Share

Si Monster

Monster yang berwajah mengerikan itu semakin mendekati Joane. Dengan taring tajamnya, Ia seakan siap mencabik tubuh gadis yang masih sangat segar itu. Suaranya menggeram, cairan hijau yang kental terus menetes dari mulutnya yang bertaring.

"Jangaan,.....pergilah,.....ampuuunn." Joane mundur ketakutan dengan tubuh gemetaran. Tubuhnya serasa tak bertulang, lari pun sudah tak punya tenaga lagi.

"Beraninya Kau mengusikku,....tubuhmu akan menjadi santapanku, ha ha ha ha......" Monster itu semakin mendekat, Joane menutup wajahnya dan berteriak sekencang-kencangnya.

"Toloooooong,.....Siapapun tolong Akuuuuu."

"Hey bocah, bangun! pagi-pagi sudah mengigau tak karuan. Ayo cepat bangun, dasar pemalas!" Joane tersentak kaget manakala Ia mendengar suara cetar Nek Ishaq ada di dekat telinganya. Dengan tongkatnya, Ia menggoyang-goyangkan tubuh Joane agar bangun.

"Nenek? Aku di mana Nek?" Joane duduk dan menatap ke sekelilingnya. Monster itu sudah tak ada di sana. Ia menatap jendelanya yang sudah terang pertanda hari sudah pagi. Ia merasa sangat lega, karena ternyata kejadian mengerikan itu cuma ada dalam mimpinya.

"Cepatlah mandi, dan pakai seragam pelayan ini. Setelah itu, Kau harus langsung bekerja."

Joane menurut, Ia segera mengambil handuk dan pakaian ganti yang sudah disiapkan Nek Ishaq di sampingnya.

Rasa segar begitu terasa saat Ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Selesai memakai baju, Ia pun keluar dari kamar mandi. Dan alangkah terkejutnya Ia kala melihat ternyata Nek Ishaq berada di depan pintu kamar mandi itu.

"Nenek, mengagetkan Aku saja." Joane sedikit merajuk.

"Ayo cepat ikut Aku, karena akan Aku tunjukkan dari mana Kau harus memulai tugasmu."

"Apa, Kita tak sarapan dulu Nek?" tanya Joane yang sudah merasakan perutnya keroncongan.

"Nanti saja sarapannya. Enak saja minta makan. Untuk mendapatkan makanan, Kau harus bekerja dulu. Tak ada yang gratis kalo mau tinggal di rumah ini, tahu!"

"Iya Nek, baik. Kalo begitu, bagian mana dulu yang harus Saya bersihkan?" dalam hati Joane merasa sangat heran pada perempuan tua ini. Meskipun tubuhnya sudah renta, tapi suara dan auranya masih sangat cetar membahana.

"Mulai dari sini, Kau bersihkan lantainya dengan sapu. Kemudian lap meja, kursi dan kacanya sampai bersih juga. Semua peralatan kebersihan sudah Aku siapkan. Kau tinggal memakainya."

"Iya Nek, Aku mengerti. Akan Aku kerjakan sekarang."

"Selesai membersihkan lantai satu, Kau bokeh istirahat dan makan. Setelah itu baru Kau bersihkan semua yang ada di lantai dua. Paham?"

"Iya Nek, paham." Joane tak bisa membantah lagi. Ia pun mulai menyapu lantai ruangan itu.

"Dan ingat, jangan sekali-kali keluar lewat pintu depan."

"Iya Nek." Joane bergegas membersihkan semuanya dengan cepat. Kalo sudah selesai maka, Ia pun bisa makan secepatnya.

Hampir dua jam Joane bisa menyelesaikan semua tugasnya yang ada di lantai satu. Maka, Ia pun segera berjalan ke dapur. Di meja dapur, sudah ada makanan yang tersedia. Tanpa membuang waktu, Ia pun makan dengan lahapnya. Sayup-sayup Ia mendengar seperti suara deru mobil di halaman depan.

"Hey, kalo Kau selesai makan, cepat kerjakan tugasmu lagi di lantai dua." suara cetar Nek Ishaq tiba-tiba saja sudah ada di belakangnya. Entahlah, perempuan tua itu punya ilmu apa sampai langkah kakinya saja tak bisa didengar Joane. Benar-benar aneh, begitu pikir Joane.

"Baik Nek." jawab Joena tak berani membantah.

"Ayo ikut Aku ke lantai dua." Nek Ishaq menaiki tangga yang menuju ke lantai dua, Joane pun mengikutinya dari belakang.

"Nah, mulailah bekerja, sama seperti tadi yang Kau lakukan. Dan ingat, jangan coba-coba naik ke lantai tiga. Tugasmu hanya. cukup sampai di ruangan ini saja."

Tanpa banyak berkata lagi, Nek Ishaq pergi meninggalkan Joane yang mulai menyapu lantai dan mengelap semua kaca serta meja dan kursi.

Saat sedang mengelap kaca, Joane bisa melihat ke sekelliling halaman depan rumah itu. Masih sama seperti saat Ia datang ke sini, sepi tak ada Siapapun lagi yang nampak.

Sambil melamun memikirkan segala keanehan yang ada di rumah besar itu, tanpa disadarinya kini Ia sedang menaiki tangga menuju lantai paling atas. Padahal Ia sudah diingatkan sama Nek Ishaq, agar Ia tidak naik ke lantai tiga.

"Hey, gadis tengil, apa gang Kau lakukan di sini, hah!. sebuah suara yang menggelegar bagaikan petir di siang bolong membuat Joane sangat terkejut dan langsung mundur ke belakang.

"Si.....Siapa itu?" dengan suara terbata-bata, Joane mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan itu.

Barulah Ia sadar, ternyata Ia sudah berada di lantai tiga.

"Cepat pergi! Atau Ku lempar tubuhmu ke bawah!" suara itu lebih sarkas dari yang pertama tadi. Sekilas Ia melihat bayangan hitam tinggi ada di balik tirai. Wajahnya menjadi pias, teringat dengan mimpinya semalam, apa lagi cerita dari Nek Ishaq kalo di rumah itu ada Monster yang sangat menyeramkan.

"Aarrgghhh, tolooooong, Neneeeekk,....." Joane dengan cepat berlari menuruni tangga dan berteriak histeris memanggil Nek Ishaq.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status