Share

Bab 4

Penulis: KarenW
Sudut Pandang Noelle:

Awalnya, itu hanya gertakan. Kemudian, salah satu dari mereka menyipitkan mata. Wajahnya menunjukkan dia kenal dengan kami. "Hei ... bukannya kamu itu orang kasino yang sering muncul di TV?"

Seketika, taruhannya berubah.

"Beberapa belas juta nggak akan cukup sekarang," ejek si preman. "Kami tahu kamu punya uang. Kamu orang kaya. Mari kita lihat seberapa dermawan kamu sebenarnya."

Elias menegang. "Kami nggak bawa banyak uang tunai," ujarnya hati-hati. "Gimana kalau aku telepon asistenku? Dia akan membawakan uangnya."

Kemudian, dia menunjuk ke arahku. "Istriku bisa tinggal bersamamu sementara aku pergi ambil uangnya."

Darahku terasa membeku. Dia menunjuk ke arahku. Pemimpin preman itu tertawa, rendah dan kotor. "Istrimu?" Dia menatapku dari atas ke bawah seperti sedang memeriksa buah busuk. "Kamu bercanda? Istrimu berpakaian seperti itu? Dia lebih mirip gelandangan yang kamu pungut."

Elias mengernyit. "Dia istriku, cek saja di berita. Dan kalau aku nggak kembali, kamu bisa ... melakukan apa saja yang kamu mau padanya."

Si preman memeriksa berita dan mengonfirmasi identitasku, lalu tersenyum lebih lebar, memamerkan gigi busuknya. "Baiklah, biarkan istrimu menemaniku sebentar."

Dia meremas pantatku seperti daging di pasar. "Sayang," katanya. "Kamu mungkin nggak secantik wanita di sana, tapi aku yakin kamu cukup lumayan untuk menghiburku."

Dia mengangguk ke Elias. "Pergi. Bawakan aku uangnya. Kalau kamu mengkhianatiku, dia yang akan menanggung akibatnya."

....

Elias dan Harvana pergi. Aku memohon pada Elias untuk membawa anak kembarku pergi. Itu setidaknya hal terakhir yang bisa dia lakukan untukku sekarang.

Dia melakukannya.

Sekali lagi, aku ditinggalkan. Elias Wardana hanya melindungi orang-orang yang benar-benar dia pedulikan dan itu jelas bukan aku.

Apakah dia akan kembali? Aku tidak tahu. Mungkin dia tidak akan kembali. Mungkin dia malah senang aku akhirnya menghilang.

....

Satu jam berlalu. Kemudian satu jam lagi. Pemimpin preman itu mulai gelisah, mondar-mandir, mengumpat, menatapku dengan tatapan kotor seolah ragu mau memukulku atau merobek pakaianku.

"Aku bosan, Gadis Manis," ejeknya, melirik celanaku. "Gimana kalau kamu membuatku sedikit senang sambil menunggu suamimu?"

Aku menegakkan tubuh, mundur perlahan, jantungku berdentam keras. Namun, mereka terlalu banyak. Sepuluh orang, semua berotot dan penuh niat buruk. Aku tidak akan bisa lari tiga langkah sebelum mereka menyeretku jatuh. Mimpi buruk ini terasa begitu familier.

Sejarah seperti ingin terulang. Namun, kali ini tidak.

Pemimpin itu menerjangku. Aku langsung menendang selangkangannya sekuat tenaga. Dia meraung kesakitan, membungkuk.

Kemudian, dia menampar wajahku, membuatku terjatuh ke tanah. "Pelacur," umpatnya, berjalan ke arahku, menarik jaketku, kerahku. Tangannya meraihku dengan serakah dan kejam. Aku memejamkan mata, siap menghadapi yang terburuk, ketika suara tembakan memecah udara.

Teriakan. Jeritan. Dentuman senapan mesin. Aku membuka mata tepat saat anak buah Elias menyerbu ke gang, senjata teracung, wajah dingin. Pemimpin preman itu bahkan belum melangkah dua langkah sebelum dia tewas tertembak. Orang-orangnya kabur seperti tikus, sebagian tumbang, sebagian melarikan diri. Semuanya berakhir dalam hitungan detik.

Elias bergegas ke sisiku, berlutut. "Noelle," katanya dengan suara serak. "Kamu baik-baik saja? Aku kembali secepat yang aku bisa, maaf ...."

Dia meraihku seolah berharap aku akan runtuh ke pelukannya. Kemudian, seolah tidak bisa menahan diri, dia menambahkan ....

"Aku harus mengantar Harvana pulang ke rumah besar dulu. Kalau terjadi sesuatu padanya, keponakanku akan menyalahkanku." Alasan yang sebenarnya. Dalih sialan yang selalu dia simpan.

Aku menatap matanya dan berkata, "Diam."

