Share

ANAK PELUNAS HUTANG!

last update Huling Na-update: 2024-01-02 23:51:18

ANAK PELUNAS HUTANG

"Aku pulang," sapa Davina sepulang kerja.

"Masuklah!" perintah seorang wanita sambil membuka pintu.

Davina pun masuk ke dalam rumah tanpa rasa curiga sedikit pun. Namun, baru beberapa langkah dia sudah disambut oleh sang ibu yang melotot tajam ke arahnya.

"kau dari mana saja? Mulai berani ya kau tidak pulang semalaman. Apakah kau terlahir dengan bakat menggoda pria sekarang? Mau jadi wanita murahan? Jalang? Setelah Ayahmu mati lalu berpikir kau bisa tak pulang dengan semaumu!" bentak wanita itu.

"Ma- maafkan aku, Bu. Maaf, aku semalam lembur sampai larut malam," jawab Davina.

"Lembur? Hahaha. Alasan konyol! Lalu dari mana kau mendapatkan pakaian itu? Aku masih sangat ingat ketika kau keluar rumah pakaianmu adalah setelan blazer kerja, bukan kemeja dengan rok pendek seperti ini! Apakah kau ingin berbelanja dengan semua uang gajimu itu? Berfoya-foya tanpa memikirkan menebus sertifikat rumah ini! Anak durhaka," hardik wanita yang di panggil Ibu oleh Davina.

"Maaf Bu, Maaf," ujar Davina sambil berjalan ke arah kamarnya.

"Oh kau mulai berani bersikap semaumu ya! Baik, rasanya memang aku harus bersikap semauku juga. Aku menjualnya rumah ini saja untuk melunasi semua hutang Ayahmu!" ancam Ibu Davina.

Ucapan ibunya membuat Davina menoleh dan menatap nanar ke arah wanita yang dipanggilnya ibu itu, tetapi dia tak pernah merasakan kasih sayang dan sentuhan hangat seorang ibu darinya.

"Tidak, Bu. Aku tidak mau rumah ini dijual! Ini adalah kenangan dari Ayah! Bagaimanapun dan apapun yang terjadi aku tak akan mau dan tak rela jika Ibu menjualnya," protes Davina.

"Berani dan lancang mulutmu meneriaki Ibumu seperti itu? Jika memang kau tak ingin rumah ini dijual pikirkan bagaimana cara melunasi hutang itu! Jika tidak ibu akan menjualnya dan kita bisa pindah ke rumah yang lebih kecil," ancamnya.

"Berapa jumlah uang hutang Ayah? Hanya kurang lima puluh juta kan? Aku akan mencarikannya. Tak perlu sampai menjual rumah ini," ucap Davina.

"Dua ratus juta," tegas Ibu Davina.

"Siapkan uangnya dalam tiga hari! Jika tidak aku akan nekat menjualnya rumah ini!" kata ibu Davina langsung pergi.

"Dua ratus jut? Dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu?" batin Davina.

Dia berjalan ke kamar lalu melihat foto bersama sang ayah, karena selama ini hanya ayahnya lah yang menyayanginya. Davina memutuskan segera masuk ke dalam kamar mandi, selama ini hanya kamar mandi lah saksi bisu tangisnya. Saat melepas bajunya, dia memandangi tubuhnya yang penuh dengan cupang hasil kegilaannya semalam. Itu adalah pertama kalinya Davina mabuk dan kehilangan kendali, dia tak menyangka jika harus terjebak bersama presiden direkturnya.

"Bodoh Davina! Bodoh! Bodoh! Bodoh sekali," ucap Davina terus memukuli kepalanya sendiri.

Davina menangis jijik pada dirinya sendiri, sekarang dia tak punya apa-apa lagi selain rasa hina setelah ditinggal ayahnya dan harga dirinya pun juga sudah tak ada. Apa yang bisa dia banggakan sekarang? Tak ada. Dia ternoda, namun dia juga tak berani mengatakan ini semua dan meminta pertanggungjawaban pada presiden direkturnya. Hanya diam pasrah dan mengalah itulah Davina selama ini.

"Tuan Lukas," gumam Davina.

Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk berhutang kepada perusahaan dan mengatakannya langsung kepada Presiden direkturnya mengingat selama ini dia sudah bekerja dengan sangat baik dan tak pernah melakukan kesalahan fatal. Apalagi nominal yang cukup besar.

"Rasanya Tuan Lukas cukup bijak untuk hal ini. Semoga saja dia memberiku uang itu," batin Davina dengan seulas senyum penuh harap.

*****

Keesokan harinya Devina berangkat ke kantor masih dengan mengenakan hem lengan panjangnya. Dia bertemu dengan Leo di koridor, personal asisten Lukas.

"Perasaan ini masih musim panas. Mengapa kau menggunakan pakaian seperti itu? Apa kau tidak gerah?" tanya Leo.

"Tidak aku lebih nyaman begini," jawab Davina singkat.

"Davina bukankah semalaman kau yang mengikuti presiden direktur untuk acara pembukaan Mega mall itu?" tanya Leo mulai ke arah pembicaraan serius. Davina pun menganggukkan kepalanya.

"Apakah kau sudah mendengar rumor yang terjadi?" selidiknya. Wanita itu pun tersentak dan memandang wajah Leo, dia dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Tidak! Aku tidak tahu apapun," tegas Davina.

"Ah, sayang sekali. Asal kau tahu presiden direktur sedang mencari wanita yang menghabiskan malam itu bersamanya! Presiden direktur kita di-per-ko-sa!" bisik Leo.

"Hah? Diperkosa?" pekik Davina.

"Stttt! Jangan keras- keras!" sahut Leo menutup mulut Davina.

"Sial bagaimana aku bisa memperkosanya? Aku bahkan tak sadar jika melakukan dengannya. Mengapa Tuan Lukas mengatakan aku memperkosanya," gerutu Davina dalam hati.

"Ya, ini hanya rahasia kita berdua. Dia seolah-olah menghilang setelah memperkosa presiden direktur, tapi bodohnya meninggalkan satu buah sepatu di kamarnya," bisik Leo.

"Lalu apa yang presiden direktur lakukan?" tanya Davina penasaran.

"Aku sudah mengecek seluruh bagian CCTV hotel tetapi tidak ada gerakan yang mencurigakan hanya ada dirimu yang masuk ke dalam ruangan hotel miliknya. Apakah itu..."

"Apa kau menuduhku sebagai wanita yang memperkosa direktur?" kata Davina panik dan menatap wajah Leo.

"Hahaha itu konyol sekali! Rasanya tidak mungkin bukan? Bagaimana Davina yang polos ini bisa melakukan hal itu. Apalagi sepatu itu berwarna merah menyala, bukan dirimu sekali. Sayangnya CCTV itu belum begitu canggih, jadi tak bisa mendeteksi warna. Hanya gambaran Hitam putih saja," ujar Leo.

"Syukurlah kalau begitu," ujar Davina lirih.

"Apa yang kau katakan Devina?" selidik Leo.

"Ah tidak! Aku tidak mengatakan apapun, mari kita segera ke atas.Presiden direktur akan ada meeting pagi ini, dia akan marah jika kita tidak tepat waktu dan terlambat hanya satu menit sajam" kata Davina mengalihkan pembicaraan.

Mereka sama-sama bekerja melayani Tuan Lukas. Tepat setelah jam makan siang dan memberi kudapan, Davina menghela napas panjang. Dia membawa nampan berisi secangkir kopi dan beberapa potong bakery dari salah satu hotel bintang lima, khusus untuk Tuan presiden direkturnya. Davina mengetuk pintu.

"Masuk!" perintah Leo.

"Permisi Tuan," kata Davina.

Lukas menganggukkan kepalanya. Davina meletakkan semua itu di meja sofa, Lukas berjalan ke arahnya. Davina melirik sekilas ke arah meja kerja Lukas dan ternyata sepatu itu masih ada di sana.

"Sampai kapan dia akan terobsesi dan berambisi untuk mencari wanita dengan sepatu itu. Hal ini membuatku menjadi tidak nyaman. Tuhan tolong selamatkan aku kali ini saja," batin Davina.

"Kenapa kau berdiri di sana?" tanya Lukas melihat Davina yang berdiri mematung sambil memandangi sepatu itu.

