ALEXANDRIA BUKAN DAVINA!
"Mama, aku sudah membawa wanita yang aku inginkan menjadi istriku, Ma. Kami akan menikah, jadi Mama tak usah repot-repot untuk menjodohkan ku," jawab Lukas. Wanita yang berada di kursi roda itu pun membalikkan badannya."Kau jangan asal menikahi seorang wanita, Lukas. Kau ini adalah seorang Presiden direktur, pewaris keluarga. Harus mempertimbangkan bebet, bibit, dan bobotnya," ujar Lily."Mama tenang saja, Ma. Mama sudah mengenalnya secara garis besar wanita ini," ucap Lukas sambil berjalan dan duduk jongkok di hadapan sang Ibu."Siapa? Dia kolega dari mana? Orang tuanya pemimpin perusahaan apa?" tanya Lily."Dia adalah sekretarisku, Davina," jelas Lukas."Davina? Sekertaris mu? Mengapa kau bisa tiba-tiba bersama wanita itu? Bagaimana ceritanya? Jangan-jangan kau hanya mempermainkan Mama dan dirinya ya?" cerca Lily sambil menatap Lukas penuh selidik."Tidak Ma. Mengapa Mama selalu buruk sangka kepadaku? Aku benar-benar menjalin hubungan dengannya dan jika Mama menyuruh kami menikah pun tak masalah," tegas Lukas. Tingkah Lukas seperti sangat meyakinkan sekali, bahwa dia memang sedang menjalin hubungan dengan Davina."Baiklah mungkin kali ini Mama harus percaya kepadamu, meskipun rasanya aneh sekali kau bisa bersamanya secara tiba-tiba," keluh Lily."Sekarang Mama bisa menjalani operasi itu dengan tenang dan tak ada alasan lain untuk Mama menolak operasi secepatnya. Jika Mama sendiri tak sembuh dan tak mau melakukan operasi itu, maka aku tak akan menikahi wanita manapun. Bagiku kesembuhan Mama adalah prioritas dalam hidup, untuk apa aku menikah jika mama tak ada di sampingku," bujuk Lukas. Akhir-akhir ini kesehatan Lily memang sering drop, dokter menyarankan untuk melakukan operasi pembedahan besar."Hari ini aku membawa Davina pulang," kata Lukas."Benarkah?" tanya Lily."Dia sedang di ruangan tamu menunggu Mama," ujar Lukas."Sepertinya kau benar-benar serius kali ini, Lukas," puji Lily. Lukas mendorong kursi roda ibunya menuju lift yang langsung terhubung dengan ruang tamu. 'Ting' Davina melihat ke arah lift yang terbuka, dia terkejut dengan pandangan yang ada di depannya, seorang wanita yang duduk di kursi roda, wajahnya mirip sekali dengan Lukas dan wanita di foto ruang tamu. Dia pun segera berdiri dan membungkukkan badannya, menghormati keberadaan ibu Lukas. Wanita itu pun tersenyum, Lukas segera mendorong kursi roda Ibu nya mendekat. Dia terlihat memperlakukan sang Ibu dengan lembut. Jujur saja Davina tak menyangka jika Lukas memiliki sisi lembut, ternyata banyak yang dia tak tahu dari sosok Presiden direkturnya itu. Dia memperlakukan sang Ibu dengan sangat baik."Hari ini rasanya seperti mimpi saja, aku tak mengira Lukas akan membawa seorang wanita dan mengenalkannya padaku. Jika saja Papanya tak berada di luar negeri tentu saja dia akan senang juga. Kau harus sering...""Ma! Sudahlah," tegur Lukas."Kau harus sering-sering ke sini, Davina. Aku hanya punya satu anak bernama Lukas dan kali ini aku sangat merasa beruntung karena Lukas menemukan wanita pengganti Alexandria," jelas Lily. Davina pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia merasa ucapan hangat dari ibu Lukas membawanya tersadar bahwa menikah kontrak dengan Presiden direkturnya itu, bukanlah ide yang buruk mengingat perlakuan mama Lukas yang sangat manis."Oh ya kapan kalian akan menikah? Besok atau lusa?" tanya Mama Lily."Menikah? Besok atau lusa?" gumam Davina syok."Mama harus operasi dulu sebelum aku menikah," tegas Lukas."Tidak! Kau harus menikah dulu baru Mama akan melakukan operasi. Untuk acara resepsi bisa di buat setelah Mama sembuh. Hal itu membuat Mama lebih tenang ketika terbaring