Share

Menghilang Kemana?

"Aku harus bagaimana sekarang?" Senja mulai menangis karena ia tak memiliki uang cash yang cukup.

"Apa ada mesin ATM di dekat sini?" 

"Ada Bu, di ujung jalan sana." Waitress menjawab dengan raut wajahnya yang ketus.

Senja berpikir, ia akan pergi ke mesin ATM untuk mengambil sejumlah uang cash namun tepat saat ia bangkit berdiri dari kursi, Dafa sudah ada tepat di belakangnya.

"Tenanglah," ucap Dafa.

"Ini uangnya." Dafa memberikan sejumlah uang kepada Waitress. 

Senja menutup mata dan bernafas lega karena pertolongan datang tepat waktu.

"Mas yang tadi, aku minta maaf. Aku benar benar minta maaf! Tapi, Mas kok bisa ada di sini lagi? Bukannya tadi Mas nganterin Mama pulang ya?"

"Iya, nggak apa apa kok. Mama juga nggak marah. Mama pulang sama supirnya."

"Lalu kenapa Mama kamu pergi gitu aja?"

"Mama itu mengidap OCD. Jadi kalau Mama kena percikan bumbu atau cairan apapun yang mengotori pakaiannya, ya kambuh deh. Mama harus pulang harus mandi. Aku nggak bisa jelasin secara detailnya."

Senja hanya mengangguk, meski kenyataannya ia masih tak paham dengan apa yang dimaksud OCD.

Dafa mengantarkan Senja dan anak anaknya pulang ke rumah. 

*****

"Aku pamit ya. Nggak enak sama tetangga, kalau aku harus nginep di sini sebelum kita resmi menikah," tutur Dafa.

"Iya Mas. Oh ya, kenapa tadi kamu bilang sama Mama kalau rumah ini, aku sewa sendiri?" 

"Ya kan emang kamu sewa sendiri tapi uangnya aku yang bayarkan. Aku pamit ya!"

Dalam sekejap, bayangan mobil Dafa menghilang dari pandangan Senja.

****

Keesokan paginya, belum juga Senja membuka mata. Sudah ada beberapa orang yang berdiri di depan rumah kontrakannya tersebut.

"Permisi!" Seorang wanita berteriak sambil mengetuk pintu.

Senja dengan mata yang masih mengantuk, berjalan ke arah pintu dan membuka pintu rumahnya.

"Siapa ya Kak? Mau cari siapa?"

"Saya penata rias yang diminta datang ke sini sama Bu Ayu."

"Bu Ayu?" Senja berpikir agak lama. Ia mengingat ingat nama Ayu.

"Ini Senja kan? Calon menantu Bu Ayu? Mikirnya kok lama betul!"

"Oh Mama mertua ya? Iya mari silahkan masuk!" 

"Akhirnya!" Si wanita bersama beberapa staf nya masuk ke dalam rumah. Mereka duduk di sofa ruang tamu.

"Ngomong ngomong, kenapa anda diminta untuk datang ke sini?" 

"Hari ini adalah hari pernikahan kalian. Jadi saya diminta untuk datang ke sini untuk mendekor rumah, sekaligus merias wajah pengantin perempuan."

"Apa! Nikah hari ini? Kok mendadak ya? Mas Dafa nggak ada bilang apa apa lho!"

"Waduh. Itu sih bukan urusan saya ya. Saya cuma diminta datang dan memastikan anda menjadi pengantin yang cantik."

"Pernikahannya dilaksanakan kapan?"

"Hari ini jam sebelas siang, katanya."

Perias pengantin meminta Senja untuk segera mandi. Setelah itu, Senja diminta untuk mengenakan gaun pengantin warna putih dengan mahkota kecil di atas kepalanya.

"Saya make up sekarang ya."

"Apa nggak terlalu pagi?" 

"Ini sudah jam berapa Bu! Lihat jam dindingnya!" Si penata rias menjawab dengan tegas.

"BROoM!" Suara deru mesin mobil terdengar. 

Dafa dan kedua orang tuanya sudah tiba di rumah Senja. Bersamaan dengan kedatangan kedua orang tua dari Senja. 

