Senja duduk di kursi tamu, pipinya terlihat basah karena air mata yang tak mau berhenti mengalir.
"Kenapa Mas Dafa pergi?"Senja menggulir layar ponselnya ke atas dan ke bawah. Matanya memang tertuju pada layar ponsel, tapi pikirannya terbang tak tentu arah.Terdengar suara deru mesin mobil. Dan pintu yang terbuka. Tapi Senja yang terlanjur sedih, tak menghiraukan suara suara yang terdengar di telinganya."Sayang, kamu kenapa?"Dafa baru saja pulang, dengan membawa sebuah buket bunga mawar merah.Senja menatap Dafa, memindai wajah suaminya dengan hati hati. Ia merasa jika saat ini, ia sedang bermimpi dan apa yang ia lihat tidaklah nyata."Sayang! Kenapa hanya diam saja?" Dafa meraba pipi istrinya dengan lembut.Sedangkan Senja, langsung mencubit pipi Dafa dengan kasar. Membuat pria berbadan tegap ini mengerang kesakitan."Aw! Apa apaan ini? Kenapa mencubitku?"Mendengar Dafa berteriak, Senja pun meminta maaf atas apa yang telah ia perbuat."Ma maaf! Aku kira Mas itu cuma bayangan saja.""Ya tapi cubitanmu ini bisa membuat pipiku robek," jawab Dafa sembari memegangi pipinya."Ya itu karena kesalahan Mas Dafa sendiri! Kenapa pergi tiba tiba? Kenapa menghilang tanpa jejak? Handphone pun juga nggak aktif!" Senja mulai marah."Handphone aku lowbath sayang. Aku pergi sebentar, beli buket ini buat kamu. Aku ingin memberikan kejutan manis supaya kamu senang tapi yang aku dapat malah cubitan," sahut Dafa.Senja lantas meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan. Ia mengusap lembut pipi Dafa. Mereka saling menatap dan saling merengkuh satu sama lain."I love You," bisik Dafa."Jangan melakukan hal itu lagi ya Mas. Kalau mau pergi, beri tahu aku.""Ya sayang," jawab Dafa.Dafa dan Senja masuk ke dalam kamar. Mereka berdua menikmati malam pertama sebagai sepasang pengantin baru.****Keesokan paginya, Dafa mengajak Senja si kembar, untuk pergi ke rumah Ibunya. Seperti kebiasaan yang ada di rumah keluarga Suryaningrat, di hari pertama setelah menikah, menantu perempuan harus memasak makan siang sekaligus makan malam untuk keluarga mertuanya."Mas, aku kok jadi nervous ya!"Senja mengusap usap tangannya sendiri karena sejak tadi tangannya berkeringat."Nervous kenapa? Mamaku sekarang juga sudah jadi Mama kamu. Nggak perlu pakai acara nervous segala."Mobil yang dikendarai oleh mereka berempat, akhirnya sampai di rumah keluarga Suryaningrat. Satpam rumah dengan cepat membuka pintu pagar.Mobil diparkirkan di halaman. Semua orang turun dari mobil. Senja melihat dua pilar besar penyangga rumah yang terlihat gagah. Sementara Shanum dan Salsa, tengah sibuk mengamati kolam ikan."Wah menantu kesayangan Mama sudah datang," ucap Ayu menyambut kedatangan Senja."Mama," Senja mencium pipi kanan dan kiri Ibu mertuanya.Senja dan Ayu masuk ke dalam rumah. Sedangkan Dafa menemani si kembar menjelajah di halaman rumah."Bi Sari, tolong buatkan minuman dingin. Dan bersihkan dapur.""Baik Nyonya. Akan saya siapkan. Mau minum apa ya Non?""Air putih saja," jawab Senja."Kok air putih? Tolong buatkan jus jeruk saja ya Bi. Siang siang begini, lebih cocok minum jus jeruk."Bi Sari mengangguk dan bergegas pergi ke dapur. Sementara Ayu mengajak Senja untuk duduk bersama di ruang keluarga.Mereka mulai mengobrol santai. Ayu menanyakan apa hobi Senja dan makanan apa yang disukai oleh menantu barunya tersebut."Jadi apa makanan kesukaan kamu? Dan apa hobi kamu?""Senja hobi memasak, Ma. Selain itu, Senja juga suka berkebun. Kalau makanan kesukaan, bubur ayam.""Hanya bubur ayam?"Saat keduanya tengah asyik berbincang bincang, terdengar suara benda yang terjatuh di ruang tamu."PRang!" Sebuah vas bunga kesayangan Ayu terjatuh ke lantai."Suara apa itu?" Ayu bangkit berdiri dan berjalan ke arah ruang tamu, Senja mengikutinya di belakang.Menit berikutnya, Ayu berteriak histeris karena melihat vas kesayangannya sudah hancur. Bahkan puing puing vas bunga berserakan di atas lantai."Apa