dalam ruang operasi," protes Lily.."Tapi Mah...""Sudahlah aku tidak ingin kau masih mengingat-ingat lagi tentang dia, Alexandria!" jelas Lily."Alexandria?" gumam Davina."Sudah lah, Ma! Tak usah membahas masalah Alexandria lagi," cegah Lukas."Kau belum bercerita semuanya pada Davina? Bukankah dia calon istrimu? Harusnya dia mengetahui bagaimana masa lalu mu. Kalian akan menikah, semua harus dilakukan dengan terbuka, kalian tak boleh menyembunyikan tentang masa lalu dan masalah pribadi," tegur Lily."Aku akan menceritakannya nanti dengan dia," jawab Lukas tegas. Dia langsung ingin membawa sang Ibu ke kamarnya lagi. Semakin lama Ibunya mengobrol dengan Davina maka akan semakin banyak hal yang wanita itu tahu. Dan Lukas tak menyukainya."Davina Tante masuk dulu ya," pamit Lily."Ah iya Tante, hati-hati ya! Senang bertemu dengan Tante, selamat istirahat," jawab Davina berbasa basi. Bagaimanapun juga Davina sangat menghargai Ibu Lukas karena beliau adalah orang yang sangat baik di matanya. Davina langsung duduk kembali di sofa, sebenarnya dia sangat penasaran sekali dengan nama Alexandria, tak pernah sekalipun dia mendengar nama itu disebut oleh Tuan Lukas tapi nama itu juga terasa tidak lagi asing telinganya. Tak berapa lama Lukas kembali."Ayo aku akan mengantarmu pulang!" ajak Lukas. Mereka berjalan menuju garasi, dengan mengendarai mobil lexus seri limited edition nya. Saat Davina hendak masuk dan duduk ke kursi belakang, tiba-tiba Lukas melarangnya."Duduklah di depan bersamaku! Aku tak mau terlihat seperti seorang supir."perintah Lukas. Mobil melaju, mereka menyusuri jalan ke rumah Davina. Sepanjang perjalanan mereka diam, sekali Davina melihat ke arah Lukas."Alexandria?" tanya Lukas sambil terus melajukan mobilnya."Hah?" sahut Davina."Kau ingin bertanya tentangnya bukan?" tanya Lukas."Em, bolehkah aku tahu sedikit, Tuan? Jika di izinkan tentang Nona Alexandria," ujar Davina lirih sambil melirik ke arah Lukas."Dia kekasihku," jawab Lukas simpel."Di mana Tuan? Apakah dia di...""Luar negeri," sahut Lukas."Oh," sahutnya. Davina terdiam, dia paham sekarang mengapa Lukas mengajaknya untuk melakukan perjanjian pernikahan kontrak. Lukas sebenarnya sudah memiliki pasangan yang sedang tinggal di luar negeri, jadi dia hanya ingin menikah beberapa saat dengannya, sebelum akhirnya Lukas serta Alexandria akan kembali bersama. Di sisi lain, sebenarnya Alexandria lah yang pergi meninggalkan Lukas bersama selingkuhannya ke luar negeri. Bagi Alexandria Lukas itu lelaki yang kolot, dia lelaki monoton yang tak pernah jatuh cinta terkesan membosankan. Inilah yang membuat Lucas susah sekali untuk melupakan Alexandria. Meskipun Wanita itu telah berulang kali menyakitinya."Belok sebelah kiri, Tuan. Sampai sana saja, mobilku ini tak akan bisa masuk ke dalam gang," ujar Davina memberikan aba- aba."Kenapa ramai sekali di depan rumahku?" batin Davina sambil menutup mulutnya melongo melihat orang- orang berbadan besar sudah ada di depan rumahnya.SIAPAKAH MEREKA? APA REAKSI LUKAS SAAT TAHU TERNYATA ITU RENTERNIR?BERSAMBUNGRUMOR PANAS TUAN LUKAS!"Ada apa ini? Mengapa di rumahmu ramai sekali orang?" tanya Lukas.Davina tidak menjawab pertanyaan Lukas. Dia memilih untuk segera turun karena khawatir akan terjadi apa-apa dengan sang ibu. Ternyata dari belakang Lukas diam-diam mengikutinya. Nampak beberapa debtcollektor datang dengan angkuh menagih kekurangan pembayaran hutang sang ibu. Melihat Davina datang, ibunya pun segera bersembunyi di balik tubuhnya."Davina tolong aku! Davina mereka sedang mengejar-ngejar ku untuk masalah pembayaran hutang," adu ibu Davina."Ck! Jangan banyak drama kau! Cepat lunasi kalau semua tanggungan hutangmu. Kalau tidak maka aku akan menyita rumah ini. Kau jangan main-main dengan juragan ku!" bentak seorang pria yang bertubuh paling besar."Saya mohon maaf, Pak. Tolong beri saya waktu beberapa hari lagi, maka saya akan menyelesaikan semuanya," jelas Davina."Tidak! Tuanku terlalu banyak sekali memberikan kesempatan padamu, entah sudah keberapa kalinya dia memberikan kesempat
