PERJANJIAN NIKAH KONTRAK!
"Maaf Tuan Lucas, apakah tawaran pernikahan kontrak itu masih berlaku? Bolehkah saya mengambilnya?" tanya Davina sebelum Lukas menutup pintu mobilnya."Rupanya uang memang membutakan semuanya," ucap Lukas dengan tatapan mengintimidasi Davina."Apakah bisa, Tuan?" tegas Davina."Sayangnya dalam rumus hidupku tak pernah mengenal kesempatan kedua," terang Lukas."Ta-tapi Tuan Lucas saya mohon, beri saya kesempatan satu kali ini. Saya akan membuktikan kepada Tuan Lukas bahwa saya adalah seorang sekertaris dan istri kontrak yang bisa membantu Tuan melancarkan semuanya. Saya berjanji akan totalitas dalam kedua pekerjaan ini," ujar Davina."Masuklah!" perintah Lukas. Davina segera masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Lukas. Mobil alphard itu melaju di jalanan kota Eldoria. Lucas menatap Davina dengan tatapan tajam. Membuat Davina meneguk salivanya berkali-kali dengan kasar."Apa yang bisa kau lakukan untukku?" selidik Lukas."Sa-saya bisa menjadi apapun yang Tuan Lukas mau," tegas Davina. Nampak Lukas tersenyum sinis mendengar ucapan Davina. Matanya terpejam sebentar, menghirup aroma tubuh dari wanita yang ada di sampingnya itu. Mulai wajahnya, aroma yang di pakai mengingatkannya pada seseorang yang bersamanya semalam."Dia benar- benar mirip Alexandria dan aroma wanita yang memperkosaku semalam. Sialan!" umpat Lukas dalam hati.'Ting' Satu pesan masuk. Lucas merogoh saku nya yang ada dalam kantong jas.[Mama sudah pilihkan wanita untukmu, Lukas.]"Arrrggghhh! Sialan! Brengsek!" umpat Lucas. Davina refleks menengok dia kaget seperti melihat sisi lain Lukas yang selama ini tak pernah diketahuinya. Dia tak menyangka lelaki di hadapannya selain ambisius juga kasar sekali. Terlihat dari umpatan yang baru saja keluar dari mulut Lukas, tapi dia tak bisa mundur karena nasibnya akan hancur, keluarganya akan semakin terjerat hutang rentenir biadab."Ba-bagaimana, Tuan Lucas?" tanya Davina. Tiba-tiba Lucas berbalik arah sambil mencengkram kuat handphone di tangannya. Dia menahan semua emosi, pesan itu dari Mamanya wanita sangat egois itu. Lukas tersenyum menyeringai sinis memandang Davina. "Baiklah aku bisa memberikanmu kesempatan untuk menjadi istri kontrakku. Tapi aku memiliki persyaratan dan peraturan yang harus kau patuhi.""Peraturan apa itu Tuan Lukas? Bukankah hanya menandatangani perjanjian saja?" tanya Davina ketakutan."Ya. Tapi aku berubah pikiran setelah tadi pagi kau menolak ku. Pertama kau harus menginap di rumahku setelah kita menikah dan berpura-pura menjadi suami istri sebenarnya. Kau juga harus bekerja sebagai sekertaris dan tak boleh telat walau pun satu menit. Potongan gaji setiap keterlambatan mu!" jawab Lukas. Davina melongo mendengar semua peraturan Lukas. Dia berpikir ini bukanlah pekerjaan dobel lagi, namun masuk kategori kerja rodi. Sedangkan Lukas tersenyum penuh arti, saat Davina mau menandatangani perjanjian itu maka masalah hidupnya akan selesai."Jadi kau yang bertanggung jawab penuh pada hidupku," tegas Lucas."Gilaaa! Benar- benar sosok bos mengerikan. Haruskah aku bekerja pada monster berwujud manusia ini?" batin Davina dalam hati. Lukas mengulurkan tablet kepada Davina dan