Senja melepaskan tangan Dafa yang memegangi lengannya dengan cukup kuat. Ia berlari ke halaman tapi mobil yang dikendarai oleh mertuanya sudah sampai ke luar pagar.
Senja berlari sampai ke arah pagar. Tapi security dengan segera menutup pintu pagar."Senja! Tenanglah. Mama nggak akan menyakiti mereka," tutur Dafa."Tapi Mas, Mama mau bawa mereka kemana? Baju Shanum basah, dia bahkan belum sempat ganti baju. Kalau dia masuk angin gimana?""Masalah baju, pasti Mama akan membelikan mereka baju baru. Tapi kemana mereka, aku juga tidak tahu!"Senja mulai menangis. Ia merasa sedih ketika mengingat anak anaknya yang merengek saat dipaksa masuk ke dalam mobil."Maafin Mama. Mama salah sama Shanum dan juga Salsa," ucap Senja bermonolog."Sayang, jangan khawatir. Mereka akan baik baik saja." Dafa mencoba untuk menenangkan istrinya.Senja tak menghiraukan ucapan Dafa. Ia berlari dan masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu, sudah ada Bi Sari yang sedang menyapu teras."Bi Sari, tadi Bibi yang bicara sama Mama kan. Tadi aku lihat Mama bisik bisik sama Bibi. Tolong katakan, Mama mau bawa anak anak aku kemana Bi?""Oh itu Non. Nyonya mau bawa anak anak ke tempat les."Jawaban Bi Sari membuat Senja melongo kaget. Sebab ia berpikir jika Ayu, akan benar benar menghukum kedua anaknya dengan hukuman yang berat."Les gimana maksudnya Bi? Anak anak saya saja belum sekolah dan belum bisa baca tulis.""Les etika, Non. Di rumah Miss Tesaa.""Les etika? Les apa itu Bi?""Mereka akan belajar banyak di sana. Cara berjalan, cara bersikap. Bahkan cara makan di meja," sahut Dafa."Apa Mas? Apa mereka tidak terlalu kecil untuk menerima pelajaran itu?""Tidak sayang. Di rumah Miss. Tesaa juga ada play ground yang cukup luas. Mereka pasti betah ada di sana. Kamu nggak usah khawatir lagi ya!""KRinG!" Handphone Dafa berbunyi."Iya, Ma."Kasih tahu Senja ya, minta dia segera memasak untuk makan siang. Kebiasaan yang ada di rumah kita, harus tetap berjalan. Katakan juga kepada Senja, agar tak usah khawatir dengan kedua anaknya. Mereka senang berada di sini.""Ya Ma." Dafa menutup telepon."Mama ngomong apa, Mas?""Kata Mama, kamu nggak usah khawatir soal anak anak. Dan Mama minta, kamu fokus menyiapkan makan siang."Senja pun meminta Bi Sari untuk menunjukkan letak dapur."Bi, bisa tolong antar saya ke dapur?""Iya tentu saja, Non."Bi Sari jalan lebih dulu. Senja mengikuti di belakangnya. Meski hati dan pikirannya masih gelisah memikirkan Shanum dan Salsa, tapi Senja tetap mengikuti perintah dari mertuanya."Ini dapurnya, Non. Semua bahan makanan ada di kulkas. Dan beras ada di sebelah sana. Kalau mungkin Non butuh terigu, ada di sisi kanan dekat kompor." Bi Sari sedikit menjelaskan tata letak bumbu dan bahan makanan yang ada di dapur."Iya Bi."Senja mulai membuka kulkas dan melihat bahan apa saja yang bisa ia gunakan untuk memasak.Kulkas besar yang mirip dengan lemari pakaian itu, menyimpan banyak sekali sayur mayur. Bukan hanya sayuran hijau, tapi juga ada buah."Kulkas orang kaya