Aku tidak ingin mendengarnya. Tidak satu kata pun lagi.

....

Di rumah besar, Elias kembali berperan sebagai suami yang perhatian. Dia bahkan memanggil dokter keluarga untuk memeriksaku, memperhatikan saat dokter memeriksa bengkak di wajahku dan memar yang mulai muncul di lenganku. Setelah itu, dia berlutut di samping tempat tidurku, mengusap rambutku seperti kami masih punya hubungan.

"Besok adalah pernikahanku dengan Harvana," katanya lembut, seolah itu bisa menenangkanku.

"Tunggu sedikit lagi. Setelah itu ... semuanya akan lebih baik."

Lebih baik. Ya, akan lebih baik. Namun, bukan seperti yang dia bayangkan.

Aku tersenyum manis padanya, senyuman tulus pertama yang dia dapatkan dariku dalam waktu yang sangat lama. "Kalau begitu, semakin banyak alasan agar kamu nggak membuat pengantinmu menunggu," ujarku, suaraku seperti pisau berselimut beludru. "Pergilah, istirahatlah, dan siapkan dirimu untuk pernikahan besok."

Elias ikut tersenyum lega, dan terlihat bodoh.

Setelah dia pergi, aku mengangkat telepon dan menekan nomor.

"Jose," kataku saat dia menjawab. "Aku sudah siap. Siapkan orang-orang dan mobil besok pagi. Jam delapan tepat."

Besok, saat Elias mengucap "aku bersedia" .... Aku sudah harus pergi.

Dia tak akan pernah melihatku atau anak kembarku lagi, selamanya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Raja Mafia Tertipu Pelakor   Bab 8

    Sudut Pandang Noelle:Akhirnya, suara Elias memecah keheningan ruangan. "Cukup."Para pengawal mundur. Harvana terisak. Suaranya lemah, tetapi kata-katanya masih jelas."Kumohon, Elias .... Keponakanmu sudah meninggal. Aku sendirian. Kamu berjanji akan menjagaku. Gimana bisa kamu setega ini padaku?"Suara Elias membalas dengan gemuruh. "Gimana aku bisa setega ini padamu? Apa yang sudah kamu lakukan pada Noelle? Pada anak kembarku? Dasar perempuan gila!"Harvana tertawa di sela-sela tangisnya. Pahit, histeris. "Aku melakukan apa yang harus kulakukan! Kamu pikir aku bisa bertahan di rumah Keluarga Wardana tanpa melakukan itu? Kamu pikir kamu akan menyadari keberadaanku kalau aku nggak begitu?""Bukankah aku sudah melindungimu? Bukankah aku sudah menjanjikan Kasino Wardana untukmu? Kenapa kamu nggak bisa membiarkan Noelle-ku dan anak-anakku tenang?""Kamu bicara seolah punya pilihan. Tapi aku tahu, semua orang tahu, kalau tanpa Noelle, kamu bukan siapa-siapa. Kasino, kesepakatan, reputasi

  • Raja Mafia Tertipu Pelakor   Bab 7

    Sudut Pandang Noelle:Saat pesta pernikahan Elias selesai, aku sudah lama pergi. Jose, kakakku, mengantarkan aku dan si kembar pulang secara langsung. Kami resmi kembali ke Keluarga Benardi.Aku tumbuh di tepi laut, dibesarkan di rumah yang ramai dan ceria di Losalia. Waktu menetapku di Newara memang tidak pernah dimaksudkan untuk selamanya. Aku hanya bertahan karena Elias. Aku membangun kehidupan untuknya, menetap demi dia.Namun, aku selalu menjadi milik tempat ini. Dekat laut dan keluargaku.Sejak aku memutuskan untuk meninggalkan bajingan egois dan arogan itu, aku sudah merencanakan cara yang tepat untuk melakukannya.Karena Elias? Dia tipe pria yang tidak akan pernah melepaskanku. Bahkan ketika tahu salah membiarkanku serumah dengan Harvana, tahu betapa hal itu menghancurkanku, dia tetap akan mempertahankanku. Jadi, aku harus menghilang dengan bersih dan permanen.Anehnya, para preman di pusat perbelanjaan itulah yang memberiku ide. Elias tidak ragu meninggalkanku hari itu. Dia ba