membaca kontrak kerja menjadi istri kontrak Tuan Lukas. "A-apa saya harus memutuskan sekarang, Tuan?""Mau atau tidak?" bentak Lukas."Ma-Mau, Tuan Lukas," jawab Davina dengan tergagap."Bagus! Perjanjiannya sudah kau pegang. Sebelum kau tanda tangan. Aku akan memberikanmu tiga kesempatan bertanya. Tak ada kesempatan kedua lagi! Tanda tangani jika setuju!" perintah Lukas."Apakah saya tidak bisa mempertimbangkan ini semalam saja?" bujuk Davina."KAU MAU ATAU TIDAK!" bentak Lukas. Lagi, bentakan Lukas membuat Davina terlonjak kaget."I-iya Tuan," jawab Davina. Dengan bermodal nekat, Davina pun menandatangani surat perjanjian kontrak kerja itu. Saat hendak tanda tangannya, Davina melihat satu poin perjanjian yang mengerikan yaitu denda satu Milyar jika melanggar atau tuntutan penjara."Tu- Tuan, poin ini?" tanya Davina menunjukkan satu poin terakhir."Ya! Bagus bukan? Ini namanya keadilan, sama- sama mengikat dan menguntungkan," jawab Lukas sambil memainkan kuku tangannya."Kalau kau tak mau silahkan, kau bisa pergi setelah sampai rumahku," ucap Lukas sambil melirik ke arah jam nya."Arrrgggghhhh! LUCASINDO SIALANNNNN! AWASSSS KAU YAAA!" geram Davina."Satu, dua, tiga! Sampai hitungan ke lima kau tak segera menandatanganinya maka aku anggap perjanjian ini batal," ucap Lukas."Hah? I-iya, Tuan!" sahut Davina dengan panik langsung menandatangani perjanjian itu tanpa melihatnya lagi."Tapi Tuan, bisakah saya meminta uang dua ratus juta itu sekarang? Maaf, Tuan. Saya sungguh terpaksa untuk melakukannya. Ada hal yang lebih penting dari pada harga diri saya saat ini," ucap Davina menunduk malu."Apa itu?" sahut Lukas."Rumah mendiang Ayah saya yang akan di sita rentenir. Ibu saya yang terancam penjara jika tidak melunasinya. Mereka hanya memberi waktu tiga hari. Saya tak akan meminta syarat lain. Saya mohon, Tuan," jelas Davina. Lukas gamang, dia mencoba memainkan intuisi dan insting bisnisnya saat ini. Jika dia melepaskan Davina maka kemungkinan terburuknya dia akan terikat pernikahan dengan koleganya dan tak bisa mengatur calon pengantinnya. Jika dia mengabulkan semua keinginan Davina maka dia akan mengontrol Davina, wanita polos di depannya ini akan menjadi bonekanya."Saya tahu mungkin Tuan Lukas akan gamang sekarang. Tapi sungguh saya mohon, untuk kali ini saja, tolong saya, Tuan!" pinta memelaskan mukanya."Baiklah!" jawab Lucas."Hah?" sahut Davina kaget Lukas bisa mengabulkan permintaannya dengan entengnya."Kita akan mulai pekerjaan hari ini. Kali ini kau harus datang dan ikut ke rumahku. Pas! Ini jam bekerja mu sebagai istri kontrakku di hari pertama," kata Lucas."Hah?" sahut Davina mendongakkan kepalanya dan berdiri perlahan."Kau ingin uang dua ratus juta kan? Jadi tunjukkan kesungguhanmu dulu! Yakinkan keluargaku," tegasnya. Belum sampai satu jam, Davina bersama Lucas namun dia berhasil di buat tampak bodoh dan hanya bisa kaget berkali- kali dengan tingkah ajaib presiden direkturnya kali ini."Maaf Tuan, saya di sini bekerja sebagai sekretaris dan Istri kontrak saja kan? Bukan menemui keluarga besar juga kan?" tanya Davina."Baca poin perjanjian empat puluh sembilan dari lima puluh poin!" perintah Lukas."Sebagai seorang sekretaris harus