emang beda ya," ucap Senja.Senja menutup pintu kulkas. Ia terlalu bingung menentukan pilihan. Kali ini, matanya tertuju pada mesin yang berbentuk kotak besar dan berwarna putih dengan tutup kaca di atasnya."Bahkan ada freezer box juga di sini."Senja membuka tutup freezer box. Beraneka ragam daging, ada di sana. Mulai dari dada ayam slice sampai daging sapi giling tersedia lengkap. Ada juga daging olahan, berupa sosis, bakso dan sejenisnya."Aku semakin bingung harus memasak apa untuk makan siang, hari ini."Senja memilah - milah daging yang ada di dalam freezer box. Dan pilihannya jatuh pada udang beku."Aku akan buat menu makanan yang agak berbeda."Senja mengeluarkan udang beku dari freezer box. Lalu kemudian, ia mengambil beberapa sayuran pelengkap dari dalam kulkas. Rencananya, Senja akan membuat mie laksa.Semua bahan yang diperlukan, sudah ia siapkan. Kini tibalah waktunya untuk menyalakan kompor dan mulai memasak."Aku akan buat kaldu udangnya lebih dulu," ucap Senja.Ia menaruh panci kecil berisi kepala dan kulit udang serta beberapa liter air, di atas kompor yang sudah menyala."Sementara aku menunggu kaldunya siap, aku akan membuat bumbu halusnya dulu," tutur Senja sembari mengupas bawang merah dan bawang putih.Saking fokusnya ia mengupas bawang dan menyiapkan bahan pelengkap untuk membuat mie laksa, Senja tidak sadar jika kuah kaldu udangnya sudah mendidih dan bahkan meluber ke luar panci.Suara air yang beradu dengan percikan api, baru membuat Senja menoleh. Dengan buru buru, Senja mematikan kompor. Dan karena panik, ia secara tidak sengaja meletakkan panci berisi kuah kaldu udang di atas kompor yang memiliki permukaan kaca tersebut."PRaak!""BooM!"Suara ledakan terdengar cukup kencang. Bi Sari yang saat itu masih belum selesai membersihkan ruang tamu, terjingkat karena mendengar suara ledakan tersebut.Sementara Dafa dengan sigap, berlari menuju ke dapur untuk melihat apa yang telah terjadi."Aaaaa!" Tiba tiba terdengar suara teriakan Senja. Dafa dan Bi Sari makin panik.Senja sedang berjongkok di dekat freezer box sambil menutupi wajah menggunakan kedua tangannya. Kompor kaca yang digunakan oleh Senja untuk membuat kaldu udang, pecah dan serpihan kacanya berserakan kemana mana."Ya ampun Non! Kenapa bisa jadi seperti ini?" Bi Sari memegangi kepalanya dengan mulut menganga karena kaget."Maafkan saya Bi. Saya tidak sengaja melakukannya.""Waduh gawat! Sudah jam berapa sekarang? Dan kamu masih belum masak. Mama sebentar lagi akan pulang. Lalu kita akan bilang apa sama Mama kalau kamu belum masak?" Dafa lebih panik melihat reaksi Ibunya saat mendapati menantu perempuan keluarga Suryaningrat tidak menjalankan tugas wajib."Beli saja, Pak," tutur Bi Sari.Awalnya Dafa hendak menolak, namun karena tak ada waktu lagi, Dafa menerima usulan Bi Sari."Ya Bi. Kalau begitu, Bibi tolong bereskan kekacauan yang ada di dapur ini ya. Saya akan memesan makanan."Senja menatap kekacauan yang ada di dapur, dengan perasaan campur aduk."Sayang, kamu tadi mau masak apa?