RUMOR SEPATU WANITA!"Ah iya aku ingat hari itu memang Tuan Lukas sangat aneh. Bahkan dia selalu kalah main game," gumam Davina."Apakah itu yang menyebabkan aku dan dia bisa dalam satu hotel bersama?" gumam Davina."Itu sih karena karyawan lain bersekongkol. Akhirnya Tuan Lukas mabuk, jika tidak begitu mana mungkin dia bisa di kalahkan," jelas Gina."Masalahnya Tuan Lukas itu sangat kuat mabuk. Mengapa dia bisa sampai tak ingat siapa yang memperkosanya? Bahkan dia minum banyak alkohol dan pergi keluar restoran dengan tegap tak oleng. Tapi saat dia membuka matanya dia sudah berada di hotel, bahkan dia tidak ingat setelah minum-minum dan saat sadar ternyata dia sudah menghabiskan malam bersama seseorang wanita yang hanya meninggalkan sebelah sepatunya. Lucu bukan?" sambung Gina."Gila juga ya kalau itu benar," sahut Eca."Iya betul sekali itu. Menurutku ini kejadian yang sangat menarik," sahut Davina asal menimbrung saja agar tak menimbulkan kecurigaan."Tunggu!" tegas Eca."Apalagi?"
PERAWAN YANG TERBUANG SIA-SIA"Kenapa kau menatapku seperti itu, Eca? Apakah ada yang salah dengan penampilanku," kata Davina sambil salah tingkah sendiri."Tidak. Hanya saja penampilanmu aneh sekali hari ini. Apakah kau tidak kepanasan?" tanya Eca."Hah?" sahut Davina."Benar juga. Ini kan musim panas, bukan musim penghujan. Ini musim kemarau kan? Suhunya bahkan bisa mencapai tiga puluh delapan derajat Celcius. Kenapa kau memakai blus lengan panjang?" tanya Gina menyadarinya."Oh sebenarnya anu, em aku sedikit sakit. Makanya aku tadi melamun karena aku pusing," kata Davina tergagap."Oh begitu. Kau jangan lupa jaga kesehatan ya! Saat ini kamu masih bisa santai tapi Perusahaan kita biasanya bekerja saat akhir pekan juga. Apalagi musim seperti ini, waktu nya peluncuran brand baru," jelas Gina."Iya iya. Terima kasih ya, aku akan ingat nasehat kalian," ucap Davina."Tapi aku benar-benar penasaran sih," kata Eca."Sebenarnya apa yang dipikirkan wanita pemberani itu? Sampai berani memperm
PERASAAN PADA THOMAS BUKAN LUKAS!"Bagaimana jika aku dipecat? Apalagi aku baru saja menandatangani perjanjian dengan Tuan Lukas. Jadi jangan sampai Tuan Lukas tahu siapa aku," keluh Davina."Bahkan Tuan Lukas sudah melunasi semua hutang kepada rentenir itu," kata Davina."Astaga berarti sekarang masalah Ibumu sudah selesai? Aku pikir itu masih dalam penwaran saja. Kenapa dia memutuskan secepat ini? Apakah kau justru tak curiga?" tanya Dea. Davina pun mengganggukkan kepalanya."Iya aku sudah menyelesaikan masalah itu dan kau tahu sendiri kan siapa lelaki di balik itu semua? Tentu saja Tuan Lukas. Semua! Tuan Lukas yang membantuku. Bahkan aku yakin mungkin sertifikat itu berada di tangan Tuan Lukas sekarang. Tak mungkin kan dia melunasi semua hutang kepada rentenir itu tanpa meminta jaminan? Dia bahkan tak akan mungkin memberikan padaku secara cuma-cuma. Pasti akan di serahkan jika aku sudah selesai dengan kontrak pernikahan itu," jelas Davina."Astaga, Davina! Kenapa masalahmu sekaran