menjalankan semua yang di inginkan Tuan Lucas tanpa mengeluh," ucapan Davina. Davina terdiam, dia benar- benar kecolongan. Mobil masuk ke pelataran rumah Lukas, Davina melongo melihatnya, rumah itu mirip istana."Paham kan?" tanya Lucas sambil membenahi jasnya dan pergi turun ke dalam rumah."Sialan! Aku di jebak si brengsek muda itu!!!!!!!" geram Davina lirih."Merusak tablet yang berisi perjanjian kontrak akan di denda!" teriak Lukas saat turun dari mobil."Arrrrrhhhhhhh! LUCASINDO!!!!" pekik Davina tertahan. Dia pun segera menghela nafas panjang dan ikut turun membuntuti Lukas."Tunggulah dan duduk di situ!" perintah Lukas. Davina pun menganggukkan kepalanya. Dia duduk di sofa ruang tamu rumah Presiden direkturnya itu sambil menikmati kemegahan rumahnya. Terdapat satu buah foto keluarga besar di mana ada seorang wanita duduk di tengah sedangkan di samping kanan dan kirinya diapit oleh dua lelaki yaitu Lukas dan Ketua Dewan komisaris utama. Lukas berjalan masuk ke dalam rumahnya, dia berjalan ke kamar milik sang ibunda. Terlihat wanita cantik berusia lima puluh tahunan lebih duduk di kursi roda sambil melihat ke arah depan balkon yang menghadap taman. Lukas berjalan mendekatinya."Mah," panggil Lukas."Bagaimana tentang perjodohan itu?" tanya mama Lukas, bernama Lily."Aku tadi masih di jalan," sahut Lukas mencoba mengalihkan pembicaraan."Bagaimana? Wanita dari keluarga mana yang akan kau pilih, Nak?" tanya Lily sekali lagi."Aku sudah membawa wanita yang ingin aku nikahi, Ma. Jadi Mama tak usah repot-repot untuk menjodohkan ku," jawab Lukas.AKANKAH LILY MERESTUI DAN MEMBATALKAN PERJODOHANNYA?BERSAMBUNGALEXANDRIA BUKAN DAVINA!"Mama, aku sudah membawa wanita yang aku inginkan menjadi istriku, Ma. Kami akan menikah, jadi Mama tak usah repot-repot untuk menjodohkan ku," jawab Lukas. Wanita yang berada di kursi roda itu pun membalikkan badannya."Kau jangan asal menikahi seorang wanita, Lukas. Kau ini adalah seorang Presiden direktur, pewaris keluarga. Harus mempertimbangkan bebet, bibit, dan bobotnya," ujar Lily."Mama tenang saja, Ma. Mama sudah mengenalnya secara garis besar wanita ini," ucap Lukas sambil berjalan dan duduk jongkok di hadapan sang Ibu."Siapa? Dia kolega dari mana? Orang tuanya pemimpin perusahaan apa?" tanya Lily."Dia adalah sekretarisku, Davina," jelas Lukas."Davina? Sekertaris mu? Mengapa kau bisa tiba-tiba bersama wanita itu? Bagaimana ceritanya? Jangan-jangan kau hanya mempermainkan Mama dan dirinya ya?" cerca Lily sambil menatap Lukas penuh selidik."Tidak Ma. Mengapa Mama selalu buruk sangka kepadaku? Aku benar-benar menjalin hubungan dengannya dan jika Mam
RUMOR PANAS TUAN LUKAS!"Ada apa ini? Mengapa di rumahmu ramai sekali orang?" tanya Lukas.Davina tidak menjawab pertanyaan Lukas. Dia memilih untuk segera turun karena khawatir akan terjadi apa-apa dengan sang ibu. Ternyata dari belakang Lukas diam-diam mengikutinya. Nampak beberapa debtcollektor datang dengan angkuh menagih kekurangan pembayaran hutang sang ibu. Melihat Davina datang, ibunya pun segera bersembunyi di balik tubuhnya."Davina tolong aku! Davina mereka sedang mengejar-ngejar ku untuk masalah pembayaran hutang," adu ibu Davina."Ck! Jangan banyak drama kau! Cepat lunasi kalau semua tanggungan hutangmu. Kalau tidak maka aku akan menyita rumah ini. Kau jangan main-main dengan juragan ku!" bentak seorang pria yang bertubuh paling besar."Saya mohon maaf, Pak. Tolong beri saya waktu beberapa hari lagi, maka saya akan menyelesaikan semuanya," jelas Davina."Tidak! Tuanku terlalu banyak sekali memberikan kesempatan padamu, entah sudah keberapa kalinya dia memberikan kesempat