Senja mengusap bulir bening yang menetes di pipinya lalu menuju ke dapur. Ia hendak membantu Bi Sari untuk mencuci piring ataupun mengerjakan pekerjaan rumah yang lainnya. Tapi Bi Sari meminta Senja untuk duduk duduk saja di ruang tamu."Aduh Non. Jangan bantuin Bibi. Non itu adalah menantu rumah ini. Menantu rumah dilarang melakukan pekerjaan kasar. Jadi urusan cuci piring dan yang lainnya biar saya yang kerjakan. Non, duduk duduk saja di ruang keluarga.""Tapi saya bosen Bi. Masa saya di sini nggak ngerjain apa apa," sahut Senja."Ya memang begitu adanya Non. Kecuali kebiasaan yang ada di rumah ini, soal menantu baru yang wajib memasak di hari pertama setelah pernikahan.""Begitu ya Bi. Oh iya, di rumah sebesar ini apa cuma Bibi yang bertugas membersihkan rumah?" Senja penasaran."Tidak Non. Ada banyak yang seperti Bibi. Tapi di rumah paviliun.""Rumah paviliun?" Senja heran."Iya rumah paviliun. Rumah ini kan rumah induk. Yang tinggal di sini, hanya Bu Ayu dan Pak Respati. Jadi pek
"Mas Dafa! Ini nggak seperti yang Mas pikirkan." Senja berusaha menjelaskan.Namun pandangan Dafa tidak sedang tertuju pada wajah cantik istrinya. Dafa malah sibuk melihat si pria dengan tatapan tajam."Beraninya kau menyentuh istriku!" Dafa bicara dengan mata melotot."Kejadian yang barusan itu bukan kesengajaan!" Si pria menjawab."Lalu apa?" Si pria tak menjawab. Ia malah pergi begitu saja dari hadapan Dafa. Sedangkan Senja segera meraih tangan suaminya, agar lebih tenang."Mas, dia tadi ke sini dan menaruh garam pada saus saladku. Rasa saus saladku pasti sudah keasinan sekarang. Dan aku ingin mengusir dia dari sini. Aku juga nggak tahu siapa dia. Aku nggak kenal dia." Senja berusaha menjelaskan."Jangan dekati dia lagi. Dan tidak usah bicara dengannya!" Dafa bicara sebentar setelah itu ia pergi ke kamar Ibunya.****Acara makan malam pun tiba. Semua anggota keluarga sudah berkumpul di ruang makan. "Kejutan!" Ayu bicara sembari menggandeng tangan kecil Shanum dan Salsa.Senja men
"Senja, tolong jaga nada bicaramu agar tetap pelan. Jangan buat keributan. Kita ini sedang kedatangan banyak tamu!" Ayu menyahut.Karena Ibu mertuanya sendiri yang menegur, Senja pun kembali duduk ke kursinya. Namun Senja masih menatap dengan tajam ke arah Lily dan juga Dafa.Bahkan ketika acara makan malam sudah dimulai, Senja tidak bisa menikmati setiap suapan yang masuk ke dalam mulutnya karena ia tengah dibakar oleh api curiga."Sst! Makanlah dengan fokus!" Pria yang duduk di dekat Senja malah lebih mengkhawatirkan cara makan Senja yang terkesan berantakan.Senja menoleh dengan kerutan di keningnya. Ia tak menyangka, jika ada pria lain yang akan memperhatikannya sedetail itu."Kenapa melihatku seperti itu? Ayo cepat makanlah! Kau butuh tenaga untuk menghadapi setiap tantangan hidup!" Si pria kembali bicara."Tantangan apa maksudmu? Kenapa kau bicara denganku? Kita kan tidak saling mengenal!" "Aku mengenalmu." Si pria menjawab dengan singkat.Ketika Senja dan si pria sedang bicara
