Share

Bab 3

Author: Banin SN
last update Last Updated: 2024-07-26 22:27:15

Emily Miller masih dalam keadaan terbujur kaku dengan bibir mengeluarkan busa. Meski sekilas gadis itu tampak seperti sudah tak bernyawa, Calvin merasa menyembuhkan Emily bukanlah hal yang sulit.

“Ada satu syarat sebelum aku memulai penyembuhan,” ucap Calvin seraya menempelkan tangannya ke urat nadi leher Emily.

Edward Miller mengangguk setuju. “Apa pun syaratmu, aku setuju. Bahkan jika kau meminta imbalan khusus, aku akan memenuhi semua kemauanmu.”

“Tak ada yang boleh mengganggu proses pengobatanku.” Calvin bergumam seraya menggerakkan tangannya seolah ingin membuka kancing dada Emely.

“Bagaimana bisa Tuan Miller terkecoh oleh bualan pemuda asing seperti dia?” salah seorang asisten David Longman berbisik ke telinga temannya dengan ekspresi penuh kebencian.

“Ssst… Biarkan dia termakan oleh kebodohannya sendiri, dia membiarkan pemuda itu menyentuh putrinya, itu artinya dia benar-benar tak menghargai Dokter Longman,” balas rekannya.

Saat Calvin benar-benar membuka kancing dada Emily, lalu bersiap menempelkan tangannya tepat ke ulu hati gadis itu, David Longman mengerutkan alis dan bergumam sinis.

“Sial, bocah ini ternyata hanya pemuda cabul yang berpura-pura menjadi penolong, lihat, sekarang dia menempelkan telapak tangannya ke ulu hati, sebentar lagi ia akan meraba-raba tubuh Emily!”

Calvin tak merespon hinaan David Longman, ia bahkan seperti membenarkan ucapan David, kini jari jemari Calvin telah bergerak perlahan meraba inchi demi inchi permukaan kulit Emily, membuat dua asisten David Longman semakin murka melihatnya.

“Dokter Longman, bolehkah kami menelepon polisi sekarang? Pemuda cabul itu hanya sedang memanfaatkan keadaan Nona Emily!” pinta salah satu asisten David Longman.

Sebelum David menjawab, asistennya yang lain juga menimpali, “Yang seperti ini tak bisa dibiarkan, Dokter Longman. Bagaimanapun Nona Emily adalah pasien anda, anda harus melakukan sesuatu…”

Mendengar dua asisten David Longman sedang mengolok-oloknya, Calvin tersenyum sinis lalu sejenak melirik keduanya. “Panggillah polisi, katakan jika ada seorang dokter yang tak bisa berbuat apa-apa untuk melindungi nyawa pasiennya. Mari kita lihat hukuman apa yang menunggu dokter idola kalian.”

David Longman seketika marah, ia ingin menghantamkan pukulan kepada Calvin, namun sedetik sebelum itu terjadi, Edward Miller mendorong tubuh David Longman ke belakang. Menjauhkan dokter senior tersebut dari Calvin dan Emily.

“Dokter Longman, kumohon jangan ganggu pemuda itu. Nyawa Emily sedang menjadi taruhannya, tolong biarkan dia mencoba,” pinta Edward Miller dalam nada memohon.

“Tuan Edward, anda boleh putus asa tetapi jangan bertindak bodoh seperti ini! Anda akan sangat menyesal setelah anda menyadari kebodohan anda!” bentak David Longman yang mulai kehilangan kesabaran menghadapi keadaan.

Dua asisten David Longman bergegas menopang tubuh David dari belakang seolah sedang memberi perlindungan kepada dokter senior tersebut.

“Tuan Miller, Dokter Longman adalah jenius paling jenius di Maplewood. Semua diagnose Dokter Longman memiliki akurasi 100%, tindakan anda benar-benar telah menghina senior kami!” ucap asisten David Longman pada Edward Miller.

Edward Miller hanya bisa meminta maaf kepada semua pihak. Namun tentu saja, dua asisten David Longman tak menerima permintaan maaf Edward begitu saja.

“Usir pemuda itu, dan hargailah semua pendapat senior kami, dengan begitu Dokter Longman tak akan menganggap tindakan anda sebagai penghinaan terhadap senior kami,” ucap salah satu asisten David.

Permintaan itu membuat Edward Miller terdiam. Ia melihat Calvin yang saat ini masih meraba-raba tubuh putrinya dengan ekspresi serius. 

