Share

Raja Yang Sebenarnya
Raja Yang Sebenarnya
Penulis: Him

Bab. 1 Prolog

"Baiklah, mari kita mulai ujiannya..."

Suara itu muncul di dalam kepala seorang pemuda, lebih tepatnya ia masih anak sekolahan. Ia duduk bersila di dalam kamarnya. Kamar yang gelap. Suasana yang benar-benar hening. Hanya lilin yang cukup besar sebagai penerang ruangan itu.

"Kau sudah pahamkan apa yang kujelaskan tadi? Kau harus berusaha keras untuk bisa menemukan makamku dan menyentuh tanahnya. Kau harus ingat itu, misimu hanyalah untuk menyentuh tanah makamku dan mengalahkan raja. Jangan sampai kau terbawa suasana dan membuatmu terlena akan dunia paralel buatanku."

Suara gaib itu selalu datang dari kepala pemuda di kamar tersebut. Meskipun begitu, ia tidak merasa aneh tentang hal itu.

"Aku sudah paham, mau berapa kali lagi kau menjelaskannya!" jawab pemuda itu dengan raut wajah jengkel. ia tetap dalam keadaan duduk bersila.

"Itu karena kamu bodoh makanya aku jadi khawatir. Seandainya kamu lebih pintar dari Sepupumu, mungkin aku akan memilihmu lebih dulu!" suara itu datang lagi dari kepalanya dengan nada seperti merendahkan.

"Aku juga pintar, hanya saja kepintaranku bukan dalam hal belajar sepertinya. Jika kamu ingin tau, aku sangat pintar dalam game dan mengatur strategi. Aku juga-"

"Cukup ocehanmu dan fokus ikuti ucapanku!"

Ucapannya di potong begitu saja oleh suara di kepalanya. Ia merasa kesal akan hal itu. Alis matanya mengerut ke bawah.

Suara itu bergema lagi di dalam kepalanya. Di dalam hati, ia mengikuti bisikan suara itu yang samar-samar, kata-kata yang sulit di eja, dan pengucapan yang rumit sekaligus terasa asing. Itu adalah sebuah mantra!. Alis matanya kembali mengerut. Dadanya terasa sesak saat membaca mantra-mantra itu. Badannya gemetar hebat. Namun ia berusaha menahan itu semua. Dalam penglihatannya yang gelap, ia memfokuskan satu titik di tengah-tengah alis matanya seperti yang sudah diajarkan. Sebuah titik tepat di dahinya, antara kedua alisnya.

Meski sedang memejamkan mata, perlahan ia melihat titik cahaya kecil diantara kedua alis matanya. Berangsur-angsur berubah menjadi awan kecil putih yang bergulung-gulung. Semakin lama semakin membesar.

"Aku akan menjaga ragamu. Jadi, sekarang pergilah!" teriak suara itu kepada pemuda tersebut.

Cahaya seperti awan terus menggulung-gulung dan membesar. Seakan-akan menyedot pemuda itu di dalam kepalanya.

"Aaaakkhhhhhh!!!"

Matanya terbelalak dan mulutnya yang terbuka lebar mengeluarkan cahaya putih. Tiba-tiba saja entah darimana, ada angin ribut di sekitar tubuh pemuda itu. Angin yang cukup ribut membuat baju dan rambutnya berantakan tak menentu.

"Dengar! Aku ingatkan sekali lagi. Aku akan memulai ujiannya dari kejadian yang kau alami di masa lalu, di saat kau mengalami kecelakaan. Berjuanglah, dan ingat pesan-pesanku. Saat kau sudah mendapat ingatanmu kembali, pergilah ke makamku, Raja Silahi dan sentuh tanahnya. Maka kau akan menemukan jati dirimu yang sebenarnya!"

Suara itu terngiang-ngiang di kepala pemuda tersebut hingga akhirnya, pemuda itu hilang kesadaran dari pikirannya berpindah ke dimensi lain.

***

HILANG INGATAN DAN KEMBALI KE MASA LALU

Sore menjelang malam, tepat jam 17.10pm langit sedikit gelap. Lampu jalan perlahan hidup dengan sendirinya, menerangi sisi jalan yang banyak kendaraan bermotor lalu—lalang di kedua ruas jalan. Seorang anak laki-laki sedang menjual bensin eceran di pinggir jalan. Tiba tiba sebuah motor berhenti di depannya. "Ah! Pembeli!"

Pria pemilik motor itu membuka tanki motornya. Segera anak itu mengisi bensin pemilik motor. Saat menerima uang bayaran, uang pemilik motor itu terlalu besar nilainya, dan ia tidak punya uang kembalian. Jadi ia harus menukar uang itu kepada ayahnya yang sedang berjudi di seberang jalan. Namun sangat berbahaya bagi anak sekecilnya untuk menyebrangi jalan raya yang cukup besar itu.

"Sebentar ya Paman."

Anak itu tanpa pikir panjang segera menyebrangi jalan tol untuk menemui ayahnya yang berada di seberang, namun ia berhenti di tengah jalan raya karena terlalu banyak kendaraan lalu-lalang membuatnya sulit menyebrang. Kepalanya menoleh ke kiri. Memperhatikan kendaraan bila kosong, agar bisa menyebrang dengan aman. Sedang fokus memperhatikan kendaraan yang lalu—lalang. Suara seseorang yang ia kenal memanggilnya dari arah belakang.

"Yohan!"

Anak itu berbalik melihat ke belakang arah suara memanggilnya. Itu adalah suara yang sangat dikenalnya. Ternyata ayahnya sudah menyebrang jalan lebih dulu. Melihat orang yang ia kenal, anak itu respon berjalan ke arahnya, tanpa melihat situasi jalan yang sedang padat.

"Ayah ini..."

Baru saja anak itu melangkahkan kakinya dari tempatnya, dia menoleh ke kiri. Banyak sorotan cahaya lampu yang terang membuat matanya menyipit karena silau. Sorotan cahaya itu sangat cepat mendekati anak itu sehingga ia tidak tau kalau sorotan cahaya itu berasal dari motor yang melaju kencang ke arahnya.

braaakkk!

Anak itu terpental cukup jauh dihantam sebuah motor yang melaju dengan sangat kencang. Motor yang menabraknya juga ikut jatuh dan terseret berputar-putar di tengah jalan, mengeluarkan percikan api dari gesekannya di aspal. Badan anak itu tergeletak di jalan. Darah mulai keluar dari belakang kepalanya.

Orang-orang di sekitarpun mulai berdatangan dan penasaran ingin menyaksikan dengan apa yang sedang terjadi. Sebagian orang teriak histeris karena menyaksikan langsung kecelakaan itu, sebagian yang lain melakukan pertolongan pada anak itu.

"Hey cepat telepon Ambulans!"

"Yohaan! Yohaan!"

"Hentikan dulu pendarahannya!"

Semua orang panik, termasuk ayah anak tersebut.

Dia sekarat, tapi tak mengerti apa yang baru saja terjadi. Pandangannya hanya menatap ke langit yang gelap. Langit yang berangsur-angsur buram seperti blur dalam video. Pandangannya mengabur dan terus mengabur. Sampai akhirnya yang di lihat olehnya hanyalah...

Kegelapan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status