"Wanita tidak tahu malu!" Senja bicara dengan suara pelan namun dengan nada cukup tegas. Sorot matanya yang tajam, memindai wajah Lily secara keseluruhan.Tanpa diduga, Lily menampar balik wajah Senja. "PLak!"Senja yang tidak terima dengan perilaku Lily, langsung menarik rambut Lily. Hingga beberapa helai rambut Lily terlepas.Keduanya mulai saling jambak dan juga saling mengumpat. Membuat semua orang, menoleh ke arah mereka. "Hentikan! Jangan seperti ini! Kalian ini seperti anak kecil saja!" Dafa mencoba melerai.Namun ucapan Dafa, tidak didengar oleh kedua wanita yang tengah dilanda api cemburu tersebut."Dafa adalah suamiku! Jangan dekati dia lagi!""Apa kau bilang?" Lily bertanya dengan serius.Ketika pertikaian yang terjadi semakin tak terkendali, Ayu datang dan melerai mereka berdua."Senja, hentikan tindakan bod0hmu ini. Kau ini adalah seorang ibu dari dua orang anak. Kendalikan emosi yang ada pada dirimu!" Ayu menasehati."Tapi wanita tidak jelas ini, sejak tadi terus mengg
Tanpa terasa bulir bening mulai menetes dari sudut mata wanita berparas cantik tersebut. Ia tak menyangka sedikitpun, jika ia akan dijadikan istri kedua tanpa persetujuan."Kau mungkin sedang bercanda. Ya aku tahu itu. Kau sedang bercanda. Iya kan?" Senja bicara pelan dengan suara gemetar menahan tangis."Aku bicara dengan serius. Inilah faktanya. Kau berada di dalam rumah kami, dengan statusmu yakni sebagai istri kedua!" Bagas menegaskan.Senja tampak menggelengkan kepalanya. Ia menangis tanpa mengeluarkan suara. Hanya terlihat bagian bahunya yang bergerak naik turun."Jangan menangis! Semua sudah terjadi!" Bagas menyodorkan sapu tangan ke arah Senja.Senja tidak mau menerima sapu tangan tersebut. Ia menutupi wajahnya dan terus menangis dalam kesunyian."Jika kedua anakmu melihatmu menangis, mereka akan ikut sedih.""Aku tidak mau berada dalam posisi ini. Aku akan minta cerai saja," ucap Senja dengan matanya yang sayu."Semua keputusan ada di tanganmu," sahut Bagas.Bagas menaruh sa
"Hentikan! Sudah cukup! Jangan bertengkar lagi!" Senja berteriak.Keduanya menoleh ke arah Senja dan menghentikan aksi adu jotos yang telah mereka lakukan."Ayo masuk ke dalam kamar!" seru Dafa sembari memegangi tangan Senja."Lepaskan aku! Aku bisa jalan sendiri!" Senja menepis pegangan tangan Dafa.Senja berjalan pergi dari sana, Dafa mengikutinya dari belakang sembari mendengus kesal."Senja, berapa kali harus aku katakan agar kau tidak mendekati pria itu lagi!" Dafa memegangi lengan Senja dan memaksa Senja untuk berhenti berjalan sejenak."Pria itu lagi? Pria yang kau sebut adalah Kakak kandungmu sendiri! Ada apa denganmu Mas? Apa yang salah dengan pemikiranmu! Mas menjadikan aku sebagai istri kedua, tanpa sepengetahuanku!""Aku bisa jelaskan itu. Aku dan Lily menikah hanya Karena konspirasi perusahaan kami. Tidak lebih dari itu." Dafa memberikan alasan klasik."Mas pikir, aku akan percaya begitu saja dengan apa yang Mas katakan?" Senja melengos pergi."Senja, percayalah padaku. A
Senja berjalan dengan cepat menghampiri kedua anaknya."Mama," sapa Shanum."Kalian barusan manggil dia dengan sebutan apa?" Senja bertanya dengan tegas."Ehm! Nenek tadi bilang, Mama kami sekarang ada dua. Mama Senja dan Mama Lily," jawab Shanum."Dan kalian mau mau saja mengikuti ucapan dari Nenek Ayu?" Senja bertanya dengan keningnya yang mengkerut."Senja, kenapa pagi pagi begini sudah membuat keributan? Mereka sedang makan pagi. Dan Lily yang membuatkan sarapan untuk mereka. Kamu seharusnya berterima kasih kepada Lily! Bukan malah marah marah seperti ini," tutur Ayu."Aku berterima kasih, setelah ditipu mentah mentah?" "Senja! Jaga bicaramu!" bentak Ayu."Aku bicara benar kan Ma? Anak kesayangan Mama tidak memberitahuku jika dia sudah menikah sebelumnya!" "Lalu kenapa?" Lily ikut bicara."Aku dan kedua anakku akan pergi dari rumah ini! Kami tidak akan tinggal di sini lagi!" Senja menarik tangan kedua anaknya. Ia sedikit memaksa kedua anaknya agar mau bangkit dari tempatnya dudu