Sementara itu, Calvin mendongakkan kepala ke arah Edward yang sedang berada dalam dilemma, “jika aku tak segera menyelesaikan pengobatanku, sebentar lagi putrimu akan mati. Pilihanmu ada dua, mengusirku, atau meminta mereka diam.”

Edward Miller menelan ludah. Nada bicara Calvin yang tenang dan serius membuatnya sulit untuk tak mempercayai pemuda itu. Maka, lagi-lagi Edward Miller menoleh ke arah David Longman dan dua asistennya.

“Tuan-tuan, tolong… Tolong tenanglah selama pemuda itu mengobati putriku, aku belum siap kehilangan putriku, kumohon…”

“Tuan Miller, sejak kapan anda menjadi sebodoh ini? Lihat pemuda itu, lihat juga tubuh putrimu, pemuda itu justru akan  mempercepat kematian putrimu!” bentak David Longman penuh geram. “Oh, andai pemuda itu benar-benar bisa melakukan hal berguna untuk putrimu, kukira aku tak akan keberatan bersujud di kakinya demi memintanya menjadi guruku!” kelakar David Longman dan di saat yang sama, terdengar suara yang membuat semua orang terkejut.

Cough!

Cough!

Semua orang mendengar suara Emily terbatuk! 

Gadis yang diprediksi David Longman akan mati dalam beberapa menit itu kini justru terlihat membuka mata!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Raja Naga Yang Berkuasa   Bab 79

    “Masuklah, Xavier,” balas Calvin dari dalam.“Dan kalian berdua,” ujar Calvin kepada Dahlia dan Jill. “Simpan senjata racun kalian. Xavier bukanlah orang bisa kalian serang menggunakan racun.”Xavier adalah tangan kanan dari Eldran King. Dan itu cukup membuat Calvin memahami mengapa William tak berkutik di hadapan sosok ini. Pria ini memiliki julukan Raja Neraka di antara para War God, berurusan dengannya sama saja mengambil tiket berangkat ke neraka.Krek…Pintu kamar belakang terbuka bersamaan dengan lampu seluruh vila menyala kembali. Sosok Xavier muncul dari balik pintu dengan mengenakan pakaian serba hitam. Xavier menunduk dalam, memberi hormat kepada Calvin Reed.“Maaf karena telah membuat sedikit kekacauan di tempat anda, Mr. Reed,” ucap Xavier dengan nada datar, membuat Dahlia dan Jill sulit menebak apakah Xavier berada di pihak Calvin atau musuh.“Bagaimana keadaan William?” tanya Calvin tak kalah datarnya.Xavier menarik napas dalam. “Dia hanya kehilangan kesadaran. Jika tub

  • Raja Naga Yang Berkuasa   Bab 78

    Beberapa saat berselang, lampu kamar belakang padam seketika. Gelap total menelan ruangan, seolah semua cahaya ditarik keluar begitu saja. Yang tersisa hanya suara napas tiga orang yang terjebak di dalamnya. Napas Dahlia tercekat dan terburu, terdengar jelas di keheningan. Jemarinya mencengkeram botol racun hingga buku-buku jarinya memutih, rasa dingin dari kaca botol meresap ke kulitnya. Jill berdiri di dekat pintu, bahunya kaku, otot-ototnya tegang seperti busur yang ditarik terlalu lama. Di balik genggamannya yang rapat, botol racun lain bersembunyi, siap digunakan kapan saja.Waktu berjalan lambat. Lima menit yang dijanjikan William terasa seperti penantian tanpa akhir. Setiap detik menyeret seperti menit, dan setiap menit terasa seperti satu jam penuh siksaan.Tiba-tiba terdengar letupan.DORR!Suara itu memecah udara, tajam dan menusuk. Kaca dari arah ruang tamu pecah, serpihannya berderak jatuh menghantam lantai marmer, menimbulkan gema getir. Bau debu halus ikut terbawa bersa

  • Raja Naga Yang Berkuasa   Bab 77

    Matahari sudah semakin menanjak, sinarnya menembus tirai tipis Regal Ridge Villa. Calvin Reed duduk bersandar di sofa, wajahnya pucat. Efek New Moon kian nyata. Tubuhnya bergetar tipis, seperti orang yang sedang berjuang keras melawan maut. Meski matanya tetap terbuka, sorotnya tak lagi setajam biasanya.Di sisi sofa, Lucius Black mulai siuman. Kedua tangannya terborgol di belakang kursi besi, tubuhnya diikat erat dengan tali tambahan di dada dan kakinya. Kursi itu sengaja diposisikan menghadap William Jones yang berdiri tegap, wajahnya dingin bagai batu.Lucius tersenyum samar, bibirnya masih berlumur darah. “Begini caranya kalian memperlakukan tamu?” tanyanya dengan nada meremehkan. “Aku kira Dewa Perang punya tangan kanan yang lebih pantas. Ternyata hanya anak kecil dengan wajah kotor.”William hanya menatap lurus, tidak terpancing. Sorot matanya tajam, seolah menembus kebanggaan kosong Lucius.Lucius mendengus geli. “Jangan menatapku seperti itu. Kau bahkan tak punya kuasa menentu

