Home / Fantasi / Raja Yang Sebenarnya / Bab. 2 Alam Lain

Share

Bab. 2 Alam Lain

Author: Him
last update Last Updated: 2022-12-25 10:54:15

Di sebuah hutan yang sunyi, pohon-pohon besar menjulang tinggi ke langit. Tanah dan batang-batang pohon yang berlumut. Itu seperti tidak pernah seorang pun melintas melewatinya. Atau dengan kata lain, tidak ada tanda-tanda aktivitas makhluk hidup. Anak laki-laki itu terbangun. Matanya mencoba melihat area sekitarnya. Suasana hutan yang sunyi dan mencekam. Kabut tebal yang membatasi pandangan mata, dan udara dingin yang menusuk sampai ke tulang-tulang. Membuat bulu kuduk anak itu merinding.

'Di mana ini...'

Dia bangun dan berjalan mencoba menelusuri hutan yang sunyi itu. Pencahayaan yang kurang akibat lebarnya pohon di hutan membuat cahaya matahari sulit untuk menerobos masuk. Hampa, benar-benar hampa. Bahkan tidak ada satupun suara serangga yang terdengar.

Sesaat anak itu menelusuri jalan. Ia merasakan ada sesuatu yang mengintip dan mengikutinya dari belakang. Anak itu merasakan kalau dirinya seperti dipantau sesuatu.

'Apa ada yang mengikutiku?'

Dengan polosnya anak itu menoleh ke belakang. Namun ia tak melihat siapapun. Hanya pohon-pohon besar yang berlumut.

"Hey! Ada orang di sana?"

Makhluk itu mengeluarkan hawa kehadiran yang kuat sehingga anak itu tahu bahwa ada seseorang di sana. Anak laki-laki kecil yang polos itupun merasa sedikit lega, menyadari ia tidak sendirian di tempat menakutkan itu. Dia mencoba mendekati sosok makhluk yang sembunyi itu.

"Keluarlah. Apa kau tahu ini di ma-"

Baru saja anak itu mau menanyakan sesuatu. Sosok hitam itu keluar dan menunjukkan diri. Matanya terbelalak melihat sosok itu. Tiba-tiba tubuhnya menjadi kaku seketika. Karena dia tahu sosok yang di hadapannya itu bukanlah manusia.

Badannya menjadi gemetar menyaksikan sosok makhluk besar dan tinggi yang menyeramkan. Mata merah menyala, gigi yang bertaring dan mengeluarkan air liur yang menjijikkan. Kaki dan tangan yang sangat panjang. Rambut berantakan yang mengeluarkan bau tak sedap.

"A-aa a-a..."

Suara anak kecil itu terbata-bata, tak tahu harus berbicara apa.

Merasakan situasi menakutkan itu, rasa takut di hatinya segera menggerakkannya untuk berlari menjauh dari makhluk itu sekuat tenaga. Jantungnya berdegup kencang tak beraturan. Ia terus berlari menjauh. Saat ia sudah merasa jauh dari makhluk tersebut, ia menoleh ke belakang mencoba melihat makhluk menyeramkan itu. Makhluk itu masih mengejarnya dengan santai. Semakin lama makhluk itu semakin dekat, karena kakinya yang panjang sangat mudah mengejar langkah kaki kecil anak itu.

Melihat mahluk mengerikan itu semakin mendekat membuatnya panik. Jantungnya kali ini benar-benar tak bisa memompa dengan benar. Deg-deg-deg-deg. Rasa panik yang ia rasakan membuatnya tidak bisa berlari dengan benar dan kaki kanannya tidak sengaja menyenggol kaki kirinya hingga membuatnya jatuh ke tanah.

"Aahhh!!"

Dia mencoba bangkit. Tapi luka di lututnya memar dan berdarah. Di tambah pergelangan kakinya terkilir. Ia meringis memegangi kaki kanannya yang kesakitan, namun makhluk itu sudah berada di depannya. Dia mendonga ke atas gemetaran. Ingin rasanya segera berlari, tapi ia tahu takkan sempat. Sosok menyeramkan itupun membalas tatapannya melihat ke bawah sekaligus memamerkan gigi-giginya yang jorok dan mengeluarkan liur.

