Share

4. Tanah Hitam

Penulis: Rai Seika
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-13 23:43:54

“Kalian sudah siap?” Rafael sudah menunggu keduanya dan membukakan pintu kereta kuda. Sebuah kereta kuda dengan warna hitam pekat disertai ukiran naga berwarna keemasan.

“Paman ikut?” sahut Yui menatap pria jangkung di depannya. Sebuah anggukan membuat gadis kecil itu tersenyum senang. Dia memasuki kereta kuda dan membuka sedikit tirai dari dalam, memperhatikan pria yang baru saja membantunya menaiki kereta. Rafael, di mata Yui terlihat begitu tampan. 

Sementara pemuda di sebelahnya berpikir hal lain. Yuan, dia hanya bisa menghela napas berat dan duduk di sebelah Yui. “Mau sampai kapan dia mencuri pandang seperti itu, kenapa tidak terus terang saja,” batin Yuan. Wajah memerah Yui cukup mengganggu pikirannya.

“Yuan, apa Kak Razen tidak berlebihan?” ucap Yui melihat sekelompok orang datang di pimpin oleh Razen.

Razen dengan pasukan di belakangnya telah siap mengantar Pangeran Yuan dan Putri Yui ke istana. Dia adalah salah satu jenderal di Kerajaan Kegelapan yang telah mendapatkan posisinya kembali setelah menghilang selama bertahun-tahun. Peranannya dalam peperangan waktu itu mengembalikan posisinya. Namun, dia dengan terang-terangan memihak Pangeran Yuan dan mengusulkannya menjadi raja yang baru menentang usulan para jenderal dan petinggi kerajaan yang memilih Penasehat Leiz sebagai pelaksana raja. Usulannya inilah yang membuat perpecahan hingga mereka menginginkan Pangeran Yuan dihadirkan malam ini. Mereka ingin melihat langsung seperti apa raja yang diusulkan oleh Razen.

Perjalanan dari kediaman Blackdragon ke Istana Kegelapan memakan waktu setengah hari hingga mereka akan sampai di sana sore hari. Mereka tidak mau terlambat sehingga memutuskan berangkat pagi ini dan sampai di sana sebelum malam tiba.

“Razen, untuk apa pasukanmu?” Rafael mengamati pasukan berkuda yang dibawa Razen. Pasukan elite kavaleri yang dibawa Razen bukanlah pasukan biasa. Aura mereka menunjukkan kemampuan tingkat tinggi. Menurut Rafael semua ini terlalu berlebihan, membawa pasukan untuk menghadiri undangan perjamuan jelas memperlihatkan permusuhan.

“Kau tidak kenal Tuan Leiz, dia licik,” jawab Razen.

Rafael melompat menaiki kuda, sebenarnya dia lebih suka berada di atas Fury, naga hitamnya. Namun, kali ini dia harus bersabar dengan tunggangan berkaki empat yang tidak bisa terbang ini. 

Melihat Rafael menaiki kuda, Yui membuka jendela kereta kudanya lalu berteriak, “Paman, boleh ikut denganmu?”

Yuan yang mendengar Yui mengatakan hal itu hanya bisa menganga. Dia tidak mengerti jalan pikiran saudarinya.

“Kau mengenakan gaun, Yui, akan sulit menaiki kuda,” balas Rafael tersenyum ke arah gadis cantik di dalam kereta kuda.

Yui menggembungkan pipinya, gadis ini melipat tangan di atas dada dan menggerutu atas penolakan Rafael.

“Dia benar, bagaimana bisa kau naik kuda dengan gaun menjuntai seperti itu,” imbuh Yuan. Dia berusaha tersenyum, tetapi itu semua sia-sia. Yui tidak mempedulikan senyuman maupun kata-katanya. Dia sedang kesal dan membuang muka, menatap pemandangan dibalik jendela kereta kuda.

Perjalanan dimulai, derap langkah kaki-kaki kuat kuda berderap menggetarkan jalanan. Mereka terlihat mencolok dengan kereta kuda khusus dari keluarga Blackdragon serta pasukan Razen yang berpakaian lengkap. Setiap melewati pemukiman, mereka menoleh ke arah rombongan ini sejenak. 

Selain mencoloknya penampilan luar suara yang terdengar merdu dari dalam kereta kuda diikuti spirit yang  berkumpul mengundang rasa penasaran. Yuan sedang bernyanyi. Nyanyiannya selalu mengundang para spirit. Sepanjang perjalanan dia menumbuhkan dan menghilangkan kontaminasi yang ada dengan bantuan para spirit. Tak ayal, mereka yang melihat mengucapkan rasa syukur dan terima kasih.