  • Raja Mafia Tertipu Pelakor   Bab 6

    Sudut Pandang Elias: "Elias ...." Suara Harvana bergetar saat dia mencengkeram lenganku, menghentikanku. "Kamu nggak bisa pergi gitu saja. Ini pernikahan kita."Kata-kata itu terlalu familier. Aku sudah mendengarnya berkali-kali."Kamu bilang bakal menjagaku.""Kamu tahu aku sedang terluka.""Kamu bilang bakal memberiku anak. Anak Keluarga Wardana."Akhirnya ...."Tolong, cukup katakan pada semua orang bahwa kita akan menikah. Aku nggak mau Lila dipanggil anak haram."Apakah aku sudah memberi Harvana terlalu banyak? Mungkin.Namun kali ini, kata-katanya tidak lagi mengena. Satu-satunya hal yang penting sekarang adalah menemukan Noelle. Menemukan anak kembarku. Bahkan jika yang tersisa hanyalah jasad, aku harus membawa mereka pulang."Lepaskan aku, Harvana." Aku menepisnya dan melangkah turun dari altar.Dia mencengkeram lebih erat. "Elias, aku melarangmu pergi sekarang!"Aku menoleh perlahan, tertegun. Bagaimana aku bisa tidak melihatnya dengan jelas selama ini? Begitu manja, penuh ha

  • Raja Mafia Tertipu Pelakor   Bab 5

    Sudut Pandang Elias:Hari ini seharusnya menjadi hari pernikahanku dengan Harvana. Aku sudah merawatnya sejak keponakanku meninggal, melindunginya dan menjaga keselamatannya. Harvana bilang itu adalah mimpinya, yaitu memiliki seorang anak dari Keluarga Wardana. Untuk menepati janjiku melindunginya, aku memberinya anak yang dia inginkan.Namun, aku tidak merasa melakukan kesalahan. Menurut pikiranku, yang kulakukan hanyalah mengabulkan keinginannya dan memenuhi kewajiban. Setelah Lila lahir, Harvana mulai membicarakan pernikahan. Dia tidak ingin putrinya dicap sebagai anak haram.Aku setuju. Sekali lagi, hanya demi menepati janji untuk menjaganya.Hari ini, semuanya berjalan lancar. Gereja penuh sesak. Musik lembut dan hangat. Harvana tampak memesona dalam gaun putih yang kupilihkan untuknya, berjalan di lorong seperti mimpi yang mengambang. Semuanya persis seperti yang dia mau. Sempurna. Kami berdiri di altar, saling berhadapan, bertukar janji dan cincin. Kuselipkan cincin itu di jarin

  • Raja Mafia Tertipu Pelakor   Bab 4

    Sudut Pandang Noelle:Awalnya, itu hanya gertakan. Kemudian, salah satu dari mereka menyipitkan mata. Wajahnya menunjukkan dia kenal dengan kami. "Hei ... bukannya kamu itu orang kasino yang sering muncul di TV?"Seketika, taruhannya berubah."Beberapa belas juta nggak akan cukup sekarang," ejek si preman. "Kami tahu kamu punya uang. Kamu orang kaya. Mari kita lihat seberapa dermawan kamu sebenarnya."Elias menegang. "Kami nggak bawa banyak uang tunai," ujarnya hati-hati. "Gimana kalau aku telepon asistenku? Dia akan membawakan uangnya."Kemudian, dia menunjuk ke arahku. "Istriku bisa tinggal bersamamu sementara aku pergi ambil uangnya."Darahku terasa membeku. Dia menunjuk ke arahku. Pemimpin preman itu tertawa, rendah dan kotor. "Istrimu?" Dia menatapku dari atas ke bawah seperti sedang memeriksa buah busuk. "Kamu bercanda? Istrimu berpakaian seperti itu? Dia lebih mirip gelandangan yang kamu pungut."Elias mengernyit. "Dia istriku, cek saja di berita. Dan kalau aku nggak kembali, ka

  • Raja Mafia Tertipu Pelakor   Bab 3

    Sudut Pandang Noelle:Aku mengangkat mereka ke dalam pelukan dan membawa mereka kembali ke rumah tamu, lalu memerintahkan kepala pelayan untuk memanggil dokter.Dokter datang dengan cepat. "Kondisi anak perempuanmu buruk tapi masih bisa ditangani. Anak laki-lakimu ... lebih parah. Dia kekurangan gizi dan menunjukkan tanda-tanda trauma emosional. Aku sarankan habiskan waktu bersamanya. Dia butuh kestabilan. Kasih sayang."Aku mengangguk. Beberapa saat kemudian, Tessa tertidur dengan Milo meringkuk di sisinya, dokter sudah pergi. Aku duduk di sana dalam temaram cahaya, menyusun kepingan mimpi buruk yang telah mereka jalani.Dari bisikan pengakuan Tessa, aku mengetahui seluruh kebenaran.Hari ketika Harvana pindah ke kamar utama adalah hari ketika dunia aman anak-anakku hilang. Mereka diusir dari kamar mereka. Dikurung di ruang bawah tanah. Diberi makan sisa-sisa, dipukul dengan sandal, diancam agar tetap diam.Harvana berpura-pura menjadi ibu tiri penuh kasih di depan umum. Sementara Eli

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status