RUMOR SEPATU WANITA!"Ah iya aku ingat hari itu memang Tuan Lukas sangat aneh. Bahkan dia selalu kalah main game," gumam Davina."Apakah itu yang menyebabkan aku dan dia bisa dalam satu hotel bersama?" gumam Davina."Itu sih karena karyawan lain bersekongkol. Akhirnya Tuan Lukas mabuk, jika tidak begitu mana mungkin dia bisa di kalahkan," jelas Gina."Masalahnya Tuan Lukas itu sangat kuat mabuk. Mengapa dia bisa sampai tak ingat siapa yang memperkosanya? Bahkan dia minum banyak alkohol dan pergi keluar restoran dengan tegap tak oleng. Tapi saat dia membuka matanya dia sudah berada di hotel, bahkan dia tidak ingat setelah minum-minum dan saat sadar ternyata dia sudah menghabiskan malam bersama seseorang wanita yang hanya meninggalkan sebelah sepatunya. Lucu bukan?" sambung Gina."Gila juga ya kalau itu benar," sahut Eca."Iya betul sekali itu. Menurutku ini kejadian yang sangat menarik," sahut Davina asal menimbrung saja agar tak menimbulkan kecurigaan."Tunggu!" tegas Eca."Apalagi?"
PERAWAN YANG TERBUANG SIA-SIA"Kenapa kau menatapku seperti itu, Eca? Apakah ada yang salah dengan penampilanku," kata Davina sambil salah tingkah sendiri."Tidak. Hanya saja penampilanmu aneh sekali hari ini. Apakah kau tidak kepanasan?" tanya Eca."Hah?" sahut Davina."Benar juga. Ini kan musim panas, bukan musim penghujan. Ini musim kemarau kan? Suhunya bahkan bisa mencapai tiga puluh delapan derajat Celcius. Kenapa kau memakai blus lengan panjang?" tanya Gina menyadarinya."Oh sebenarnya anu, em aku sedikit sakit. Makanya aku tadi melamun karena aku pusing," kata Davina tergagap."Oh begitu. Kau jangan lupa jaga kesehatan ya! Saat ini kamu masih bisa santai tapi Perusahaan kita biasanya bekerja saat akhir pekan juga. Apalagi musim seperti ini, waktu nya peluncuran brand baru," jelas Gina."Iya iya. Terima kasih ya, aku akan ingat nasehat kalian," ucap Davina."Tapi aku benar-benar penasaran sih," kata Eca."Sebenarnya apa yang dipikirkan wanita pemberani itu? Sampai berani memperm
PERASAAN PADA THOMAS BUKAN LUKAS!"Bagaimana jika aku dipecat? Apalagi aku baru saja menandatangani perjanjian dengan Tuan Lukas. Jadi jangan sampai Tuan Lukas tahu siapa aku," keluh Davina."Bahkan Tuan Lukas sudah melunasi semua hutang kepada rentenir itu," kata Davina."Astaga berarti sekarang masalah Ibumu sudah selesai? Aku pikir itu masih dalam penwaran saja. Kenapa dia memutuskan secepat ini? Apakah kau justru tak curiga?" tanya Dea. Davina pun mengganggukkan kepalanya."Iya aku sudah menyelesaikan masalah itu dan kau tahu sendiri kan siapa lelaki di balik itu semua? Tentu saja Tuan Lukas. Semua! Tuan Lukas yang membantuku. Bahkan aku yakin mungkin sertifikat itu berada di tangan Tuan Lukas sekarang. Tak mungkin kan dia melunasi semua hutang kepada rentenir itu tanpa meminta jaminan? Dia bahkan tak akan mungkin memberikan padaku secara cuma-cuma. Pasti akan di serahkan jika aku sudah selesai dengan kontrak pernikahan itu," jelas Davina."Astaga, Davina! Kenapa masalahmu sekaran