“Kau akan kehabisan energi.” Yui membantu mengumpulkan kristal hitam hasil pemurnian yang dilakukan Yuan sepanjang perjalanan. Kristal hitam itu berjatuhan seiring pemurnian yang berhasil dilakukan Yuan.

“Bukankah ini menyenangkan,” balas Yuan tersenyum melihat hamparan hijau yang dia tinggalkan. Sesaat ada yang mengganjal dalam hatinya, beberapa bagian tanah masih tetap hitam, semakin mendekati wilayah istana semakin sulit dilakukan pemurnian.

“Yui, lihat,” ucap Yuan menunjukkan ke arah Yui tanah yang tidak berubah.

“Kau tidak bisa memurnikannya?” Yui memperhatikan tanah tersebut lalu mencoba menganasisis tanah dengan bantuan kekuatan Seiryu. “Tanah itu memiliki tingkat kontaminasi tinggi, Yuan,” lanjut Yui setelah merasakan ada yang janggal dengan tanah-tanah tersebut. Tanah yang kelam dan menyimpan sesuatu yang begitu pekat dan dalam. Sesuatu yang bahkan tidak bisa dijabarkannya. Yui masih belum mengetahui kekuatan apa yang membuat tanah itu tidak bisa dimurnikan dengan kekuatan Yuan. 

Perhatian Yui teralihkan saat melihat Rafael menguap lagi dan lagi. Pria itu terlihat tidak cukup tidur. Padahal semalam dia yakin Kakek Alden pasti menyuruh Rafael tidur saat itu juga. Rafael tidak pernah terlihat lelah maupun mengantuk selama ini. Namun, satu minggu belakangan ini, pria yang merupakan pelatih dan pamannya itu terlihat sering tertidur. 

“Ada apa dengan paman,” gumam Yui. 

Yuan melihat ke arah mana mata Yui tertuju. Dia hanya bisa diam mengamati. Jantungnya berdegup lebih lambat seiring helaan napasnya. Dia merasakan apa yang saat ini dirasakan Yui. “Dia baik-baik saja. Percayalah, Paman Rafael pasti tahu kondisi tubuhnya,” imbuh Yuan.

Yui menoleh ke arah Yuan dan menghela napas, “Kalau saja ada kakak di sini, dia bisa memeriksa Paman.”

Suara roda dan derap langkah kaki kuda semakin melemah, kereta kuda berjalan lebih pelan, Yui memeriksa keadaan dengan membuka jendela kereta kudanya. Sebuah banguan menyerupai kastil hitam menjulang tinggi. Mereka sudah mendekati wilayah istana.

“Yui, di sini bahkan tanah tidak bisa kumurnikan, ada apa di istana?” bisik Yuan yang terlihat khawatir.

“Yuan, ada sesuatu di istana, ada kekuatan aneh, tetapi aku tidak tahu apa itu,” sahut Yui. Dia mengumpulkan kedua tangannya seakan sedang memeluk tubuhnya, Yui merasakan sesuatu yang ganjil. Sesuatu yang membuatnya merasa takut.

Gerbang dibuka saat rombongan Rafael memasuki istana. Kereta kuda melewati gerbang diikuti oleh Razen dan Rafael yang mengawalnya serta pasukan di belakang mereka. Seperti sedang bersiaga dengan serangan, ada banyak prajurit di istana. Mata mereka tertuju pada kereta kuda yang baru saja melintas.

“Lihat, mereka bahkan berjaga-jaga,” ucap Razen dan Rafael tersenyum saat melihat begitu banyak prajurit dengan pakaian tempur seakan mereka siap berperang.

Kereta kuda lain juga datang dan beberapa petinggi kerajaan hadir di hari ini. Para jenderal serta beberapa tamu undangan lain telah memenuhi aula. Pangeran Yuan bersama Putri Yui masuk ke aula didampingi Razen dan juga Rafael.

Semua mata tertuju ke arah anak kembar yang mencuri perhatian seluruh tamu undangan. Bisik-bisik mulai terjadi, mereka membicarakan tentang desas-desus yang pernah terdengar. Salah satunya tentang usulan kandidat raja baru.

Yuan dan Yui saling pandang saat mereka menyadari menjadi pusat perhatian. Yui mulai tidak nyaman dan mendekat ke arah Rafael begitu pula dengan Yuan yang menempel di sisi yang lain.

“Sepertinya mereka berdua menyukaimu,” ucap Razen melihat tingkah kedua anak tersebut. Dia tertawa melihat raut wajah Rafael yang cemberut.

Rafael hanya tersenyum kecut menanggapi ucapan Razen. Dia menggandeng kedua anak itu dan berjalan melewati orang-orang yang terus menatap ketiganya sambil berbisik. Mereka merasakan aura ganjil pada diri kedua anak kembar tersebut, aura yang berbeda dari bangsa kristal hitam.

“Apa aku terlihat aneh?” bisik Yui.