"Aaaaahhh!!!"

Anak itu tak tahan dengan pemandangan di depannya sehingga ia berteriak sekuat-kuatnya membuat seisi hutan dipenuhi lengkikan teriakannya.

***

Di suatu tempat, hutan yang cerah dan dipenuhi serangga kecil. Seorang wanita tua dan seorang gadis kecil sedang mencari kayu dan ranting merasakan sesuatu dan menoleh ke dalam hutan.

***

Sosok makhluk hitam berdiri di depannya. Mengangkat tangan kanannya dan bersiap menyerang ke arah anak itu dengan cepat. Mengetahui apa yang akan di lakukan makhluk itu dia mencoba bergerak menghindar namun makhluk itu lebih cepat.

Jleeb!

Kuku-kuku panjang menusuk perut anak itu dan mengangkatnya. Rasa sakit yang ia terima sangat hebat. Dia merasa darahnya seperti mendidih. Tergantung di kuku panjang makhluk tersebut. Darah yang keluar dari perutnya mulai berjatuhan ke tanah. Otaknya panik tak bisa merespon apa yang di alaminya membuat darahnya naik ke atas hingga keluar dari mulut dan matanya. Melotot melihat sosok makhluk yang menyeramkan dan kejam. Ketakutan menyelimuti hati dan pikiran.

Penglihatan matanya mulai buram. Pandangan berkunang-kunang akibat kehilangan banyak darah.

'Apakah aku akan mati...'

'Aku belum mau mati...'

'Aku ingin pulang...'

'Tolong aku...'

'Siapa saja...'

'Siapa saja tolong aku!!!'

Sebuah selendang putih terbang ke arah makhluk itu dan menabraknya. Membuatnya terpental sehingga anak itu terlepas dari kukunya dan jatuh tergeletak ke tanah. Tanah sedikit bergetar akibat mahkluk tersebut.

"Nenek... bukankah itu-" seorang gadis kecil yang memiliki rambut berwarna silver bertanya kepada wanita paruh baya di sampingnya.

"Begu Ganjang," tatap wanita tua itu tajam ke sosok makhluk hitam tersebut.

"Sona cepat bawa Anak itu kemari!" ucapnya sembaring melebarkan tangannya.

Gadis kecil itu, Sona langsung mengerjakan apa yang diperintahkan neneknya. Menarik tangan anak laki-laki itu dan menyeretnya mendekati nenek. Keadaannya sangat parah. Dia saat ini berada di ambang kematian jika tidak segera di obati.

Melihat cucunya membawa anak laki-laki itu mendekat, wanita tua itu komat-kamit seperti merapalkan mantra. Begu ganjang yang tadinya jatuh terpental, bangkit dan melihat orang yang menyerangnya. Dia begitu marah dan mengeluarkan aura hitam dari tubuhnya.

"Groooaaahhh!!"

Begu Ganjang itu teriak dan berjalan mendekati mereka. Tanah sedikit bergetar akibat hetakan kakinya.

"Ayo Sona!"

Neneknya berjalan cepat menjauhi begu ganjang sambil membawa anak laki-laki itu. Sona yang cekatan mengikuti langkah neneknya.

Begu ganjang yang mengejar mereka semakin geram dan mempercepat langkahnya.

"Grrroooaaahh!!"

Langkah nenek yang lambat tak bisa mengikuti sona yang begitu cepat berlari di depannya. Begu itu semakin dekat. Dan begitu dekat sehingga bisa menyerang si nenek. Nenek sadar makhluk di belakangnya sudah siap menyerangnya. Nenek menoleh ke belakang melihat makhluk itu dengan santai. Begu ganjang sudah mengangkat tangannya, bersiap menghantam orang di depannya. Sona melihat neneknya di belakang akan diserang begu itu berteriak.

"Neneeek!"

Dubh!

Sebuah penghalang seperti perisai balon transparan di dekat si nenek melindunginya dan menghalangi tangan Begu itu. Ia mencoba lagi menyerang dengan tangannya yang kasar. Tapi makhluk itu tidak bisa menembus perisai transparan yang melindungi nenek tersebut. Dengan pelan si nenek menatap tajam ke Begu.

