Share

Bab 8

Author: Raja Diam
Natalie mengangguk dan membalas kakeknya, "Aku mengerti, Kakek. Aku hanya tidak menyangka bahwa seseorang yang mengenakan pakaian seperti itu ternyata adalah seorang dokter sakti. Sosok seperti dia seharusnya tidak ada masalah keuangan, ‘kan?

"Hehe, mungkin bagi seorang ahli seperti dia, ini hanyalah salah satu bentuk kultivasi."

Kakek Stewart tertawa kecil. Dia sangat penasaran dengan anak muda misterius bernama Julius ini.

“Kultivasi?”

Natalie mengernyitkan kening karena bingung.

"Mengasah batin juga merupakan bentuk kultivasi, menyembunyikan diri dari keramaian. Beberapa ahli mungkin telah memahami banyak hal. Namun pada akhirnya, pemikiran para ahli yang merahasiakan diri seperti itu tidak dapat kita pahami sebagai orang biasa!"

Kakek Stewart menjelaskan sambil tersenyum. Dia kemudian melanjutkan dengan rasa haru, "Alasan mengapa Keluarga Russo bisa sampai sekarang juga karena adanya seorang ahli yang membantu kita dulu."

Natalie mengangguk dengan serius atas kata-kata kakeknya.

Sementara itu, Julius telah tiba di luar bank.

Dia menatap kartu bank berwarna ungu yang ditinggalkan oleh Kakek Sableng sambil mengerutkan kening. " Kakek Sableng itu mengatakan bahwa ada banyak uang di dalamnya, tapi aku tidak tahu berapa jumlahnya! Dia juga mengatakan bahwa aku harus pergi ke Pulau Dracora pada tanggal 15 bulan kedelapan menurut kalender lunar, mengatakan ada peluang besar di sana. Heh, sekarang masih berjarak satu bulan dari tanggal itu!"

Dia meraba cincin Dracora yang diberikan oleh Kakek Sableng, senyum tipis muncul di sudut bibirnya. Kemudian, dia melangkah masuk ke bank.

"Sekuriti, sekuriti! Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa kamu membiarkan orang yang berpakaian compang-camping seperti ini masuk? Apakah tempat ini untuk pengemis? Aku bisa mencium bau kemiskinan dari jauh!"

Julius baru saja memasuki bank, seorang wanita berpakaian mewah dengan badan penuh perhiasan emas berteriak pada petugas keamanan dengan wajah jijik.

Petugas keamanan mendekati Julius dan tersenyum canggung, "Tuan, jika kamu tidak ada urusan di sini, mohon jangan mengganggu pekerjaan kami!"

Wajah Julius berubah serius. Dia melihat petugas keamanan tersebut, lalu berkata, "Bukankah itu sudah jelas? Kalau tidak ada urusan, untuk apa aku masuk ke sini?"

Petugas keamanan itu melirik wanita kaya tersebut, kemudian dengan ragu membalas Julius, "Kalau begitu, apa yang ingin kamu lakukan di sini?"

Julius mengeluarkan kartu banknya dan berkata dengan bangga, "Tentu saja menarik uang!"

"Jika ingin menarik uang, ada mesin ATM di sana ...."

Petugas keamanan membalas sambil tersenyum.

Julius menjawab dengan nada meremehkan. "Bagaimana kalau aku ingin menarik dua tiga miliar? Akan merepotkan sekali jika ATM di sini tidak memiliki cukup uang, ‘kan?”

"Ah, sungguh lucu. Ingin mengambil dua tiga miliar katamu? Jangankan dua tiga miliar, aku rasa di dalam kartu itu belum tentu ada dua tiga ratus ribu!”

Wanita itu merespons dengan nada sindiran setelah mendengar kata-kata Julius.

Setelah itu, dia memperhatikan kartu yang dipegang oleh Julius. "Itu kartu apa? Aku belum pernah melihatnya. Jangan-jangan itu kartu keanggotaan yang kamu temukan di pinggir jalan? Apakah kamu orang bodoh?

"Ada apa di sini?" Manajer bank datang bertanya setelah melihat keributan yang terjadi.

"Apakah kalian memakai kartu seperti ini di sini? Pria yang berpakaian lusuh ini mengatakan bahwa dia ingin menarik lebih dari dua milyar rupiah. Apakah dia benar-benar punya uang sebanyak itu? Ayo semua orang lihat, pria ini sedang pura-pura. Dia hanya masuk dengan kartu yang tidak jelas. Petugas keamanan bank bahkan tidak mengusir pengemis ini, sungguh malang!"

