dalam ketenangannya, tubuhnya memancarkan tekanan tak kasat mata—sebuah aura keberanian yang membuatnya tak gentar sedikit pun.

Posturnya sempurna, tangannya terkepal erat seolah mencermikan gejolak emosi yang dia rasakan.

Mu Niu yang berdiri beberapa meter di depannya, menatap dengan tatapan liar dan penuh gairah. Wajahnya yang separuh tertutupi tudung memperlihatkan senyuman bengkok yang memperlihatkan deretan gigi tajam, seperti hewan buas yang baru saja mencium aroma darah s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 102 - Kembali Ke Kota Hongli

    Sekembalinya dari klan Xiao, Zhu Long tidak langsung menuju sekte Yunzhou seperti yang seharusnya. Justru, ia mengambil jalur berlawanan melewati batas perbatasan Negara Zhang, menuju tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi—kota Hongli, yang terletak di Negara Qingli. Perjalanan memakan waktu beberapa hari. Sepanjang jalan, ia melewati pegunungan, hutan dan ladang yang mulai menguning, menandakan datangnya musim gugur. Meski tubuhnya lelah dan pakaian jubah biru tuanya berdebu, sorot matanya tetap tenang namun penuh kehati-hatian. Ada rasa rindu yang tak ia pahami sepenuhnya dalam hatinya—mungkin karena kenangan samar dari pemilik tubuh ini. Akhirnya, Zhu Long berdiri di depan gerbang kota Hongli. Ia memandang ke arah dalam dengan pandangan tajam namun penuh pertimbangan. Kota itu tampak seperti biasanya: sibuk, ramai, dan dipenuhi suara pedagang yang berteriak menjajakan barang, derap kaki kuda, serta keramaian pasar yang tak pernah tidur. Namun, di balik kesibukan itu, ada sesu

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 101 - Rasa Penasaran Zhu Long

    Xiao Kian terdiam lama. Semua mata tertuju padanya. Tangannya perlahan terayun pelan, lalu mengeluarkan sebuah gulungan kertas tua yang terlihat kusam dan rapuh dari cincin ruangnya. Permukaannya tampak berwarna kecoklatan, seperti kertas kulit yang telah disimpan selama berabad-abad. Aroma khas barang tua dan energi spiritual yang samar menyelimutinya.Matanya menatap gulungan itu dengan getir. Peta ini bukan sekadar selembar kertas kulit biasa; ini adalah warisan leluhur, simbol sejarah panjang klan Xiao, saksi bisu dari kejayaan dan pengorbanan para pendahulu. Tapi kini, demi menyelamatkan klannya dari cengkeraman hutang dan tekanan politik, ia harus menyerahkannya.Dengan gerakan lambat, tangannya terulur, namun ada keraguan yang terlihat jelas dari getaran halus pada jemarinya. Seolah ada beban berat yang menahan pergelangan tangannya. Tapi sebelum ia benar-benar melepaskan, Shin Qiyun, yang berdiri di seberangnya, dengan cepat menyambar peta tersebut, gerakannya gesit seperti u

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 100 - Peta Wilayah Laut Mati

    "Bagaimana, Tuan Kepala Klan?" tanya Shin Qiyun dengan nada yang terdengar halus, namun penuh racun tersembunyi. Senyuman tipis menghiasi wajahnya, seolah menyembunyikan kesenangan yang sulit ditekan. "Tawaran ini... sungguh menguntungkan, bukan? Bayangkan saja, hutang sebesar lima ribu batu roh—jumlah yang cukup besar untuk klan kalian—bisa dianggap lunas hanya dengan menyerahkan selembar kertas tua yang bahkan tak ada gunanya kalian simpan terlalu lama."Kalimat itu menggantung di udara seperti jebakan berduri, mengiris ketenangan Xiao Kian dan yang lainnya. Ruangan itu hening, hanya suara angin yang menyusup dari celah-celah jendela tua dan napas yang tertahan dari para tetua klan yang duduk di sisi kanan dan kiri aula.Xiao Kian, memejamkan matanya sejenak. Helaan napas panjang meluncur dari bibirnya, seolah ia sedang menahan gejolak amarah yang mendidih dalam dada. Ia memang mendengar tawaran itu dengan jelas, namun memilih tidak langsung menanggapinya. Kata-kata Shin Qiyun buka

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 99 - Benda Kecil?