"Pergilah ke tempat asalmu!" kata nenek dengan nada dingin. Lalu ia berbalik meninggalkan Begu itu.

Ia membawa anak laki-laki yang digendongnya pergi menjauh. Ia tau begitu melihat luka yang di dapat anak itu. Jika tidak segera diobati. Ia tak akan dapat di selamatkan. Jadi ia segera berlari secepat mungkin untuk membawanya pergi dari situ. Begu itu tahu tidak bisa berbuat apa-apa. Ia yang kesal karena mangsanya lepas hanya bisa berteriak sekuat-kuatnya.

"Grrooaaaaaah!!!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 24 Jalan keluar

    Balon transparan di sekitar Yohan mulai menghilang. Telinganya yang tadinya peka kini bisa kembali mendengar. Ia terbengong dengan situasi tersebut. Ada bagian yang ia lewatkan di antara pembicaraan mereka. "Pergilah!" pinta Raja. "Terima kasih Yang Mulia," ucap Julia sembaring menunduk, "Ayo Yohan," Yohan bangkit berdiri beranjak mengikuti Julia di belakang. Tapi sebelum ia meninggalkan ruangan itu. Kepalanya menoleh ke belakang melihat kembali Raja, meskipun di balik tatapannya ada maksud yang sulit di jelaskan. Ia tidak terlalu menampakkannya. Raja juga menatapnya, mata mereka saling bertemu, waktu yang berlalu memisahkan kedua tatapan tersebut. Yohan menghilang dari balik pintu. Dan hanya tersisa raja yang masih diam mematung di singgasananya. Tampak dari wajahnya perasaan campur aduk. Bahkan ia sendiri bingung harus berekspresi seperti apa. Pintu itu terbuka. Samira yang sedari tadi gelisah berdiri dekat jendela, dengan langkah kaki yang

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 23 Ayahku adalah Raja?!(2)

    Suara derapan langkah kaki yang datang dari balik pintu mengalihkan pandangan mereka. Terdengar suara wanita yang begitu khas mencampuri pembicaraan mereka."Itulah yang juga ingin kuketahui, Yang Mulia..." ucap Julia sembari berjalan mendekati mereka."Apa maksudmu?"Langkah kakinya berhenti tepat di samping Yohan. Matanya tegak lurus dan terlihat sangat tajam. Ia hanya diam berdiri menghadap raja. Ada sesuatu makna yang tersirat dari tatapan matanya. Melihat itu, Jhontany mengerti. Ada sesuatu yang secara rahasia ingin dibicarakan oleh Julia. Iapun segera memerintahkan dua orang wanita di belakangnya untuk pergi.Setelah memastikan ruangan tersebut hanya mereka bertiga, raja kembali melontarkan pertanyaannya, "Apa maksud dari pembicaraanmu?""Siapa nama Ayahmu, Yohan?!"Pertanyaan Julia kali ini terdengar seperti bertanya, namun sebenarnya ia ingin menyuruh Yohan untuk menyebutkan jawaban itu sendiri. Yohan yang semakin di sudu

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 22 Ayahku adalah Raja?!

    Kembali ke ruangan tamu, Yohan kini duduk bersama Julia dan Samira. Perasaan asing meliputi mereka. Melihat itu, Julia memperkenalkan mereka agar saling mengenal."Yohan, ini Samira. Salah satu Jendral Kerajaan Silahi. Dia juga dari keluarga Silalahi," Dengan canggung Yohan memperkenalkan dirinya, "Namaku Yohan Silalahi, senang bertemu dengan anda."Melihat kecanggungan Yohan, Samira berpaling pada Julia, ia sedikit kaget dengan sesuatu yang baru saja ia dengar."Julia, apa muridmu keluarga Silalahi?! Siapa orang tuanya?"Pertanyaan Samira juga sedikit membuat Julia kaget. Ia juga kembali bertanya-tanya siapa orang tuanya Yohan. Terlebih lagi ia tahu Yohan telah melihat Jhontany. Entah apa yang akan di jawab Yohan, ia merasa penasaran dengan itu."Itu juga yang ingin aku ketahui. Yohan, setelah melihat Raja, apa Raja Jhontany adalah Ayahmu?" tanya Julia dengan nada serius.Tatkala Yohan ragu menjawab pertanyaan itu, Sam