HARGA DIRI LUKAS YANG TERLUKA'Ting' Pintu lift terbuka. Lukas nampak di dalam sana, dia membawa sesuatu yang mampu membuat Davina tertegun"Astaga kenapa dia sampai begitu? Kenapa harus di tenteng seperti itu? Tidak. Tidak pasti bukan kan? Ini bukan Tuan Lukas. Aku hanya mimpi saja! Aku halusinasi," kata Davina dalam hati saat melihat Lukas berada di dalam list sambil menenteng kantung paper bag berwarna bening berisi sepatunya."Selamat siang Tuan Lukas," sapa Thomas."Siang," sahut Lukas."Apakah ada yang bisa saya bantu Tuan Lukas? Kau mau ke mana?" tanya Thomas.Namun dia salah fokus sama seperti Davina melihat paper bag yang dibawa oleh Lukas. Thomas adalah salah satu sahabat Lukas yang bekerja pada nya juga. Karena Lukas tipikal orang yang tak mudah percaya pada orang lain."Tunggu! Itu apa yang kau bawa?" tanya Thomas."Benar apa maksud Tuan Lukas membawa sepatu seperti itu?" sahut Davina."Memang apalagi?" tanya Lukas seperti berpura-pura tak tahu apa yang sedang karyawannya
DAVINA DAN SEGALA PROBLEMANYA!Davina memasuki ruang kerja Lukas sesaat setelah pulang bekerja. Dia mengetuk pintu ruangan Lukas yang tertutup. Nampak Tuan Lukas sedang menandatangani beberapa file yang di serahkannya tadi siang."Selamat sore Tuan Lukas," sapa Davina."Bagaimana? Apakah rentenir itu masih mengganggu keluargamu?" tanya Lukas. Davina menggelengkan kepalanya."Terima kasih banyak Tuan Lukas. Semua berkat Tuan Lukas, mereka tak menggangguku lagi," jawab Davina. Lukas hanya tersenyum sini dia mengeluarkan surat dari laci meja kerjanya."Kau tahu ini?" tanya Lukas. Davina mengamati lembaran surat itu. Ternyata tak lain lembara itu adalah sebuah sertifikat tanah. Tak salah lagi tapi entah milik siapa."Bukankah itu sertifikat tanah, Tuan Lukas?" tanya Davina."Milikmu!" sahut Lukas."Kau bisa mendapatkan ini setelah kau menuruti semua permainanku dalam jangka waktu satu tahun. Sesuai dengan kesepakatan kita," sambung Lukas. Saat luka sambil menatap Davina dari atas sampa
DI MANA AKU HARUS MENCIUMMU?"Apa yang kau pikirkan, Davina?" selidik Lukas."Tuan Lukas, saya ingin menanyakan satu hal kepadamu lagi," pinta Davina."Tataplah mataku jika berbicara!" perintah Lukas. Davina pun mendongakan kepalanya."Apakah kita akan berhubungan badan juga ketika sudah menikah?" tanya Davina dengan polosnya."Kenapa tidak? Bukankah kita akan sah sebagai seorang suami istri dan pasangan? Apalagi aku memberimu banyak uang. Lalu apakah aku tidak boleh mencicipi sedikit bagian dari tubuhmu? Jika tidak boleh untuk apa aku menikahimu dan memberikan semuanya, Davina?" tanyang Lukas. Lukas berani berkata seperti itu karena dia yakin bahwa Davina tak akan bisa lari darinya. Apalagi saat sertifikat itu sudah ada di tangan Lukas, double kill untuk Davina. Yang makin membuat Lukas geram adalah, Davina tidak mau mengakui jika wanita yang memperkosanya malam itu adalah dirinya. Bulum lagi laporan dari mata-matanya yang menyelidiki Alexandria."Aku b
AYO KITA SEGERA MENIKAH DAVINA!"Sampai kapan kau akan hidup seperti ini, Lukas. Nikahi lah jika kau memang serius. Papa tak suka jika kau mempermainkan wanita. Apalagi jika wanita itu polos seperti Davina," jelas Papa Lukas."Iya kami akan menikah," jawab Lukas."Apa kau tidak terlalu cepat mengambil keputusan lagi? Dia adalah sekretarismu, tidak lebih. Rumor yang beredar nanti akan mempengaruhi harga saham perusahaan ," jelas Papa Lukas."Tidak, Pa. Aku hanya ingin menjadi menjadi anak baik. Sebagai anak yang berbakti aku harus cepat menikah agar kalian berdua tidak khawatir karena aku selalu pulang malam. Benar kan, Mah?" tanya Lukas. Mama Lukas menganggukkan kepalanya."Apalagi Mama harus segera menjalani operasi itu. Aku tak mau Mama menundanya lagi," jelas Lukas."Benar itu, Mama akan lega jika kau menikah. Karena pikiran Mama ketika kau memiliki istri, paling tidak akan ada yang merawatmu setelah Mama tidak ada," kata Mama Lukas."Tidak akan ada yang bisa mengambil Mama dariku.