apaan ini? Siapa yang sudah melakukan semua ini?" Ayu marah sambil melotot.Di depan Ayu, ada Shanum yang berdiri dengan kaki gemetaran dan bajunya yang basah."Senja, apa kamu nggak pernah mengajari anak anak kamu, soal adab dan sopan santun saat bertamu!" Ayu bicara tegas."Senja minta maaf atas kesalahan yang dilakukan oleh Shanum, Ma. Shanum tidak biasanya bertindak ceroboh seperti ini.""Sebenarnya, ini semua salahku. Aku membiarkan anak anak bermain di kolam ikan. Shanum ingin mengajak Senja untuk menemaninya bermain. Tapi dia sepertinya terpeleset dan secara tak sengaja menjatuhkan vas bunga kesayangan Mama," ucap Dafa membela."Aku sudah mengajari mereka dengan baik, Ma. Soal tata krama dan juga sopan santun," sahut Senja dengan wajah serius.Ayu mengangguk sebentar, setelah itu ia memanggil Bi Sari dan bicara dengan asisten rumah tangganya itu."Bi Sari!""Iya Nyah!"Bi Sari berjalan cepat dengan wajah menunduk."Ada apa Nyah?"Ayu berbisik ke telinga Bi Sari. Perempuan dengan banyak kerutan di wajahnya itu tampak mengangguk dengan mantap.Bi Sari pergi keluar dan meminta supir pribadi majikannya menyiapkan mobil."Shanum dan Salsa ikut dengan Oma.""Mama mau ngajak mereka kemana?" Senja mulai kebingungan."Senja, kamu sudah menikah dengan Dafa. Dan menjadi bagian dari keluarga besar Suryaningrat. Dan di dalam keluarga kami, memiliki aturan. Anak anak kamu sudah melakukan banyak sekali kesalahan. Mulai dari kejadian saat kita makan di restoran waktu itu. Dan hari ini, adalah kesalahan fatalnya. Mereka harus dihukum."Ayu memegangi tangan Shanum dan Salsa. Setengah menyeret dan memaksa mereka masuk ke dalam mobil. Si kembar menangis dengan suara yang cukup kencang."Mama! Mama! Aku nggak mau ikut Oma!" Keduanya berteriak dan mengatakan hal yang sama.Senja hendak mengejar kedua anaknya, tapi Dafa memegangi tangan Senja."Mas! Mama kamu mau bawa anak anak pergi kemana?"Senja melepaskan tangan Dafa yang memegangi lengannya dengan cukup kuat. Ia berlari ke halaman tapi mobil yang dikendarai oleh mertuanya sudah sampai ke luar pagar.Senja berlari sampai ke arah pagar. Tapi security dengan segera menutup pintu pagar."Senja! Tenanglah. Mama nggak akan menyakiti mereka," tutur Dafa."Tapi Mas, Mama mau bawa mereka kemana? Baju Shanum basah, dia bahkan belum sempat ganti baju. Kalau dia masuk angin gimana?""Masalah baju, pasti Mama akan membelikan mereka baju baru. Tapi kemana mereka, aku juga tidak tahu!"Senja mulai menangis. Ia merasa sedih ketika mengingat anak anaknya yang merengek saat dipaksa masuk ke dalam mobil."Maafin Mama. Mama salah sama Shanum dan juga Salsa," ucap Senja bermonolog."Sayang, jangan khawatir. Mereka akan baik baik saja." Dafa mencoba untuk menenangkan istrinya.Senja tak menghiraukan ucapan Dafa. Ia berlari dan masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu, sudah ada Bi Sari yang sedang menyapu teras."Bi Sari, tadi Bibi yang bicara
Senja sedang berjongkok di dekat freezer box sambil menutupi wajah menggunakan kedua tangannya. Kompor kaca yang digunakan oleh Senja untuk membuat kaldu udang, pecah dan serpihan kacanya berserakan kemana mana."Ya ampun Non! Kenapa bisa jadi seperti ini?" Bi Sari memegangi kepalanya dengan mulut menganga karena kaget."Maafkan saya Bi. Saya tidak sengaja melakukannya.""Waduh gawat! Sudah jam berapa sekarang? Dan kamu masih belum masak. Mama sebentar lagi akan pulang. Lalu kita akan bilang apa sama Mama kalau kamu belum masak?" Dafa lebih panik melihat reaksi Ibunya saat mendapati menantu perempuan keluarga Suryaningrat tidak menjalankan tugas wajib."Beli saja, Pak," tutur Bi Sari.Awalnya Dafa hendak menolak, namun karena tak ada waktu lagi, Dafa menerima usulan Bi Sari."Ya Bi. Kalau begitu, Bibi tolong bereskan kekacauan yang ada di dapur ini ya. Saya akan memesan makanan."Senja menatap kekacauan yang ada di dapur, dengan perasaan campur aduk."Sayang, kamu tadi mau masak apa?