Wanita kaya itu juga ditemani dua pengawal yang ikut berteriak keras, menyebabkan banyak orang yang melihat ke arah mereka.

“Bruk!”

Namun, Julius tidak peduli dengan kata-kata wanita itu. Dia langsung mendekat dan menampar wanita itu di wajah. "Aku mungkin hanya berpakaian kotor, tapi setidaknya aku jauh lebih baik daripada orang yang memiliki hati kotor sepertimu!"

Wanita kaya itu benar-benar bingung. Dia telah dipukuli?

Setelah menyadari keadaannya, dia marah hingga napasnya tersenggal. Wanita itu menunjuk ke arah Julius dan berkata, "Lihatlah semua orang, bajingan ini berani memukulku! Sialan, dasar bocah kecil, apakah kamu tahu siapa aku?"

"Aku hanya memukulmu, tidak perlu tahu siapa kamu!"

Julius tersenyum kecil, matanya seperti melihat seorang badut yang melompat-lompat.

"Dasar bocah, apakah kamu minta dihajar? Ini adalah istri dari Direktur Kevin, pemilik Group Nexa. Kamu berani memukulnya?"

Dua pengawal itu mendekat dengan penuh amarah. Mereka berpostur tinggi dan kuat, mata mereka penuh dengan keganasan yang tak terbendung, seperti mereka sangat mahir berkelahi.

"Group Nexa?"

Julius terkejut sejenak, kemudian tersenyum usil, "Heh, aku belum pernah mendengarnya!"

"Kamu mencari mati!"

Dua pengawal itu saling berpandang sejenak, kemudian mereka sontak melepaskan pukulan mereka pada Julius.

“Bruk bruk!”

Namun, Julius mengangkat kakinya dengan gesit dan memberikan dua tendangan beruntun, menyebabkan kedua pengawal itu terjatuh ke lantai dengan wajah kesakitan sambil menahan dada mereka.

"Aduh, dia... dia memukul orang!"

Wanita kaya, yang sebelumnya sombong, segera berteriak dan berlutut di lantai setelah melihat kedua pengawalnya tergeletak pingsan di lantai. Suara jeritannya memenuhi ruangan.

"Berhenti berteriak, atau aku akan menendangmu juga!"

Julius mengancam sambil mengangkat kakinya, membuat wanita itu segera menutup mulutnya dengan gemetar karena ketakutan.

Tidak lama kemudian, ekspresi Julius berubah aneh. "Oh, bukankah kamu mengaku adalah istri Direktur Kevin dari Group Nexa? Kenapa kamu melakukan hal melakukan seperti ini? Sangat tidak beradab! Lihat ini, dia malah kencing di lobi bank, apakah dia bodoh?"

Wanita kaya itu menundukkan kepalanya dan melihat bahwa roknya benar-benar basah, ternyata dia ketakutan hingga kencing di tempat.

"Ah, aku ...."

Rasa malu dan marah membuatnya ingin segera pergi dari sana. Namun, ketika dia mencoba untuk berdiri, tatapan tajam dari Julius membuatnya kembali terduduk di lantai.

"Haha!"

Banyak orang yang menyaksikan kejadian itu mulai tertawa melihat bagaimana wanita itu sampai terkencing.

Manajer yang sebelumnya ketakutan selama pertengkaran pergi mencari direktur bank.

Tidak lama kemudian, seorang pria berkacamata emas mendekati mereka.

"Pak, dia adalah orang yang membuat keributan di sini!"

Manajer wanita itu menunjuk-nunjuk Julius dengan ketakutan, tetapi dia tetap berdiri jauh dari kerumunan, tidak berani mendekat.

Sang direktur bank, yang awalnya marah, ketika melihat kartu bank yang dipegang oleh Julius, tiba-tiba menjadi sangat ketakutan, hingga berbicara dengan gemetar, "K-K-K-Kartu platinum!"

Julius melirik pria tersebut dan berkata, "Bagaimana bisa seseorang yang terbata-bata menjadi direktur bank?"

Sang direktur bank mencoba untuk meredakan ketegangan di hatinya dan berkata kepada Julius, "Selamat datang, Tuan. Aku senang bisa melayani Anda secara pribadi. Apakah ada yang bisa aku bantu?"