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 21 Keputusan

    Mata itu terus memelototi raja yang di hadapannya. Tak sekalipun berkedip walaupun disapu angin. Mulutnya yang sedikit terbuka karena kaget seketika juga ikut membeku. Waktu saat itu seakan-akan berhenti baginya. Jauh di dalam matanya, ia melihat kilasan-kilasan sebuah ingatan yang menggambarkan tentang ayahnya. Sikap ayahnya yang selalu acuh padanya, kilasan perdebatan mereka, ayahnya yang terus berjudi, mabuk, dan semua perasaan yang ia rasakan sebagai anaknya. Bahkan perasaan saat ia memutuskan pergi meninggalkan ayahnya. Ini semua ia rasakan dengan perasaan asing.'Apa itu?''Perasaan macam apa ini?''Ingatan siapa ini?''Apa itu aku?'Namun kali ini ia tak kehilangan kesadaran seperti sebelumnya. Dan rasa sakit kepala yang muncul secara tiba-tiba juga tidak terlalu sakit. Ia masih bisa menahannya. Sama halnya dengan yang sebelumnya. Yohan sedikit demi sedikit mulai merasa semua ini pasti ada kaitannya dengan kehadirannya di dunia ini.Raja yang melihat Yohan terbelengu rantai di h

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 20 Pengadilan

    Di sebuah ruang tamu yang di sediakan Kerajaan, Julia duduk sembari meminum teh yang di sediakan untuknya. Ia di kawal oleh dua prajurit yang menunggunya di dekat pintu. Meski suasana tenang. Namun hawa yang dirasakan prajurit itu sungguh menegangkan. Bagi mereka, sangat sulit untuk bernafas seperti biasa. Terkadang, nafas mereka tertahan di kerongkongan. Jelas sangat bahwa Julia bukanlah orang sembarangan. Sehingga untuk di dekatnya saja sudah cukup untuk mendistorsi oksigen. Julia menyadari, kesulitan yang dirasakan prajurit tersebut. Namun dia enggan untuk berbicara pada mereka.Pintu terbuka, muncul seorang wanita cantik dari balik pintu. Seseorang yang memiliki kedudukan sehingga para prajurit memberi hormat padanya. Parasnya yang menawan di sambut Julia dengan senyuman manis."Samira..." ucap Julia sembari berdiri menyambut kedatangan orang yang di kenalnya."Julia... Apa kabar?!" tanya Samira menyambut Julia dengan pelukan. Pelukan hangat itu seakan melepas semua kerinduan mere

  • Raja Yang Sebenarnya   Bab. 19 Bertemu Samuel(4)

    Yohan dan Leo masih berlarian di kejar para prajurit. Nafas mereka semakin berat karena terlalu banyak berlari. Langkah kaki yang tadi bisa berlari dengan cepat, kini lambat laun semakin melemah. Tubuh yang tadinya fit mulai terkuras dengan banyaknya tenaga yang dikeluarkan.Nafas mereka berdua sudah ngos-ngosan. Oksigen yang bisa di hirup semakin sedikit. Yohan memutar kepalanya ke belakang. Terlihat, para prajurit yang mengejar semakin bertambah. Bahkan diantara mereka bersenjata macam-macam dari pedang, tombak, dan juga panah. Tak di sangka, tampak para pemanah ternyata bersiap memanah mereka dari jauh. Mereka menarik busurnya sedalam mungkin, di ujung anak panah, terdapat elemental api yang di buat dari aura batin.Yohan menghentikan langkahnya dan berdiri menghadap para prajurit. Tahu kalau teman berlarinya berhenti, Leo juga ikut berhenti."Kenapa berhenti?" tanyanya pada Yohan.Ia juga melihat kalau para prajurit yang mengejar semakin banyak. Dan pada dasarnya tahu kalau Yohan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status