Senja mengusap bulir bening yang menetes di pipinya lalu menuju ke dapur. Ia hendak membantu Bi Sari untuk mencuci piring ataupun mengerjakan pekerjaan rumah yang lainnya. Tapi Bi Sari meminta Senja untuk duduk duduk saja di ruang tamu."Aduh Non. Jangan bantuin Bibi. Non itu adalah menantu rumah ini. Menantu rumah dilarang melakukan pekerjaan kasar. Jadi urusan cuci piring dan yang lainnya biar saya yang kerjakan. Non, duduk duduk saja di ruang keluarga.""Tapi saya bosen Bi. Masa saya di sini nggak ngerjain apa apa," sahut Senja."Ya memang begitu adanya Non. Kecuali kebiasaan yang ada di rumah ini, soal menantu baru yang wajib memasak di hari pertama setelah pernikahan.""Begitu ya Bi. Oh iya, di rumah sebesar ini apa cuma Bibi yang bertugas membersihkan rumah?" Senja penasaran."Tidak Non. Ada banyak yang seperti Bibi. Tapi di rumah paviliun.""Rumah paviliun?" Senja heran."Iya rumah paviliun. Rumah ini kan rumah induk. Yang tinggal di sini, hanya Bu Ayu dan Pak Respati. Jadi pek
"Mas Dafa! Ini nggak seperti yang Mas pikirkan." Senja berusaha menjelaskan.Namun pandangan Dafa tidak sedang tertuju pada wajah cantik istrinya. Dafa malah sibuk melihat si pria dengan tatapan tajam."Beraninya kau menyentuh istriku!" Dafa bicara dengan mata melotot."Kejadian yang barusan itu bukan kesengajaan!" Si pria menjawab."Lalu apa?" Si pria tak menjawab. Ia malah pergi begitu saja dari hadapan Dafa. Sedangkan Senja segera meraih tangan suaminya, agar lebih tenang."Mas, dia tadi ke sini dan menaruh garam pada saus saladku. Rasa saus saladku pasti sudah keasinan sekarang. Dan aku ingin mengusir dia dari sini. Aku juga nggak tahu siapa dia. Aku nggak kenal dia." Senja berusaha menjelaskan."Jangan dekati dia lagi. Dan tidak usah bicara dengannya!" Dafa bicara sebentar setelah itu ia pergi ke kamar Ibunya.****Acara makan malam pun tiba. Semua anggota keluarga sudah berkumpul di ruang makan. "Kejutan!" Ayu bicara sembari menggandeng tangan kecil Shanum dan Salsa.Senja men
"Senja, tolong jaga nada bicaramu agar tetap pelan. Jangan buat keributan. Kita ini sedang kedatangan banyak tamu!" Ayu menyahut.Karena Ibu mertuanya sendiri yang menegur, Senja pun kembali duduk ke kursinya. Namun Senja masih menatap dengan tajam ke arah Lily dan juga Dafa.Bahkan ketika acara makan malam sudah dimulai, Senja tidak bisa menikmati setiap suapan yang masuk ke dalam mulutnya karena ia tengah dibakar oleh api curiga."Sst! Makanlah dengan fokus!" Pria yang duduk di dekat Senja malah lebih mengkhawatirkan cara makan Senja yang terkesan berantakan.Senja menoleh dengan kerutan di keningnya. Ia tak menyangka, jika ada pria lain yang akan memperhatikannya sedetail itu."Kenapa melihatku seperti itu? Ayo cepat makanlah! Kau butuh tenaga untuk menghadapi setiap tantangan hidup!" Si pria kembali bicara."Tantangan apa maksudmu? Kenapa kau bicara denganku? Kita kan tidak saling mengenal!" "Aku mengenalmu." Si pria menjawab dengan singkat.Ketika Senja dan si pria sedang bicara