"Tidak Tuan," kata Davina.

"Lalu kenapa kau tidak segera pergi?"

'Glek' Davina meneguk ludahnya dengan kasar. Dia ingin mengatakan masalah uang namun dengan tatapan Lukas di keder juga.

"Em... Ma- Maaf Tuan, sa- saya ingin cash bon uang gaji saya," kata Davina sambil tergagap.

"Oh! Bilang saja pada bagian keuangan," perintah Lukas sambil menyeruput kopinya.

"Ta- tapi jumlah uangnya dua ratus juta."

APA REAKSI LUKAS?

BERSAMBUNG

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ranjang Panas Milik Tuan Lukas   EXTRA PART

    EXTRA PART"Tuhan terima kasih! Terimakasih!" pekik Lukas sambil terus memeluk Davina, dia menciumi Davina kemudian mengelus perlahan Davina ya memang sedikit menggendut."Aku pikir kau gendut karena terlalu banyak makan, ternyata kalau hamil," gumam Lukas. Davina langsung mendelikkan matanya ke arah Lukas."Oh kalau aku gendut aku tak cantik lagi? Begitu?" protes Davina. Lukas langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat dan menyadari kesalahannya."Tidak Sayang, tidak. Kau mau gendut atau kurus tetap cantik, kau makin montoq dan menggairahkan saat gendut. Apalagi saat ini, kau sedang mengandung buah cinta. Mari kita periksa, kita harus segera memeriksakan kehamilanmu, Davina," jawab Lukas."Tapi benar ka, Tuan Lukas? Aku masih cantikkan?""Tentu dong. Cantikmu bertambah berkali kali lipat saat hamil, jadi jangan sampai bayi ini kenapa-kenapa ya, Sayang. Dia akan menjadi seorang yang hebat kelak karena memiliki orang tua seperti kita. Aku pastikan itu, jika dia wanita akan cantik se

  • Ranjang Panas Milik Tuan Lukas   KEHAMILAN MEMBAWA BERKAH!

    KEHAMILAN MEMBAWA BERKAH!TAMAT!"Aku takut kecewa, Bu. Bagaimana kalau ini hanya sakit biasa" tanya Davina."Kalau memang kau tak hamil maka tak masalah. Toh kalian masih punya banyak waktu yang penting, kita tespek dulu agar jelas semuanya. Ibu yakin kau hamil," jawab"Entahlah, Bu. Aku takut," kata Davina."Aku takut banyak berharap. Karena selama ini aku juga tak kunjung hamil," sambungnya lagi.Tak lama Bi Sun pun kembali dengan membawa tespek yang sudah dipesan oleh Nyonya Rita. Davina ingin mengetesnya, dia sudah tak sabar sekali."Bu, bolehkah aku mengetesnya sekarang?" tanya Davina."Sebenarnya yang paling valid adalah besok pagi, Nak. Pipis pertamamu setelah bangun tidur. Tapi jika kau memang penasaran dan jujur Ibu pun juga sangat penasaran sekali. Bagaimana kalau kita cek kali ini saja? Kalau memang haslnya samar kau bisa mengulang lagi besok pagi," usulnya. Davina mengangguk setuju dengan usul Nyonya Rita."Baik, Bu," kata Davina.Untung saja Davina belum terlalu banya

  • Ranjang Panas Milik Tuan Lukas   Pergi Membeli Tespek

    Pergi membeli tespek "Kau kenapa?" tanya Ibu Davina melihat putrinya sedikit berubah. "Kau nampak tak sehat, Sayang? Kau sakit ya? Pucat sekali," sambungnya. "Benarkah aku nampak pucat, Bu?" sahut Davina. Nyonya Rita menganggukkan kepalanya. "Pantas saja Tuan Lukas khawatir," batinnya lagi. "Aku merasa tidak enak badan dari semam, Ma. Sudah beberapa hari mungkin namun aku terus menahannya. Aku rasanya seperti terkena terus-terusan masuk angin. Karena beberapa malam ini aku selalu lembur malam. Aku setiap pagi akan selalu berkali-kali muntah, entah mengapa aku merasa akhir-akhir ini begitu parah," jelas Davina. "Apa kau sudah periksa? Jangan-jangan kau terkena asam lambung. Kau setres karena pekerjaan? Apakah kau juga bekerja berat akhir-akhir ini?" tanya Nyonya Rita sambil menghampiri putrinya yang berada di sofa ruang tamu. Davina menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak, Ma. Aku tidak pernah punya riwayat sakit maa

  • Ranjang Panas Milik Tuan Lukas   KAU KENAPA, DAVINA?

