Share

Ramalan Buku Merah
Ramalan Buku Merah
Penulis: Arsenerka

PROLOG

Langkah-langkah ketakutan itu terus menyusuri jalanan yang remang. Tetap berlari adalah pilihan terakhir yang dapat mereka lakukan. Semakin lama dan semakin jauh jalan yang disusuri, tiga pasang kaki itu mulai lemah dan melambat. Wanita paruh baya yang memimpin lari itu semakin ketakutan. Ia takut terjadi sesuatu pada kedua anak kecil yang dipimpinnya. Napas kedua anaknya sudah terengah-engah. Mereka dipaksa berlari tanpa tahu batasnya oleh sang ibu.

"Bu, aku capek. Kenapa harus berlari malam-malam begini?"

"Kita tak mungkin berhenti, Nak. Bertahanlah!"

"Bu, aku juga lelah," seru anak yang satunya lagi.

"Sabar, Nak. Ibu—"

DORRR.

Belum selesai ia melanjutkan ucapannya, letupan pistol kentara berbunyi. Sebuah biji besi panas telah mendarat di punggung wanita itu sehingga membuat derap langkahnya terhenti.

"IBUUU!" teriak kedua anak kembar itu saat melihat ibunya roboh.

Wanita itu berusaha berbicara pada putrinya, "Airen, Airel. Pergilah, Nak!"

Telinga kedua anak itu menuli. Mereka tak menggubris apa yang diucapkan ibunya kecuali hanya menangis. Pria yang telah menembak ibunya pun sudah berada di dekat mereka, tapi tetap saja mereka tak peduli.

"Ayo ikut aku!" ajak pria bertubuh gelap itu.

Kedua bocah itu masih mengabaikannya.

"Ayo ikut aku!" ulang pria itu dengan nada yang tinggi.

Airen dan Airel menatap pria itu dengan amarah. Mereka memukuli tubuh pria itu semampunya. Tentu saja pukulan Airen dan Airel jauh dari kata sakit dan hanya membuat rasa geli. Pria itu sudah tak kuasa menunggu. Ia menempelkan moncong pistolnya ke kepala Airel hingga membuat kedua bocah itu berhenti memukul dan terdiam.

DORRR.

Si pria gelap memegang dadanya yang tertembus peluru pistol. Matanya menyisir sekitar area untuk mencari orang yang telah menembaknya. Usahanya percuma hingga matanya tak mampu lagi membuka dan tubuhnya pun tumbang. Lalu dari balik semak-semak keluar seorang lelaki berumur sekitar empat puluh tahunan dengan kaca mata bening yang membentengi matanya. Tangan kirinya masih memegang pistol.

Si Kembar masih tersedu menahan tangisnya. Mata polos mereka tak henti memandangi lelaki yang mendatangi mereka. Kemudian lelaki itu mengangkat tubuh wanita yang terbaring di aspal lalu beranjak pergi, sedangkan si Kembar hanya membuntutinya seperti telah diperintah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Al_lucard
Duh baru bab pertama udah dibikin tegang! Semoga kuat-kuat deh bacanya. Tapi aku suka banget sama diksinya! Semangat terus thor!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status