"Wanita tidak tahu malu!" Senja bicara dengan suara pelan namun dengan nada cukup tegas. Sorot matanya yang tajam, memindai wajah Lily secara keseluruhan.Tanpa diduga, Lily menampar balik wajah Senja. "PLak!"Senja yang tidak terima dengan perilaku Lily, langsung menarik rambut Lily. Hingga beberapa helai rambut Lily terlepas.Keduanya mulai saling jambak dan juga saling mengumpat. Membuat semua orang, menoleh ke arah mereka. "Hentikan! Jangan seperti ini! Kalian ini seperti anak kecil saja!" Dafa mencoba melerai.Namun ucapan Dafa, tidak didengar oleh kedua wanita yang tengah dilanda api cemburu tersebut."Dafa adalah suamiku! Jangan dekati dia lagi!""Apa kau bilang?" Lily bertanya dengan serius.Ketika pertikaian yang terjadi semakin tak terkendali, Ayu datang dan melerai mereka berdua."Senja, hentikan tindakan bod0hmu ini. Kau ini adalah seorang ibu dari dua orang anak. Kendalikan emosi yang ada pada dirimu!" Ayu menasehati."Tapi wanita tidak jelas ini, sejak tadi terus mengg
Tanpa terasa bulir bening mulai menetes dari sudut mata wanita berparas cantik tersebut. Ia tak menyangka sedikitpun, jika ia akan dijadikan istri kedua tanpa persetujuan."Kau mungkin sedang bercanda. Ya aku tahu itu. Kau sedang bercanda. Iya kan?" Senja bicara pelan dengan suara gemetar menahan tangis."Aku bicara dengan serius. Inilah faktanya. Kau berada di dalam rumah kami, dengan statusmu yakni sebagai istri kedua!" Bagas menegaskan.Senja tampak menggelengkan kepalanya. Ia menangis tanpa mengeluarkan suara. Hanya terlihat bagian bahunya yang bergerak naik turun."Jangan menangis! Semua sudah terjadi!" Bagas menyodorkan sapu tangan ke arah Senja.Senja tidak mau menerima sapu tangan tersebut. Ia menutupi wajahnya dan terus menangis dalam kesunyian."Jika kedua anakmu melihatmu menangis, mereka akan ikut sedih.""Aku tidak mau berada dalam posisi ini. Aku akan minta cerai saja," ucap Senja dengan matanya yang sayu."Semua keputusan ada di tanganmu," sahut Bagas.Bagas menaruh sa
"Hentikan! Sudah cukup! Jangan bertengkar lagi!" Senja berteriak.Keduanya menoleh ke arah Senja dan menghentikan aksi adu jotos yang telah mereka lakukan."Ayo masuk ke dalam kamar!" seru Dafa sembari memegangi tangan Senja."Lepaskan aku! Aku bisa jalan sendiri!" Senja menepis pegangan tangan Dafa.Senja berjalan pergi dari sana, Dafa mengikutinya dari belakang sembari mendengus kesal."Senja, berapa kali harus aku katakan agar kau tidak mendekati pria itu lagi!" Dafa memegangi lengan Senja dan memaksa Senja untuk berhenti berjalan sejenak."Pria itu lagi? Pria yang kau sebut adalah Kakak kandungmu sendiri! Ada apa denganmu Mas? Apa yang salah dengan pemikiranmu! Mas menjadikan aku sebagai istri kedua, tanpa sepengetahuanku!""Aku bisa jelaskan itu. Aku dan Lily menikah hanya Karena konspirasi perusahaan kami. Tidak lebih dari itu." Dafa memberikan alasan klasik."Mas pikir, aku akan percaya begitu saja dengan apa yang Mas katakan?" Senja melengos pergi."Senja, percayalah padaku. A