    KAU KENAPA, DAVINA? "Lalu? Kenapa kok diam begitu tiba-tiba? Aku kira aku tak menginginkan anak dariku," kata Lukas sambil cemberut. "Tentu itu tidak mungkin, Tuan Lukas. Aku juga sangat mencintaimu dan memiliki anak darimu juga adalah salah satu impianku. Tapi bukankah ini aneh sekali, Tuan Lukas?" tanya Davina menoleh ke arah Lukas dengan wajah yang susah di artikan. "Aneh? Apanya yang aneh?" sahut Lukas. "Jika dipikir-pikir kita hampir melakukannya setiap hari. Bahkan kau tak pernah melakukan itu menggunakan pelindung kan? Tapi kenapa aku belum hamil juga ya?" gumam Davina. Lukas mengelus kepala Davina. Bukan tanpa alasan dia sangat yakin jika Tuhan pastilah tahu mana yang terbaik dan kapan waktu yang tepat untuk mereka memiliki anak. Karena kalau di pikir lagi memang benar apa yang dikatakan Davina itu. "Waktu Tuhan pasti yang terbaik, Davina. Apakah itu berarti kau mau kan memiliki anak dariku?" tanya Lukas.

  • Ranjang Panas Milik Tuan Lukas   ANAK DARI DAVINA?

    ANAK DARI DAVINA? "Sekarang urusan kita sudah selesai kan? Ayo kita cepat masuk dan selesaikan apa yang kita lakukan di pagi hari lagi," aja Lukas. "Lagi?" tanya Davina. Lukas langsung mengangguk denga semangat. "Tentu! Kenapa kau terlihat seperti tidak tahu apa-apa dan meragukan kemampuanku begitu. Sudah aku bilang padamu untuk menyelesaikannya sekali di pagi hari tapi kau menundanya, aku baru keluar sekali. Kurang dua kali," bisik lukas sambil memeluk Davina. "Ck! Baiklah. Karena itu permintaanmu maka aku akan lakukan dengan senang hati, Tuan Lukas. Andai Ibu tahu apa alasan ku terlambat tadi dua puluh menit adalah kau harus melayani Tuan Lukas, akankah dia mengomel?" gumam Davina. "Tak akan berani," sahut Lukas mengecupnya. Ya, kini Lukas memang memiliki kebiasaan baru jika badannya pegal maka dia akan meminta Davina untuk memijatnya setelah bercumbu mesra. Mereka pun segera mengendarai mobil itu pulang ke rumah. Davina

  • Ranjang Panas Milik Tuan Lukas   AYO KITA SELESAIKAN LAGI

    AYO KITA SELESAIKAN LAGI"Aku tidak bisa merasa lebih baik tentang hal itu, kau akan menjadi Ibu suatu saat nanti. Jadi kau tak akan pernah mengerti bagaimana sakitnya hatiku. Tidak peduli seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkannya, aku hanya ingin kau tahu saja apa alasanku memperlakukanmu," sambungnya. Davina tersenyum sinis."Tunggu saja sampai aku merasa kasihan padamu," ujar Davina kekeh.Jujur saja, sebenarnya hatinya sudah terusik sekali ingin segera membantu Mama angkatnya tapi mengingat lagi semua perlakuan lama angkat yang selama ini membuatnya cukup sakit hati. Apalagi Mama angkatnya juga tak pernah mengatakan maaf sekalipun, baru kali ini dia mendengar ucapan maaf dari mama nya.Tnpa diduga tiba-tiba mama angkat Davina berdiri dari kursinya. Kemudian di langsung menjatuhkan dirinya, dia terduduk di lantai bersimpuh. Ini adalah hal yang mustahil dilakukan oleh mama angkat Davina jika tidak dalam situasi yang sangat mendesak dan itu sempat membuat Davina terpe

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status