Share

Ranjang Panas Milik Tuan Lukas
Ranjang Panas Milik Tuan Lukas
Penulis: Secilia Abigail Hariono

TUAN LUKAS DI PERKOSA WANITA!

TUAN LUKAS DI PERKOSA WANITA!

"Itu membuatku ingin mencium bibirmu, Tuan," kata Davina sambil berjingkat memeluk lukas.

'Cup' bibir mereka saling beradu, awalnya hanya sekedar saling menempel namun lama- lama menjadi lumatan. Dengan beraninya Davina mendorong tubuh Lukas sampai lelaki itu berbaring diatas kasur hotel. Dia menduduki perut rata Lukas kemudian melumat bibir Lukas lagi.

"Ahhhh, mmmmhhh," desahan keluar dari bibir mereka.

"Kau tidak menyuruhku untuk tidak melakukannya kan?" tanya Lukas memandang wajah Davina.

"Aku bisa beranggapan kita sama- sama mau kan, Tuan?" sahut Davina sambil membuka atasan bajunya.

Sontak saja perbuatan Davina itu menampakkan dua gundukan buah dada yang tampak bulat di hadapan Lukas yang tertindih di bawah. Lukas langsung membalik keadaan.

"Sekali lagi aku bilang, kau akan dalam masalah kalau memintaku untuk melakukannya. Karena itu memacu birahiku," ujar Lukas.

"Sttt! Nikmati saja, Tuan," perintah Davina sambil membuka kancing baju Lukas.

"Aku akan memberikannya untuk mu malam ini! Malam yang penuh gairah membara."

Panasnya wine yang ada dalam tubuh mereka kali ini membuat keduanya kehilangan kendali. Hal yang seharusnya tak terjadi antara atasan dan bawahan. Davina yang sudah kehilangan kesadarannya justru membuka bajunya sendiri di hadapan Lukas. Tanpa banyak berkata Lukas langsung menindihnya.

"Agh... Tu- Tuan..." erangan Davina ketika dua tangan Lukas bermain di putingnya. Lukas mulai mencubit, menekan dan memelintirnya.

"Akhhhh! Sakit," gumam Davina lirih saat Lukas mengisapnya.

"Ah maaf, kalau begitu apakah boleh begini?" tanya Lukas sambil memberikan bekas cupang di leher, tangan, dan pundak Davina, tangannya tak berhenti meremas.

"Ck! Itu ekspresi sakit menikmati bukan sakit siksaan bukan! Hahaha," sindir Lukas sambil memasukkan tangan nya ke lubang kehangatan milik Davina.

"Ahhhh! Aghhh!" pekik Davina tertahan.

"Kau pasti sensitif di bagian sini ya? Lihatlah," kata Lukas sambil menunjukkan cairan milik Davina dan menjilatnya tanpa rasa jijik sedikitpun.

"Kau tidak jijik, Tuan?" tanya Davina.

"Rasa ini manis sekali."

"Cepat masukkan Tuan," bentak Davina sambil melebarkan kakinya.

"Kau sangat tidak sabaran rupanya! Baiklah kalau begitu!" kata Lukas langsung menindih Davina.

"Aggghhh!" teriak Davina sambil mencengkram seprai hotel.

"Bukan kah kau yang memintanya? Bagaimana?" Emhhh... Kedutan lubang milikmu sangat erat! Apakah kau baru melakukannya?"

"Ahhh...Haaa,,,, Ughhh! I- ini terlalu besar, Tuan," kata Davina dengan terbata- bata.

Tanpa menjawab Lukas langsung melumat bibir Davina. Mereka melakukannya dengan penuh nafsu semalaman. Meninggalkan bekas cupang di sekujur tubuh Davina dan Lukas tanda malam penuh gairah.

Pagi datang, Davina membuka matanya, dia menyapu ke seluruh ruangan. Kepalanya sakit sekali, dia mendengar suara nafas lelaki asing dari belakang punggungnya. Saat Davina menoleh dia justru melihat sosok yang sangat familier.

"APA? INI BOHONG KAN?" pekik Davina sambil menutup mulutnya tak percaya.

"Sungguh, pasti bukan! Aku telah menghabiskan malamku bersama Tuan Lukas, Tuan Presiden Direktur!" teriak Davina dalam hati, wajahnya seketika wajahnya memucat.

"Gilaaaa!" teriaknya melihat kembali ke arah Lukas yang memang telanjang dalam selimut yang sama dengannya.