    Mendengar penegasan dingin dari Zhu Long, suasana semakin dibuat menegang. Tatapan semua orang kini tertuju pada satu sosok—Shin Qiyun, pria tua dari klan Shin yang dikenal tidak hanya karena kekuatan dan reputasinya saja, tetapi juga karena kelicinan dan ketegasannya dalam diplomasi politik.Shin Qiyun berdiri tenang di hadapan mereka, namun ekspresinya berubah muram. Sorot matanya tampak tajam, namun enggan melibatkan diri lebih jauh dalam perdebatan dengan pemuda asing seperti Zhu Long. Ia menarik napas perlahan, lalu menghembuskannya dalam desahan berat, tanda bahwa ia lebih memilih mengabaikan komentar tajam barusan.Baginya, bercakap dengan anak muda yang belum matang sama saja dengan membuang waktu. Dan Shin Qiyun adalah pria yang sangat menghargai waktunya lebih dari apapun di sini."Aku tidak peduli siapa yang mengatakan apa. Yang pasti, pernyataan Shin Hui bukanlah tanpa dasar. Xiao Han, dengan cara atau alasan apapun, telah mempermalukan tuan muda kami, Shin Tian, di depan

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 98 - Ketegangan Kedua Belah Pihak

    "Apa!? Beraninya kau menghina tuan muda kami dengan kata-kata dari mulut kotormu itu!" seru Shin Hui, wajahnya memerah karena amarah yang membuncah. Tangan kanannya mengepal erat, seperti ingin menghantam siapa saja yang berani menghina nama klan Shin. "Dan kau bahkan mengatakan sesuatu yang bahkan tak bisa dipercaya—bahkan oleh anak kecil sekalipun!"Suasana di depan gerbang klan Xiao menjadi panas seketika. Beberapa anggota klan Shin yang berdiri di belakang Shin Hui mulai berbisik-bisik dengan nada mencemooh, memperlihatkan senyum sinis seolah telah menemukan alasan sempurna untuk mempermalukan lawan mereka."Xiao Han!" Shin Hui melanjutkan dengan nada mengejek, "Di kota ini, siapa yang tidak tahu bahwa kau hanyalah seorang sampah gagal! Kau bilang Tuan Muda Shin Tian kalah dalam pertaruhan melawanmu? Ha! Itu jelas tak mungkin! Omong kosongmu terlalu dibuat-buat!"Alis Xiao Han berkedut, menahan emosi yang hampir meledak. Matanya menyipit tajam, menatap lurus ke arah Shin Hui, seme

  • Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun   Bab 97 - Bunga Pinjaman

    "Tidak banyak. Kami dari klan Shin hanya ingin menagih hutang sebesar tiga ribu batu roh yang klan Xiao pinjam beberapa tahun lalu. Dan hari ini, kami berharap kepala klan Xiao bersedia melunasinya... sekarang juga." jawabnya dengan nada ringan yang justru terasa berat di telinga siapa pun yang mendengarnya.Xiao Kian tidak langsung membalas. Ia menatap pria tua di hadapannya, lalu mengedarkan pandang ke kerumunan anggota klan Shin yang berdiri dengan ekspresi pongah. Nafasnya ditarik perlahan sebelum ia berbicara. "Klan Shin pasti sudah tahu betul bagaimana keadaan klan Xiao saat ini. Kami bukan lagi klan kuat seperti beberapa dekade lalu. Beban yang kami pikul jauh lebih berat dan sumber daya kami terbatas. Karena itu, aku mohon pertimbangan dari Tetua Shin. Bisakah pelunasan hutang itu ditunda, setidaknya hingga beberapa bulan ke depan? Kami akan tetap membayar sepenuhnya, aku jamin itu."Beberapa anggota klan Xiao yang berdiri di belakangnya mengangguk pelan, mengiyakan permintaan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status