Susan pernah melihatnya dari berita. Saat berita Keluarga Sunaldi punya kepala keluarga baru keluar, dia sempat kaget lantaran Winson masih sangat muda. Awalnya, dia masih tidak begitu percaya.Mereka yang bekerja di bagian penjualan pasti tahu banyak informasi seperti ini.Sejauh yang dia tahu, Keluarga Sunaldi termasuk keluarga terhormat di Kota Tawuna. Bagi keluarga kecil seperti mereka, bisa bertemu dengan anggota keluarga kaya legendaris itu bukanlah hal yang mudah."Benar, kamu siapa?"Winson melirik Tobi, lalu berkata dengan hati-hati, "Kakak Ipar?"Sebutan "Kakak Ipar" itu sontak membuat wajah Susan merona. Dia malu sekaligus senang.Tobi tampak tak berdaya. Apa yang seharusnya dia jawab?Ibunya Susan kini tidak berani memanggil nama Tobi langsung. Mendengar pertanyaan itu, dia buru-buru memperkenalkan putrinya, "Ya, ya, dia pacarnya Tuan Tobi."Dilihat dari ekspresi putrinya, Tuan Winson ini sepertinya sangat hebat. Apa Tobi dikelilingi begitu banyak tuan muda yang hebat?Mend
"Lagi pula, Tobi tampak jujur dan punya kepribadian baik, kamu masih khawatir putrimu rugi? Kalau menurutku, yang rugi itu Tobi."Ibunya kembali menambahkan, "Susan, kamu dengar itu? Kelak, ikuti kata-kata Tobi, lakukan sesuai apa yang dia katakan. Jangan dikit-dikit emosi.""..."Susan terdiam. Yang bilang Kak Tobi tidak becus sebelumnya itu siapa? Setelah menyadari kehebatannya, sikap ibunya langsung berubah drastis.Ayahnya Susan juga tidak mempersulit Tobi lagi. Lagi pula, dia juga tidak bisa mengubah takdir putrinya. Kendati interaksi mereka dengan Tobi cukup singkat, dia merasa pria itu lumayan baik.Tobi juga tidak ingin mengelak dan langsung berjanji, "Aku tahu apa yang Paman khawatirkan. Tenang saja, sebelum kami menikah, aku nggak akan menyentuh Susan.""Ya, ya, kalau begitu, aku sudah tenang," ucap ayahnya Susan."Apa yang kamu khawatirkan? Di zaman sekarang ini, sudah biasa punya anak di luar nikah, tapi kamu malah masih berpikiran kulot seperti itu."Ibunya Susan buru-bu
"Apa? Rokok ini sebungkus 200 juta? Apa rokok ini terbuat dari emas?"Sorot mata ibunya Susan penuh keterkejutan."Rokok ini mungkin memang nggak semahal itu, tapi barangnya langka dan berharga. Yang bisa mendapatkan rokok ini hanya para petinggi ataupun bangsawan. Rokok ini melambangkan status dan menambah peluang saat mereka keluar untuk bernegosiasi bisnis," ucap ayahnya Susan menjelaskan."Ternyata begitu. Tobi, lebih baik kamu simpan kembali," kata ibunya Susan, tetapi rokok itu masih tergenggam erat di tangannya, seakan-akan tidak rela memberikannya."Nggak usah. Lagian rokok ini sudah kuberikan kepada Paman, mana mungkin aku mengambilnya lagi."Tobi menolak secara halus.Ayahnya Susan masih ingin berbicara, tetapi ponsel Tobi tiba-tiba berdering. Ketika melihat nomor penelepon, ternyata itu nomor Yudi yang baru saja menghubunginya. Sepertinya mereka sedang menghadapi masalah. Kalau tidak, mereka tidak akan sepanik ini."Aku angkat telepon dulu."Tobi segera beranjak, lalu berjal
"Ini urusan Keluarga Saswito," ucap Tobi dengan nada datar."Ya, sebagai permintaan maaf, kami ingin memberi Anda sebuah vila di Kompleks Bugenvil.""Kalian nggak perlu memberiku kompensasi. Kalau kalian punya niat, cukup berikan kompensasi kepada gadis yang hampir ditipu olehnya. Kalau aku nggak ada di sini hari ini, dia pasti sudah celaka.""Baik, baik."Burhan mengangguk kepalanya berulang kali."Baiklah, kalau nggak ada hal lainnya, aku tutup ya.""Tunggu!"Mendengar itu, Burhan seketika panik."Masih ada masalah?""Tuan Tobi, apa Anda punya waktu besok? Bisakah Anda memberi saya kesempatan untuk mengundang Anda makan bersama?" tanya Burhan dengan hati-hati. Dia sangat gugup.Dia takut Tobi tidak setuju."Aku nggak ada waktu!" tolak Tobi langsung.Begitu kata-kata itu keluar, Burhan tertegun, raut wajahnya juga berubah.Ekspresi wajah yang lainnya juga berubah saat mendengar penolakan itu. Mereka semua tampak putus asa.Gawat. Tuan Tobi masih marah.Demi menghindari situasi darurat