“Kau tampil cantik hari ini, Yui,” balas Rafael menoleh ke arah gadis di sebelahnya yang kini telah merona karena kata-katanya. Rafael yang terpesona sesaat saat melihat gadis kecil yang setiap hari dia lihat menjelma menjadi putri cantik. Dia segera memalingkan wajahnya, berharap tidak terlihat rona di wajahnya.

Sementara itu Yuan melepaskan tangannya dan membiarkan Rafael berjalan bersama dengan Yui. Dia berhenti sejenak dan kembali berjalan di belakang Yui dan Rafael.

“Ada apa, Tuan Muda?” tanya Razen.

“Tidak ada,” jawab Yuan yang melihat Yui dan Rafael berjalan bersama, sebuah senyuman kecil menghias wajahnya. “Kurasa karena kami kembar mereka tertarik memperhatikan kami, bukankah lebih baik berjalan sendiri-sendiri supaya tidak menarik perhatian,” lanjut Yuan menutupi apa yang sebenarnya terjadi. Dia hanya ingin memberikan ruang dan waktu untuk Yui dan Rafael.

Semua tamu menghentikan aktifitasnya termasuk Yui dan Yuan. Seorang pria dengan jubah yang menyapu lantai berjalan menaiki podium. Dia memberikan sambutan kepada seluruh tamu undangan serta menyampaikan acara malam ini.

“Kita memiliki kandidat raja yang baru, perkenalkan Pangeran Ryuichi Yuan,” ucap pria itu menunjuk ke arah Yuan. Dia juga memberi isyarat kepada Yuan untuk naik ke podium.

“Paman,” bisik Yuan ragu. Namun, Rafael mendorongnya supaya naik ke podium. Akhirnya dengan menguatkan hati, Yuan naik ke podium dan berdiri di sebelah Leiz Schwarz.

Leiz pun berbisik tepat di telinga Yuan, “Apa kau yakin bisa mengalahkanku?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bocil free fire
ppk ga seru ga ad komik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   263. Suara Harpa

    Yui dan Yuan berdiri di luar dinding istana, hembusan angin lembut membelai rambut mereka. Jemari mereka dengan hati-hati menaburkan benih-benih ajaib dari dunia atas ke tanah yang dahulu gersang. Di bawah sentuhan mereka, dunia bawah yang dulunya kelam kini dipenuhi berbagai warna—hijau rumput yang merayap, kuning keemasan bunga-bunga liar, segala macam tanaman mulai mengular dari dalam tanah. Yui menoleh, alisnya berkerut melihat saudaranya. "Yuan, kau tidak apa-apa?" tanyanya, memperhatikan kembarannya yang tengah memainkan harpa keemasan—benda legendaris yang diperebutkan banyak makhluk.Yuan menggeleng pelan, jemarinya masih menari di atas senar harpa. "Tidak apa-apa," jawabnya singkat, matanya tetap terfokus pada alat musik di tangannya.Kebangkitan Yuan beberapa waktu lalu sungguh menggemparkan seluruh kerajaan. Bukan hanya wujudnya yang telah berubah sempurna sebagai raja kegelapan, tetapi juga reaksi tidak biasa dari harpa ajaib tersebut. Harpa keemasan itu bersinar terang,

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   262. Benih Kebangkitan

    Cahaya keemasan menyusup di antara dedaunan saat Raja Arlen membimbing Yui menyusuri jalan setapak menuju area tidak jauh dari Pohon Kehidupan. Angin lembut menerbangkan helaian rambut Yui, sementara matanya menangkap sosok Rafael yang tengah berbincang serius dengan Moura di kejauhan, wajah keduanya tampak khidmat di bawah naungan cabang-cabang raksasa."Sebelah sini," ujar Raja Arlen sambil menunjuk dengan jemarinya yang panjang dan ramping. Jubah kerajaannya berdesir lembut menyapu rumput saat ia memimpin Yui menuju sebuah pondok mungil yang hampir tersembunyi di balik rimbunnya aneka bunga warna-warni. Aroma manis nektar merebak di udara, menggelitik indra penciuman.Pintu pondok terbuka dengan derit pelan. Seorang pria melangkah keluar, mengenakan tunik berwarna lumut khas kaum elf yang melekat sempurna di tubuhnya. Namun, tidak seperti para elf lainnya, telinga pria itu tidak meruncing dan wajahnya tidak memancarkan keanggunan abadi yang biasa dimiliki kaum elf."Yoru!" pekik Y