HARGA DIRI LUKAS YANG TERLUKA'Ting' Pintu lift terbuka. Lukas nampak di dalam sana, dia membawa sesuatu yang mampu membuat Davina tertegun"Astaga kenapa dia sampai begitu? Kenapa harus di tenteng seperti itu? Tidak. Tidak pasti bukan kan? Ini bukan Tuan Lukas. Aku hanya mimpi saja! Aku halusinasi," kata Davina dalam hati saat melihat Lukas berada di dalam list sambil menenteng kantung paper bag berwarna bening berisi sepatunya."Selamat siang Tuan Lukas," sapa Thomas."Siang," sahut Lukas."Apakah ada yang bisa saya bantu Tuan Lukas? Kau mau ke mana?" tanya Thomas.Namun dia salah fokus sama seperti Davina melihat paper bag yang dibawa oleh Lukas. Thomas adalah salah satu sahabat Lukas yang bekerja pada nya juga. Karena Lukas tipikal orang yang tak mudah percaya pada orang lain."Tunggu! Itu apa yang kau bawa?" tanya Thomas."Benar apa maksud Tuan Lukas membawa sepatu seperti itu?" sahut Davina."Memang apalagi?" tanya Lukas seperti berpura-pura tak tahu apa yang sedang karyawannya
DAVINA DAN SEGALA PROBLEMANYA!Davina memasuki ruang kerja Lukas sesaat setelah pulang bekerja. Dia mengetuk pintu ruangan Lukas yang tertutup. Nampak Tuan Lukas sedang menandatangani beberapa file yang di serahkannya tadi siang."Selamat sore Tuan Lukas," sapa Davina."Bagaimana? Apakah rentenir itu masih mengganggu keluargamu?" tanya Lukas. Davina menggelengkan kepalanya."Terima kasih banyak Tuan Lukas. Semua berkat Tuan Lukas, mereka tak menggangguku lagi," jawab Davina. Lukas hanya tersenyum sini dia mengeluarkan surat dari laci meja kerjanya."Kau tahu ini?" tanya Lukas. Davina mengamati lembaran surat itu. Ternyata tak lain lembara itu adalah sebuah sertifikat tanah. Tak salah lagi tapi entah milik siapa."Bukankah itu sertifikat tanah, Tuan Lukas?" tanya Davina."Milikmu!" sahut Lukas."Kau bisa mendapatkan ini setelah kau menuruti semua permainanku dalam jangka waktu satu tahun. Sesuai dengan kesepakatan kita," sambung Lukas. Saat luka sambil menatap Davina dari atas sampa
DI MANA AKU HARUS MENCIUMMU?"Apa yang kau pikirkan, Davina?" selidik Lukas."Tuan Lukas, saya ingin menanyakan satu hal kepadamu lagi," pinta Davina."Tataplah mataku jika berbicara!" perintah Lukas. Davina pun mendongakan kepalanya."Apakah kita akan berhubungan badan juga ketika sudah menikah?" tanya Davina dengan polosnya."Kenapa tidak? Bukankah kita akan sah sebagai seorang suami istri dan pasangan? Apalagi aku memberimu banyak uang. Lalu apakah aku tidak boleh mencicipi sedikit bagian dari tubuhmu? Jika tidak boleh untuk apa aku menikahimu dan memberikan semuanya, Davina?" tanyang Lukas. Lukas berani berkata seperti itu karena dia yakin bahwa Davina tak akan bisa lari darinya. Apalagi saat sertifikat itu sudah ada di tangan Lukas, double kill untuk Davina. Yang makin membuat Lukas geram adalah, Davina tidak mau mengakui jika wanita yang memperkosanya malam itu adalah dirinya. Bulum lagi laporan dari mata-matanya yang menyelidiki Alexandria."Aku b