Dafa menoleh ke arah Senja. Ia mengurungkan niatnya untuk sarapan dan malah mengejar Senja. Lily yang mendapati sang suami lebih perhatian kepada istri barunya tersebut, menjadi cemburu. Lily bangkit dari duduknya dan mengejar Dafa. Sedangkan Ayu hanya bisa menggelengkan kepalanya saja tanpa bisa berkata apa apa."Mama kenapa Nek?" Shanum bertanya dengan wajah polosnya."Setahu Nenek, di tanggal tanggal tertentu para wanita dewasa kerap marah tanpa alasan yang jelas." Ayu beralasan."Shanum khawatir Mama akan menangis lagi. Akhir akhir ini, Mama jadi lebih banyak menangis daripada tersenyum!" "Jangan khawatir sayang. Semua akan baik baik saja. Ayah Dafa kan sedang mengejar Mama Senja."Wangi waffle membuat si kembar berhenti memikirkan Senja untuk sementara waktu."Kalian makanlah! Hari ini, Nenek menyiapkan waffle untuk sarapan." Ayu menuang sirup vanila ke atas waffle yang baru saja matang. Si kembar yang bersemangat, langsung menyantap makan pagi mereka dengan lahap.Di halaman
Bagas membawa Senja masuk ke dalam mobilnya. "Duduklah dengan manis! Kita akan jalan jalan!" "Tapi aku," ucap Senja gugup."Aku tapi apa? Kau ini butuh menghibur dirimu sendiri. Jangan bersikap konyol dengan menyiksa diri sendiri!" seru Bagas.Bagas masuk ke dalam mobil. Ia menekan klakson. Security rumah membuka pintu pagar. Mobil Bagas pun melenggang pergi dari rumah mewah keluarga Suryaningrat."Kita akan pergi kemana?" tanya Senja."Makan malam! Bukankah penampilan cantikmu ini untuk acara makan malam?" sahut Bagas."Tapi tidak denganmu!" seru Senja."Kau butuh teman. Sekeras apapun kau menyiksa dirimu, tak akan pernah mengubah kenyataan kalau Dafa memang menjadikanmu istri keduanya."Kalimat yang diucapkan oleh Bagas, langsung membuat Senja terdiam."Kau berniat keluar dari rumahku?" Bagas bertanya sembari melirik ke arah Senja."Ya! Aku ingin mengakhiri semuanya!" "Ketahuilah, keinginanmu ini sangat sulit untuk terwujud. Meski kau berusaha keras, kau sudah masuk ke dalam ruma
"BLaM!"Bagas melayangkan satu pukulan ke arah pipi Dafa. "BLaM!" Dafa pun juga membalas pukulan yang diberikan kepadanya. Kakak beradik itu sedang beradu kekuatan."Berhenti!" Ayu berteriak kencang. Semua orang menoleh ke arah Ayu. Bagas memegangi pipinya, dan melengos pergi.Senja juga masuk ke dalam rumah. Dafa mengikuti Senja. Lily hendak mengikuti Dafa, tapi Ayu mencegahnya. Ia memegangi tangan Lily."Hentikan sikap konyolmu ini! Aku tahu sakit perutmu yang barusan hanyalah pura pura! Kau sengaja melakukan hal itu, agar Dafa dan Senja tidak jadi makan malam di luar." Ayu bicara dengan sorot matanya yang tajam."Apalagi yang harus aku lakukan untuk mendapatkan perhatian dari suamiku?" tukas Lily."Pernikahan mereka adalah hal terbaik yang memang harus dilakukan. Dengan begini, keluarga Suryaningrat akan memiliki keturunan. Andai kau bisa memberikan seorang cucu untukku, maka pernikahan ini tidak perlu terjadi." Ayu bicara sembari pergi meninggalkan Lily begitu saja."Ayu tanpa k
Saat menjelang siang hari, Senja pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Secara tak sengaja, ia bertemu dengan Lily yang tengah membuat cake di dapur.Keduanya saling menatap dengan sinis tanpa mau bertegur sapa. Senja membuka pintu kulkas. Lily melengos melihat ke arah oven."Ting!" Oven berbunyi. Tanda kue yang dipanggang sudah matang."Muffin coklat sudah matang," ucap Lily bermonolog.Senja melirik ke arah kue muffin buatan Lily, ia jadi teringat akan kedua putrinya yang begitu menyukai kue muffin."Salsa dan Shanum sangat menyukai muffin. Apakah, Lily membuat kue itu untuk anak anakku? Tidak mungkin! Lily tidak tahu kesukaan anak anakku." Senja bicara dalam hati.Lily mengambil kotak bekal. Ia memasukkan muffin muffin buatannya ke dalam kotak bekal."Kenapa dia menaruhnya ke dalam kotak bekal?" Senja makin penasaran.Selain menaruh muffin ke dalam kotak bekal, Lily juga membuat jus alpukat. Ia menaruhnya ke dalam umbler. Hal ini, membuat Senja makin penasaran. Karena tak bisa l