Mereka para orang tua bicara di luar rumah. Sedangkan Dafa memilih untuk masuk ke dalam rumah.

"Nah itu, pengantin pria nya sudah datang. Pengantin wanitanya belum apa apa!" 

Wajah Senja mulai dirias. Dafa menunggu di dekatnya sambil menatap wajah Senja.

"Kamu cantik sekali," ucap Dafa.

Senja menundukkan wajah sambil tersenyum. Kedua anaknya tiba tiba datang menghampiri Senja.

"Ma, kami lapar," bisik Shanum.

"Ya ampun! Mama lupa kalau kalian belum makan."

Dafa menggelengkan kepalanya. 

"Mau makan apa sayang? Mama pesankan lewat online saja ya?"

"Nggak usah sayang. Makanan sudah ada di luar. Aku sudah memesan catering dengan beragam menu makanan," tutur Dafa.

Si kembar ke luar rumah. Mereka terpesona melihat halaman rumah yang sudah didekorasi dengan indah serta banyak makanan yang berjajar di atas meja.

"Ma, ada banyak makanan di luar," Shanum bicara dengan wajah polosnya.

"Iya sayang, karena hari ini ada pesta."

"Pesta apa Om?" 

"Pesta apa ya? Om dan Mama kalian akan menikah. Jadi mulai sekarang jangan panggil Om lagi."

"Jadi ini pesta kami Om?" Salsa ikut bicara.

"Iya ini pesta kalian. Ayo makan yang banyak lalu ganti pakaian."

Dafa meminta petugas catering agar menyiapkan makanan untuk Salsa dan Shanum. Setelah kenyang, keduanya langsung pergi mandi.

Saat Senja sudah selesai berhias dan anak kembarnya sudah selesai mandi serta berganti pakaian, mereka semua berkumpul di ruang tengah. Prosesi pernikahan pun digelar.

Semua orang nampak khusyuk berdoa. Acara pernikahan berlangsung khidmat dan juga lancar. Tetangga baru yang tinggal di kanan dan kiri rumah, juga turut hadir dalam acara bahagia tersebut.

Usai prosesi pernikahan dilaksanakan, Senja terlihat meneteskan air mata. 

"Kenapa menangis?" 

"Aku terharu dengan semua hal yang kamu lakukan sama aku dan anak anak Mas," tutur Senja.

"Senja, kamu dan anak anak kamu adalah penyemangat hidup aku. Kalian membuat hidup aku jadi makin berwarna."

Pernikahan mereka digelar cukup meriah.  Semua orang yang hadir, turut berbahagia untuk pernikahan mereka. 

Setelah acara pernikahan selesai, Senja langsung menuju ke kamar. Ia merasa gerah dengan pakaian pengantin yang ia kenakan. Senja membersihkan diri ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya.

Sedangkan Dafa menunggu di luar kamar dengan tidak sabar. 

"Sayang! Mandinya jangan lama lama ya."

Dafa bicara dengan lembut dari balik pintu kamar mandi.

"Ya Mas!" 

Senja mempercepat acara mandinya. Namun ketika ia keluar dari kamar, ia sudah tidak menemukan Dafa ada di sana.

"Lho Mas Dafa kemana?"

Senja pergi mencari suaminya keluar kamar. Ia berjalan ke ruang tamu, tapi ruang tamu juga tampak sepi. Senja masuk ke dalam kamar anak anaknya, tapi tak ada siapapun disana kecuali Shanum dan Salsa.

"Mas Dafa kemana sih? Kok menghilang gitu aja?" 

Senja lantas membuka pintu rumah. Dan ia tak melihat mobil Dafa ada di depan rumahnya.

"Mas Dafa pergi dari sini?" Senja panik.

Senja mengambil ponselnya yang ada di dalam kamar dan mulai menelepon Dafa. Tapi sayangnya, telepon Dafa mendadak tidak dapat dihubungi. 

"Nomor telepon yang anda putar, salah."

Operator telepon mengatakan kalimat yang sama itu secara terus menerus.

Saat ini, Senja bukan hanya panik tapi juga mulai menangis. Ia tak mengerti kenapa suaminya pergi meninggalkannya begitu saja di malam pengantin mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status