Share

Amarah Brina

Brina pulang dan menemui ibunya. Dia mengeluhkan perbuatan Matteo yang hanya menghabiskan waktunya dengan mabuk dan marah, karena pernikahan Amanda dan Daniel yang sudah dia ketahui.

"Mama harus membuat Manda jauh dari Matteo! Aku tidak mau melihat dia dekat lagi dengan kekasihku! Aku ga rela melihat Matteo masih mencintai wanita kurang ajar itu!" Laras langsung membekap mulut putrinya dan membawanya masuk ke dalam kamar.

Dia takut kalau suaminya mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya, tentang anak kandungnya yang sudah dibuat menderita karena perbuatan Brina.

Laras selama ini yang mengatur segala sesuatu yang dilakukan oleh Brina hingga berhasil menjerat Matteo di dalam pelukan putrinya. Laras tidak pernah merasa senang apabila Manda mendapatkan kebahagiaan.

"Kamu itu kalau di rumah jangan asal bicara. Kalau ayahmu mendengarnya, itu akan bahaya untuk hidup kita." Laras memberikan peringatan kepada Brina untuk bisa sedikit berhati-hati ketika membicarakan tentang Manda.

Brina mendengus kesal mendapatkan teguran dari ibu kandungnya sendiri. Laras tampaknya begitu takut dengan ayahnya yang selama ini selalu membela Manda, sebagai anak kandung dari istri pertamanya.

Sampai saat ini Hendri masih marah kepada Laras karena sudah membuat istri pertamanya meninggalkannya, bahkan hingga kini masih belum ada kabar beritanya. Padahal sudah lebih dari 10 tahun. Kalau saja Laras mengikuti apa yang dikatakan olehnya, dengan tetap bersembunyi dan tidak pernah muncul di depan Melati, pasti sampai saat ini pernikahan mereka masih aman.

"Mama kenapa sih, sampai saat ini begitu takut dengan tua bangka itu? Bikin kesal saja!" Brina mulai misuh misuh di depan ibunya.

Laras sejak dulu sudah mendidik anaknya untuk memiliki sifat dan karakter seperti dirinya. Dia juga yang membuat Brina akhirnya nekat merebut Matteo dari tangan Manda. Semua rencana buruk dilakukan oleh mereka untuk mendapat apapun yang mereka inginkan.

"Papa kamu itu masih saja belum mau membuat surat wasiat atas nama kita berdua. Sampai saat ini Manda masih menjadi ahli waris utama. Mama tidak bisa berbuat macam-macam sekarang!" Brina semakin kesal mendengar hal itu.

Walaupun dirinya masuk kedalam jajaran dewan direksi, tetapi tetap saja Manda yang lebih berkuasa di perusahaan keluarga mereka. Karena Manda memiliki saham yang jauh lebih besar dari dirinya dan sang ibu. Membuat mereka kesulitan untuk bergerak atau melakukan sesuatu demi kepentingan mereka.

Gerak langkah mereka di perusahaan selalu diawasi oleh Manda maupun Hendri. Jelas saja Laras merasa kesal. Tetapi demi harta suaminya yang banyak, Laras rela merendahkan diri di hadapan Hendri agar suaminya tidak curiga dengan rencana jahatnya yang akan menyabotase perusahaan dengan bantuan Matteo.

"Mama kenapa lelet sekali untuk bisa mendapat tandatangan Papa? Apakah Brina perlu turun tangan juga?" Tanya Brina kepada ibunya yang langsung menolak tawarannya.

Laras yang paling mengenal Brina dengan baik. Dia tahu putrinya selalu bertindak dengan ceroboh dan barbar yang pastinya akan mempengaruhi rencana yang sudah disusun dengan begitu rapih bersama Matteo.

"Kamu fokus aja untuk bersama dengan Matteo, tidak usah mengurus masalah papamu. Mama yang akan membereskan semuanya." Laras kemudian menyuruh Brina untuk kembali ke apartemennya. Laras mengajak bertemu di luar, agar bebas membicarakan apa yang akan mereka lakukan kepada Manda tanpa merasa takut kepada Hendri.

Walaupun kesal, Brina akhirnya mengikuti apa yang dikatakan oleh Laras. Karena dia juga tidak ingin mendapatkan kerugian dari amarah Hendri kepada mereka yang pasti akan berdampak pada besaran saham yang akan dia dapatkan dari ayahnya setelah dia meninggal.

Bukan rahasia lagi. Kalau Hendri saat ini sedang sakit keras dan sedang mendapatkan perawatan intensif dari dokter yang merawatnya. Sudah berkali-kali Hendri dilarikan kerumah sakit karena penyakit lamanya kumat.

***

Setelah malam pertama mereka yang menakjubkan bagi Daniel, malam itu sukses membuat Daniel semakin kecanduan dan bucin pada Manda. Daniel bahkan memerintahkan pengawal terbaiknya untuk selalu menjaga Manda kemanapun dia pergi.