"Lily! Lepaskan Senja!" ucap Dafa dengan sorot matanya yang memandang tajam."Mas berani melotot ke arahku?" tanya Lily."Aku suamimu! Hargai aku. Sejak awal pernikahan kita, kau tak pernah menghargai aku. Lama lama aku jadi muak dengan sikapmu ini."Lily terdiam mendengar ucapan Dafa tapi tangannya masih mencengkeram pergelangan tangan Senja dengan kuat."Lily! Aku bilang lepaskan dia! Jangan membuat keributan di sini!" Dafa mempertegas ucapannya."Aku tidak peduli!" Lily balik menantang.Ia menarik rambut Senja hingga Senja meringis kesakitan. Dafa berusaha memisahkan Lily dari Senja."Lily!" "PLak!" Akhirnya Dafa menampar Lily karena tak tahan melihat perilaku Lily yang terlalu arogan.Dessy dan para tenaga pengajar yang ada di sana menutup mulut mereka karena kaget melihat perilaku Dafa."Berhenti! Aku bilang berhenti!" Dafa yang naik pitam menjadi emosi. Security sekolah mendatangi Dafa dan berusaha menenangkan kemarahan Dafa. Lily yang kecewa akan sikap Dafa, masuk ke dalam mo
Lily yang terlanjur panik, mencengkeram leher sang asisten rumah tangga sembari melotot."Jika kau berani bicara macam macam kepada Nyonya Ayu, maka aku tak akan ragu lagi untuk mengh4bisimu!" Bi Sari melongo kaget melihat sikap Lily yang kasar dan mengintimidasi dirinya. Ia tak mengangguk ataupun merespon. Bi Sari hanya diam saja melihat Lily yang tengah memberikan ancaman tegas pada dirinya."Jangan ganggu urusanku, jika kau ingin aman!" Lily kembali memperingatkan.Lily melepaskan cengkraman tangannya sembari mendorong kepala Bi Sari ke belakang. Hingga secara tak sengaja, kepala wanita paruh baya itu terbentur dinding."Aku akan lakukan hal yang lebih buruk lagi, jika kau tidak bisa diam!" Lily menunjuk ke arah wajah Bi Sari. Setelah itu, Lily meninggalkan Bi Sari. Bi Sari menghembuskan nafas dalam dalam. Jantungnya berdegup kencang."Kenapa Non Lily jadi berubah kasar seperti ini?" ucap Bi Sari dalam hati.Sementara Lily berjalan dengan santai menuju ke dalam kamar Ibu mertuany
"Ma!" Senja berteriak memanggil Ibu mertuanya, tepat ketika sang Ibu mertua hendak masuk ke dalam mobil.Ayu menoleh ke arah Senja. Ia melihat wajah menantunya yang tampak kesal. Sementara Lily tersenyum sinis melihat Senja yang hendak melabrak sang Ibu mertua."Ya! Ada apa?" sahut Ayu."Ma, aku mau bertanya," ucap Senja dengan ragu."Tanya apa? Tanyakan saja!" "Cincin yang ada di jari manis Mama, dimana Mama membelinya?" Ayu melihat cincin bermata mutiara dan tersenyum ke arah Senja."Mama tidak tahu. Mama merasa tidak pernah membelinya. Cincin ini, tiba tiba saja berada di dalam laci lemari. Karena cantik, Mama memakainya." Ayu menjawab sambil tersenyum."Oh begitu," sahut Senja."Aku sudah terlambat. Kita ngobrol lagi nanti!" Ayu masuk ke dalam mobil. Senja pergi masuk ke dalam kamar. Dafa mengikuti di belakangnya. Sebelum Dafa sampai di kamar Senja, Lily membuntutinya dan menarik tangan Dafa."Mas! Aku mau ngomong!" "Ngomong apa lagi? Kamu mau protes soal yang tadi?""Iya!" Li
Si kembar turun dengan wajah kebingungan karena melihat Ibunya yang sedang tak sadarkan diri digendong oleh Bagas."Kalian masuk ke dalam ya! Papa akan pergi menyusul mereka!" Dafa memberitahu."Bi Sari, tolong jaga mereka berdua!" Bi Sari mengajak Shanum dan Salsa masuk ke dalam rumah. Sementara Dafa dengan segera mengejar mobil Bagas.Bagas menuju ke arah rumah sakit yang ada di tengah Kota. Sesekali ia melirik ke arah Senja."Kenapa kau bisa terluka seperti ini?" ucapnya bermonolog.Mobil Bagas berhenti tepat di depan rumah sakit. Ia membuka kaca jendela mobil dan melambaikan tangan ke arah security yang kebetulan sedang berdiri di depan."Ada pasien gawat darurat!" seru Bagas.Security berlari ke arah UGD dan memberitahu perawat. Tak butuh waktu lama, perawat pun datang sembari membawa ranjang pasien.Tubuh Senja dipindahkan ke ranjang pasien dan dibawa ke dalam UGD. Bagas masuk ke ruang UGD. Ia menemani Senja."Tolong selamatkan dia!" seru Bagas."Pasti Pak. Kami akan mengusahak