"Pak, apa itu kartu platinum? Aku belum pernah mendengarnya sebelumnya. Aku hanya tahu tentang kartu hitam."

Melihat perubahan sikap dari direktur bank, manajer wanita menyadari bahwa kartu bank ini pasti bukan kartu biasa.

"Kamu mungkin belum pernah melihatnya. Di bank kami, hanya ada kurang dari sepuluh kartu seperti ini dan setiap satu berada di tangan orang-orang berpengaruh. Bahkan orang dengan aset senilai dua triliun pun tidak pantas memiliki kartu seperti ini, menurutmu?"

Direktur bank menjelaskan pada manajer wanita.

Manajer wanita itu hampir pingsan mendengarnya dan kakinya hampir lemas. Kartu bank ini adalah yang tertinggi yang diterbitkan oleh bank pusat. Hanya ada sekitar sepuluh kartu seperti ini di seluruh dunia. Dia tidak pernah membayangkan bahwa kartu semacam itu akan muncul di kota kecil seperti Kota Carazon.

Julius agak terkejut dan mengernyitkan kening, "Sialan, ada begitu banyak uang? Kakek Sableng ini malah berpesan padaku untuk menghabiskan sedikit uang yang ada di dalam!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 170

    "Um!"Olivia mengangguk lalu melangkah ke samping.Segera, Julius pun pergi mengambil piyamanya dan Olivia juga sudah mempersiapkan piyama, dan tentu saja, pakaian dalam juga disiapkan.“Aku akan mandi dulu, nanti setelah aku selesai mandi, kamu baru mandi!”Olivia mengambil pakaian yang dia siapkan dan berjalan menuju kamar mandi.Kamar ini merupakan kamar yang berukuran besar yang sudah ada kamar mandi tersendiri.Julius menatap sosok badan Olivia yang hampir sempurna, dia pun menelan ludah. Sambil menatap punggung Olivia, dia berkata, "Istriku, bagaimana kalau kita mandi bersama, bisa saling menemani, bagaimana menurutmu? ""Enak aja!"Olivia tidak menoleh ke belakang dan pergi ke kamar mandi sendirian, tak lama kemudian terdengar suara dia menutup pintu.Julius hanya bisa duduk tak berdaya di tempat tidur dan segera mendengar suara derasnya air dari kamar mandi.Mendengar suara di dalam, Julius mau tidak mau menelan ludahnya lagi. Pemandangan di dalam begitu mudah untuk dibayangkan

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 130 Makan di luar

    Namun, Julius menggelengkan kepalanya, "Kalau ingin kembali, maka sebaiknya kamu masih bisa menjadi manajer umum. Jika hanya ingin menjadi seorang manajer biasa, maka Stern pasti akan mencari jalan untuk mencari masalah denganmu dan kemudian kamu pasti akan dipecat!”"Benar juga, orang itu sangat berbahaya!"Felicia mengangguk kepala tanda setuju, tetapi tak lama kemudian dia mengerutkan kening dan berkata, "Tapi aku khawatir Nyonya Margareth tidak akan setuju!""Haha, ada beberapa hal, jika pihak lain tidak punya pilihan lain, maka dia hanya bisa setuju!"Julius tertawa, lalu berkata lagi, "Ibu, jangan khawatir, masalah ini biarkan aku saja yang menanganinya.""Haha, bicara sih gampang, tapi sebenarnya Stern juga tidaklah bodoh. Nyonya Margareth mengatakan, memberinya waktu seminggu dulu. Kalau setelah seminggu kemudian, dia masih belum mendapatkan kuota itu, dia akan datang meminta bantuanmu. Kamu tahu ini menunjukkan apa? Ini menunjukkan bahwa orang yang paling dihargai Nyonya Marga

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 129 Pembalasan Terhadap Stern

    Setelah Julius mengetahui apa yang dipikirkan Felicia dan Lucas, dia sedikit mengernyit.Sejujurnya, uang yang dia miliki sekarang tidak akan pernah habis dipakai, meskipun dia tidak bekerja selama sisa hidupnya. Olivia telah sangat menderita untuknya selama ini dan dia tidak ingin Olivia pergi bekerja lagi.Dia tidak ingin menakut-nakuti Olivia dan hanya mengeluarkan uang 400 miliar yang nominalnya begitu sedikit untuk dilihat oleh Olivia. Dia memberi tahu Olivia bahwa dia memiliki uang juga hanya ingin membuat Olivia merasa tenang.Dia terdiam selama beberapa detik, lalu berkata pada Lucas, "Kalian sangat berharap Olivia kembali bekerja?"Mendengar itu, Hillary yang menahan dirinya langsung berkata, "Omong kosong, bisakah kamu menghidupi kakakku kalau dia tidak bekerja? Kehidupan yang ingin kita jalani adalah kehidupan yang bisa memenuhi kebutuhan apa saja, bukan hidup pas-pasan! Selain itu, orang mana yang keberatan memiliki uang banyak?”Julius melirik Hillary, dia terlalu malas me