  • Raja Naga Yang Berkuasa   Bab 76

    Tubuh Lucius Black tergeletak di lantai, napasnya berat dan tak beraturan. Bau samar serbuk racun masih menggantung di udara. Jill Maxim berdiri terpaku, jantungnya berdegup kencang.Calvin Reed mundur perlahan, bahunya goyah, lalu dipapah oleh Dahlia hingga kembali duduk di sofa. Keringat dingin menetes dari pelipisnya, wajahnya pucat. Meski matanya tetap tajam, jelas tubuhnya berada dalam kondisi lemah.Dahlia menoleh pada Jill. “Jangan terlalu dekat dengan serbuk tadi,” katanya tegas. “Itu racun. Calvin memberikannya padaku sebelumnya, berjaga-jaga untuk situasi seperti ini.”Mata Jill membelalak. Dalam sekejap, perasaan malu menusuk dadanya. Ia sempat meragukan Calvin, mengira pria itu menyerah begitu saja dan tak memiliki rencana cadangan. Kini ia sadar, Calvin sudah mempersiapkan jalan keluar sejak awal. Ia menggenggam erat tangannya, menahan rasa bersalah.“Calvin, apa yang harus kulakukan terharap orang ini? Haruskah aku membunuhnya selagi ia lemah?” tanya Jill berharap ia bis

  • Raja Naga Yang Berkuasa   Bab 75

    Calvin Reed berdiri perlahan dari sofa. Gerakannya sederhana, namun cukup untuk membuat seluruh ruangan berubah. Udara yang semula penuh dentuman pertarungan Jill dan Lucius kini seakan terkunci dalam hening yang berat.Lucius Black merasakan dingin merayap di punggungnya. Wajahnya masih menyeringai, tetapi kakinya sedikit gemetar. Kharisma Calvin yang muncul tiba-tiba membuat pikirannya goyah. Informasi yang ia terima sebelumnya menyebutkan bahwa hari ini Calvin berada dalam keadaan lemah, sekarat, karena pengaruh New Moon. Namun jika informasi itu bohong, jika Calvin masih memiliki kekuatan penuh, ia tahu satu hal pasti: dirinya tidak akan keluar dari Regal Ridge Villa dalam keadaan hidup.Calvin melangkah maju. Setiap langkahnya terdengar mantap di lantai marmer. Jill Maxim menatapnya dengan napas tercekat, matanya berkilat penuh harapan. Dahlia bahkan mencondongkan tubuhnya, seolah siap menyaksikan Calvin memusnahkan pria asing yang berani masuk ke rumah mereka.Lucius merasakan j

  • Raja Naga Yang Berkuasa   Bab 74

    Calvin Reed duduk waspada di sofa, jemarinya mengetuk sandaran lengan seirama dengan detak waktu. Wajahnya tetap tenang, meski telinganya jelas menangkap bunyi gesekan halus dari gagang pintu. Dahlia melirik panik, sementara Jill meluruskan punggungnya, seolah sudah siap menghadapi sesuatu.Pintu villa berderit terbuka perlahan. Bukan dengan keras, bukan pula terburu-buru. Justru gerakannya pelan, penuh kesengajaan, seperti seseorang yang tahu bahwa setiap detik keheningan adalah pisau yang bisa menusuk saraf penghuni rumah.Seorang pria masuk, langkahnya ringan namun berirama mantap. Ia mengenakan turtleneck hitam yang menempel erat di tubuh rampingnya, dipadu celana hitam rapi. Rambut pirang keemasan tersisir rapi, kontras dengan tatapan mata abu-abu yang dingin dan menghujam. Rahangnya tegas, dan senyum samar di bibirnya seperti ejekan yang sudah disiapkan.“Hmm… tempat yang nyaman,” ucapnya, suaranya rendah tapi cukup untuk memenuhi ruangan. Tatapannya bergulir dari Calvin, lalu s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status