Dengan perlahan Davina langsung beranjak dari kasur agar tak membangunkan Lukas. Dia langsung mengambil baju nya yang berserakan di lantai serta sepatu heelsnya kelua berlari tanpa alas seperti orang bodoh.

Di sisi lain, Lukas terbangun dari tidurnya. Dia memegangi kepalanya yang begitu sakit kemudian menyibak selimut.

"Astaga," gumam Lukas lirih mendapati tubuhnya yang telanjang tanpa sehelai pakaian. Dia terdiam dan mencoba mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi.

"Sialan! Aku tak mengingatnya sama sekali," kata Lukas sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

Saat hendak turun dari ranjang, dia melihat sepatu wanita di sana. "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa karena aku minum banyak wine semalam?"

Dengan segera Lukas mengambil pakaian dalamnya dan mencari wanita itu ke seluruh ruangan hotelnya. 'Brak' dengan kasar Lukas membuka pintu kamar mandi, kosong.

"Tidak ada! Dia tidak ada di kamar mandi maupun ruang tidur. Tidak ada jejak wanita itu. Bagaimana bisa?" gumam Lukas.

"Apakah aku melakukannya?" batin Lukas memandangi semua ruang hotel itu.

Tidak ada bekas kondom, tanda itu bukan lah malam yang di sengaja. Namun di seprei terdapat banyak bercak darah.

"Apakah wanita itu baru pertama kali melakukan ini?" batin Lukas sambil berjalan ke kamar mandi.

Saat bercermin Lukas melihat bekas cupang memenuhi tubuhnya, tanda betapa ganasnya perempuan itu memperkosanya.

"Bagaimana bisa seorang Presiden Direktur perusahaan besar di perkosa seorang wanita? Memalukan! Bahkan aku tak tahu siapa wanita itu! Apakah mungkin anak perawan memperkosa dengan beringas? Sialan!" umpat Lukas sambil segera bersiap berangkat di kantornya.

****

"Se- selamat pagi Tuan Lukas," sapa Davina sambil membungkukkan badannya sata presiden direkturnya itu lewat.

Lukas melewati Davina tanpa banyak bicara. Dia masuk dalam ruangannya lalu mengeluarkan sepatu wanita dalam tasnya. Sepatu berwarna merah menyala, tanda pemakai sepatu ini wanita yang pemberani. 'Tok' 'Tok'

"Masuk!" perintah Lukas.

"Permisi Tuan," kata Davina menyodorkan beberapa file yang harus dia tanda tangani.

"Semua file kontrak yang harus Tuan tanda tangani," sambung Davina sambil membungkukkan badan hendak berpamitan. Saat mendongakkan mata, dia melihat sepatu nya ada diatas meja Presdirnya itu.

"Sial! Kenapa sepatuku bisa tertinggal ya?" batin Davina mencoba mengingatnya.

"Kau tahu sepatu siapa ini?" tanya Lukas melihat Davina memandangi sepatu itu.

"Ah, Ti- tidak, Tuan," ucap Davina tergagap.

"Permisi Tu- Tuan, saya harus pergi meeting dengan bagian team devisi satu," kata Davina langsung berpamitan. Davina keluar ruangan dengan tergesa.

"Mati aku! Mati aku! Bagaimana bisa aku sangat ceroboh seperti ini? Kenapa aku harus keluar hotel tanpa alas sampai tak menyadari sepatuku tertinggal.

"Tenang Davina! Tenang. Dia tidak akan menemukanmu, kau cukup diam dan berpura- pura selah- olah tak tahu apapun," batin Davina menghela nafasnya panjang.

Tanpa di sadari Davina, Lukas mengamati gerak geriknya dari dalam ruangan kerjanya. Karena ruangan itu di batasi kaca riben.

"Mengapa Davina mengenakan baju panjang di tengah cuaca musim panas seperti ini? Semalam Davina lah yang menemaniku menghadiri acara peresmian Mega Mall itu. Apakah ini..." gumam Lukas sambil mengambil gagang telpon yang ada diatas meja kerjanya.

"Halo, Leo! Aku mau kau mengumpulkan semua data rekaman CCTV lorong kamar hotel tempatku menginap. Cari tahu siapa wanita yang masuk sebelum atau sesudah ku masuk," perintah Lukas.

"Kau tak akan pernah bisa lari! Sejauh apapun kau bersembunyi dalam diam mu, maka aku akan menemukanmu!" geram Lukas menatap tajam ke arah Davina.

AKANKAH LUKAS TAHU JIKA WANITA ITU ADALAH SEKERTARISNYA SENDIRI DAVINA? LALU APA REAKSI YANG AKAN TERJADI?

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status