Melawannya?Kata-kata itu bahkan sempat membuat Burhan curiga dengan pendengarannya.Bagaimanapun juga, itu termasuk keluarga besar di Jatra, sanggupkah mereka melawannya?Mungkin dia tidak dengar jelas siapa lawan yang akan kita hadapi?Reaksi anggota Keluarga Saswito lainnya juga hampir sama. Mereka semua tercengang, beberapa di antaranya bahkan tidak memercayai apa yang ditangkap oleh telinga mereka."Begini, Tuan Tobi, Keluarga Capaldi juga termasuk keluarga besar di Jatra. Kekuatannya mereka juga sangat hebat, apalagi keluarga kecil seperti kami, nggak akan mungkin bisa menandinginya."Burhan sengaja menunjukkan kelemahan keluarganya, tetapi secara tak langsung, dia juga memperingatkan Tobi mengenai kekuatan luar biasa yang dimiliki Keluarga Capaldi."Aku tahu."Tobi berkata, "Ya, memang kalian bukanlah tandingannya, tapi bukannya aku sudah bilang, kalau dia datang, panggil aku, biar aku yang menghadapinya, bukan menyuruh kalian turun tangan sendiri."Begitu kata-kata itu dilontar
Walaupun dia tidak begitu percaya, tetapi dari sikap Damar, terlihat jelas Tobi bukanlah orang biasa. Jadi, mana mungkin orang sehebat itu berani membual kepada mereka?"Tapi, ini terlalu menakutkan.""Marganya Yudistira, 'kan? Jangan-jangan dia anggota Keluarga Yudistira di Jatra?" kata Yudi tiba-tiba, lantaran Darel, mereka bahkan sempat memahami sedikit keluarga besar di Jatra.Mereka terus mencari bantuan, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa membantu mereka."Keluarga Yudistira di Jatra?""Nggak mungkin, nggak mungkin sama sekali!""Mana mungkin tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra bisa berada di tempat sekecil ini?"Burhan segera menimpali, menjawab, "Keluarga Yudistira adalah salah satu keluarga kelas atas di Jatra, apalagi putra mereka semua termasuk pemimpin di antara generasi muda Harlanda.""Benar juga, jadi siapa sebenarnya dia?"Burhan tersenyum pahit dan berkata, "Lagi pula, Tuan Tobi telah setuju untuk membantu, mungkin krisis kita kali ini benar-benar akan teratasi."
Melihat mereka berdua begitu mesra, ibunya Susan tersenyum bahagia, lalu berkata, "Tobi, kamu pria yang baik. Ada kamu yang menjaga Susan, Bibi sudah tenang.""Kalau kalian capek, di dekat sini ada hotel, lingkungannya juga sangat bagus, cocok untuk pasangan muda seperti kalian.""Bagaimana kalau aku buat reservasi untuk kalian? Daripada nanti kehabisan kamar."Kata-kata itu seketika membuat Susan tersipu malu.Tobi tampak berdaya. 'Perlukah menyerahkan putrinya secepat itu?'Susan takut Kak Tobi akan ketahuan, jadi dia pun buru-buru berkata, "Nggak usah, kami bisa memesannya sendiri.""Ya, ya, kalau begitu, bersenang-senanglah malam ini. Ayahmu dan aku nggak akan ganggu kalian lagi." Usai mengatakan itu, orang tuanya Susan pun pamit dari sana.Tobi tidak tahu harus berkata apa lagi. Namun, dia tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Saat membalikkan badannya, dia tak kuasa menahan senyum pahit.Gawat!Lantaran orang yang berdiri di sana tak lain adalah Widia.Oh ya, juga ada Tania.Waj
Wajah Susan terlihat murung. Dia tidak menyangka tindakannya akan mencelakai Tobi dan merusak hubungan mereka. Dia pun hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat.Tobi sedikit tidak tega, tetapi dia tetap menahan diri, lalu berkata, "Widia, ini benar-benar salah paham. Kenapa kamu bisa datang ke sini? Apa ada orang yang sengaja menghasutmu ke sini?""Sengaja menghasutku?""Tobi, sampai sekarang kamu masih mau melemparkan tanggung jawab kepada orang lain?"Wajah Widia penuh amarah, lalu berkata dengan nada dingin, "Jangan-jangan kamu mau bilang Tania sengaja menghasutku ke sini, lalu ingin merusak hubungan kita?""Memangnya bukan?" kata Tobi sambil melirik Tania, cahaya dingin melintas di sorot matanya.Akibat dilirik oleh Tobi, Tania merasa kaget dan mulai panik.Namun, sebelum dia menanggapinya, Widia telah mendahuluinya, "Tentu saja bukan. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan Tania. Aku sendiri yang mau datang ke sini."Tania diam-diam merasa bangga. Awalnya, dia memang berencana me