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   261. Undangan

    Yui mendarat dengan lincah setelah melompat dari punggung Fury, naga hitam milik Rafael. Rambut panjangnya melambai tertiup angin saat kakinya menyentuh tanah. Matanya berbinar melihat sosok yang telah menunggunya."Kakak!"Yui menghambur ke pelukan Yuasa, jemarinya mencengkeram erat jubah sang kakak sementara aroma khas dedaunan segar menguar dari tubuh Yuasa. Mata keduanya berkaca-kaca, pertemuan yang menggetarkan jiwa setelah sekian lama terpisah."Kau baik-baik saja, Yui? Bagaimana tubuhmu setelah bangkit kembali?" tanya Yuasa sambil meneliti setiap inci wajah adiknya. Jemarinya yang ramping menyentuh pipi Yui, memancarkan energi keemasan yang menelusuri setiap sel dalam tubuh sang adik. "Setelah semua ini selesai, biarkan kakak menyembuhkanmu."Dahi Yuasa berkerut dalam. Sensasi dingin menjalar dari tubuh Yui—sesuatu yang sangat janggal. Api Suzaku yang seharusnya berkobar hangat kini terasa beku seperti es abadi."Tentu, untuk saat ini kakak fokus saja dengan pernikahan. Urusan

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   260. Malam Berbintang

    Malam di Kota Naga. Bintang-bintang bertaburan seperti permata di langit malam Kota Naga. Rafael berdiri sendirian di balkon gedung tertinggi, kedua tangannya mencengkeram pagar besi yang dingin sementara matanya menelusuri konstelasi-konstelasi yang berkilauan. Hembusan angin malam meniup rambut gelapnya, mengirimkan sensasi dingin yang menusuk tulang, namun Rafael tak bergeming.Suara langkah kaki lembut terdengar di belakangnya. Rafael menoleh, alisnya terangkat saat mengenali sosok yang mendekat."Yuichi?"Sosok itu tersenyum. Wajahnya merupakan versi maskulin dari Yui, garis rahang yang sama, mata yang sama, tetapi dengan ketegasan yang hanya dimiliki seorang ayah."Sendirian?" tanya Yuichi, suaranya merdu membelah keheningan malam.Rafael mengangguk pelan, lalu menggerakkan tangannya ke arah kursi kosong di sampingnya. Yuichi melangkah maju dan duduk, jubah hitamnya melambai pelan tertiup angin."Malam ini indah meskipun tanpa bulan," ucap Rafael, matanya kembali menatap cakraw

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   259. Kebangkitan

    Bunga putih mungil bertebaran di aula, mirip kepingan dandelion yang rapuh. Setiap tamu berjalan perlahan, meletakkan bunga kecil tanda penghormatan terakhir. Bunga-bunga itu mencerminkan ketangguhan luar biasa, seperti kehidupan yang bertahan di balik kerasnya dunia bawah, membisu namun tak terkalahkan. Mereka menyebutnya bunga bintang roh. Eirlys menatap Yuan yang terpejam, sosoknya tenang seakan tertidur lelap. Alunan harpa mengalir lembut memenuhi aula, melukiskan kesedihan yang mencekam setiap sudut ruang. Matanya menyipit saat menyadari bunga putih di dekat Yuan mulai membeku, embun es merangkak perlahan mengubah kelopak menjadi kristal dingin. Hawa sejuk mulai merambat, menusuk tulang."Mungkinkah?!"Dalam sekejap, Eirlys bangkit dari tempatnya. Langkahnya cepat mendekati peti kaca tempat Yuan dibaringkan. Jemarinya mendorong penutup tebal dengan tekad membara. Jantungnya berdebar dengan kencang, sebuah api harapan muncul. "Putri Eirlys, relakan Yang Mulia!" Xavier bergerak c

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   258. Kepergian sang Raja

    Senar harpa emas kaum elf bergetar lembut, berbeda dari instrumen biasa. Energi yang digunakan untuk menggerakkan senar ini sangat banyak. Eirlys membiarkan jemarinya terkulai di atas senar, tenaga terampas habis. Napasnya terengah-engah, seakan udara di sekitarnya menghisap oksigen dari paru-parunya."Eirlys!" Lixue melompat mendekati, gemetar mengambil harpa keemasan dari tangan sang adik. Dengan lembut, dia meletakkan instrumen berkilau itu di meja terdekat. "Istirahatlah sekarang." Lengannya melingkari pinggang Eirlys, memapah tubuh lemah itu menuju kursi panjang. Dengan hati-hati, dia mengangkat kaki adiknya dan membiarkan Eirlys setengah berbaring."Kak, bagaimana Yuan?" bisik Eirlys, kekhawatiran menembus kelelahan yang menyelimutinya.Lixue menggenggam tangan adiknya, mencoba menenangkan. "Dia akan baik-baik saja. Ingat, Tuan Xavier dan Tuan Ernest sedang menyiapkan ramuan untuknya." Dalam hati, dia berdoa agar takdir berkata lain. “Semoga Yuan bertahan, setidaknya biarkan Eir

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status