Manda yang sudah mewanti-wanti kepada Daniel untuk merahasiakan pernikahan mereka dari rekan kerjanya. Manda hanya bisa melotot sempurna ketika melihat pengawal Daniel yang terus saja mengikuti setiap langkahnya.

"Kenapa kau terus mengikutiku? Kau ikuti saja Tuanmu itu! Aku tidak bisa tenang dan bebas bekerja, gara-gara kamu yang terus mengikutiku seperti hantu!" Kesal Manda pada sang pengawal yang hanya diam saja.

Manda semakin geram melihat sang pengawal yang tidak merespon apapun yang dia katakan, persis seperti kanebo kering yang hanya diam tanpa ekspresi. Manda akhirnya menuju ke ruangannya dan memilih untuk tidak peduli dengan keberadaan pengawal yang telah sukses dan benar-benar membuat harinya menjadi buruk dan tidak bisa fokus bekerja sama sekali.

"Aku sebaiknya menghubungi Daniel agar dia menarik kembali pengawal itu." Manda akhirnya mencari ponselnya dan mulai menghubungi Daniel agar kembali menarik pengawal yang ditugaskan untuk terus bersamanya.

Daniel yang saat ini sedang ada di ruang rapat. Hanya melihat ponselnya dan tidak mengangkat panggilan dari Manda. Dia memerintahkan asistennya untuk menelpon balik Manda.

Daniel rupanya sedang menjaga image di depan Manda. Dia tidak mau Manda tahu kalau dia sangat mencintai istrinya. Hal itu tidak akan baik untuk dirinya yang selalu pasang wajah datar dan sok cool didepan Manda yang sampai saat ini masih saja galak kepadanya.

Manda kesal bukan kepalang melihat Daniel yang acuh dan cuek dengan telpon darinya dengan tidak mau mengangkat panggilan darinya. Manda akhirnya memutuskan untuk memblokir nomor Daniel. "Kalau begini kan bagus! Untuk apa juga nomor dia ada di ponselku, kalau nelpon atau chat ga mau di angkat atau di balas!??" Manda lalu meletakkan ponselnya di atas meja dengan senyum mengembang dibibirnya.

Hari itu Manda memutuskan akan berdamai dengan pengawal yang Daniel kirim untuk dirinya. Bagaimana pun juga dia tak akan berhasil untuk mengusirnya tanpa perintah dari Daniel. Manda tidak memperdulikan telpon dari asisten Daniel yang terus memanggilnya. Dia memilih untuk tetap fokus bekerja.

"Akhirnya selesai juga!" Manda senang sekali.

Saat dia melirik ke arah pintu ruangan, dia melihat pengawal itu masih saja setia menunggu dirinya dan berdiri disana. "Astaga! Apakah dia itu manusia? Apa dia tidak butuh makan atau minum atau mungkin saja pergi ke toilet?" Tanya Manda pada dirinya sendiri saat melihat pemuda tampan itu masih saja setia menunggunya.

Manda merasa kasihan padanya, lalu memberikan makanan yang masih ada di tempat bekal makan siangnya yang belum dia sentuh sama sekali. "Makanlah! Apa kau tidak lapar, berdiri seharian kayak gitu?" Tanya Manda sambil memberikan bekal makan siang miliknya pada pengawal yang tidak dia ketahui namanya.

"Maaf, Nyonya! Saya tidak bisa menerima pemberian dari Nyonya. Kalau Tuan Daniel tahu, leher saya bisa di gorok oleh beliau." Manda kesulitan menelan salivanya sendiri mendengar hal itu. Benar-benar sadis bukan??

Dia tak percaya kalau suaminya sekejam itu. "Kau jangan berlebihan! Tidak mungkin suamiku melakukan hal itu hanya karena kamu menerima makanan yang aku kasih!" Kesal Manda pada pemuda tampan itu yang tetap bersikeras menolak pemberian darinya.

"Kalau begitu pergilah keluar untuk mencari makanan buat dirimu sendiri. Aku tidak mau kalau sampai kau pingsan ketika mengawalku!" perintah Manda kepada pengawal yang masih saja bersikeras untuk melakukan tugasnya.

Akhirnya karena kesal Manda pun kemudian mencari restoran terdekat untuk makan siang. Bagaimanapun juga dia tidak mungkin membiarkan anak orang lain sakit karena bekerja secara tidak manusiawi begitu.

"Nyonya! Anda sebaiknya fokus dengan makanan anda saja. Tidak usah peduli dengan saya. Saya sudah terbiasa dengan pekerjaan ini. Akan jauh lebih baik Nyonya acuh dengan keberadaan saya disisi Anda. Karena Tuan Daniel akan marah pada saya kalau dia tahu Anda perduli dan perhatian pada saya," ujarnya dengan tetap berdiri di samping Manda.

Manda benar-benar speechless dan tak berdaya, melihat kegigihan sang pengawal yang tetap bersikeras dengan pendiriannya dan menolak apapun yang dia berikan kepadanya.

"Apakah suamiku sekejam itu? Kau begitu takut padanya!" Rutuk Manda karena jengkel ketika dia mengingat sosok arogan dan sombong yang menjadi suaminya beberapa hari belakangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status