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 128 Menyusun Strategi

    Namun sebaliknya, Julius mengatakan ini karena dia mencintai putrinya, ini yang membuat Felicia tidak bisa marah dan tidak menemukan alasan untuk membantah."Jangan jual villanya? Mudah bagimu untuk mengatakannya, tapi bagaimana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Terlebih lagi, nantinya kamu harus mengatur pernikahan mewah untuk kakakku!"Hillary mencibir, "Kulihat kamu sengaja mencari alasan untuk menundanya sehari demi sehari, bukan? Lagi pula, masih ada waktu lebih dari dua puluh hari, ‘kan?"Kali ini, sebelum Julius berbicara lagi, Olivia langsung berkata, "Dik, kamu jangan khawatir, Julius sudah bilang dia akan memberi Ibu uang sebanyak itu, pasti tidak akan kurang. Kalian cukup menunggu saja sampai uang itu ditransfer ke rekening ibu. Ibu hanya perlu memberikan nomor rekeningnya saja!“Kak, apakah dia benar-benar punya uang sebanyak itu?”Melihat ekspresi percaya diri Olivia, Hillary tiba-tiba merasa sedikit gelisah.Bagaimanapun, Olivia terlalu tenang saat ini. Kalau Juliu

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 127 Jangan Menjual Vila Itu

    "Hillary! Diamlah, jangan diteruskan lagi. Kenapa kamu melampiaskan kemarahanmu pada pengawal-pengawal ini?"Melihat Olivia dan Julius merasa tidak senang, Felicia teringat tujuan kedatangan mereka kali ini, lalu dia tertawa datar dan berkata, "Julius, kamu masih belum lupa 'kan taruhan kita hari itu?"Setelah Julius mendengarnya, dia langsung tertawa, "Iya, tentu saja. Baru dua tiga hari yang lalu saja, 'kan? Ibu mertua sudah tidak sabar menunggu? Tenanglah, 100 miliar sebagai mahar yang telah kujanjikan padamu, dalam waktu satu bulan ini pasti akan aku berikan!"Felicia dengan cepat berkelit, "Kamu salah paham, salah paham. Kita sebenarnya datang, bukan karena masalah uang, tapi karena ada hal yang harus kami bicarakan padamu!""Masalah apa?"Julius mengerutkan kening, menaruh sedikit curiga.Felicia berhenti sesaat, lalu dia berkata, "Taruhan kita tidak berubah, tapi harus tambahkan satu syarat lagi!""Menambah satu syarat lagi? Maksudnya?"Raut wajah Julius menjadi suram, dia berka

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 126 Aku Harap Kalian Jangan Keterlaluan

    "Bicara omong kosong apa kamu?"Aurel Yakobus sangat kesel, mereka sebenarnya bukan orang biasa. Sebenarnya mereka ini berpangkat Letnan atau Jendral. Di masa perang, mereka juga banyak memberikan kontribusi pada bangsa dan negara.Kalau bukan karena Jack Spears sang Dewa Perang yang kali ini secara pribadi mencari mereka, mana mungkin mereka mau datang ke sini hanya untuk menjadi pengawal. Lagi pula, di antara mereka semua, Evy yang paling menonjol dan berparas cantik. Dia tak lain adalah cucu dari dewa perang yang bernama Afonso Bradly, yang juga merupakan salah satu dari empat dewa perang yang sangat terkenal.Setelah Evy mengetahui kakeknya ingin menjodohkan dirinya dengan seorang pemuda, Evy menjadi sangat penasaran dengan pemuda itu.Namun, hal yang membuat Evy merasa tidak senang dan tidak menduganya, pria itu langsung menolak perjodohan itu ke kakeknya, padahal pria itu masih belum melihat paras Evy sama sekali.Ketika Evy tahu pemuda itu hendak mencari pengawal, tanpa berpiki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status