Kedatangan Seorang Wanita Asing "Wahh itu ya Tuan Lukas," bisik salah satu istri dewan komisaris. "Iya iya, tumben sekali dia datang ya. Padahal biasanya di saat genting seperti ini dia akan selalu membuat onar. Entahlah apa yang ada di pikirannya, andai dia menajdi anak yang baik seperti Tuan Sean rasanya jabatan CEO akan mudah di dapatkannya," sahut seorang Ibu-ibu lagi. "Ini ternyata alasannya selama ini. Aku akan pastikan semua segera terungkap! Rasanya bosan juga menjadi boneka," batin Lukas dalam hati. "Benar, apalagi suamiku juga mengatakan Tuan Lukas selalu tepat dalam membidik target, semua perusahaan yang di handle nya akan lolos tander. Tapi sepertinya dia tak terlalu berminat melanjutkan perusahaan, sedangkan Tuan Sean ah rasanya tak pantas membahasnya," imbuhnya. "Aku juga dengar gosip itu! Dia sangat payah kan?" bisiknya sambil cekikikan. Lukas tersenyum getir menengar percakapan dua ibu-ibu itu. Ternyata sudah menjadi rahasia umum tentang semua kelakuan Sean. In
NYONYA RITA DAN SEMUA TINGKAHNYA MISTERIUS!"Tapi dia itu sedikit unik unik unik," jelasnya lagi."Kenapa?" tanya Lukas."Dia itu hobi sekali bermain judi dan casino. Bahkan dia tak tanggung-tanggung saat berjudi dan entah kenapa dia selalu menang dalam setiap permainannya. Bahkan dia dijuluki sebagai dewa judi, hidupnya sangat privasi sekali. Dia benar-benar sosok wanita yang misterius," jawab Sean."Kau rupanya mengetahui banyak hal juga," sahut Lukas."Ck! Jujur saja, jika dia memiliki usia sepantaran kita rasanya aku akan jatuh cinta dengan wanita model begitu. Tak banyak bicara namun selalu berhasil mematikan lawannya. Bahkan dari dulu sampai sekarang. dia juga menggelontorkan banyak uang di perusahaan kita. Namun dia tak mau menduduki posisi komisaris," terang Sean."Wahh, aku cukup terkejut dengan seleramu," ucap Lukas."Aku memang suka wanita seperti itu. Lihatlah, bukankah sangat elegan sekali. Dari cara dia bertingkah laku. Apapun dilakukan elegan, namun di balik itu semua t
TELPON DARI IBU!"Oh ya ini dia," ujar Nyonya Rita sambil merogoh sakunya dia mengeluarkan sebuah kartu nama."Apa ini, Nyonya?" tanya Lukas."Ini kartu nama milikku. Jika kau mengalami kesulitan datanglah dan temuilah aku," ujar Nyonya Rita berbalik arah.Tanpa menunggu jawaban Lukas dan Sean, Nyonya Rita itu langsung pergi tanpa berkata-kata. Tingkah itu membuat Sean dan Lukas terbengong akan tingkahnya karena selama ini jarang sekali Nyonya Rita memberikan identitasnya kepada siapapun. Jika memang ada orang yang bertemu ingin bertemu dengannya, maka harus menghubunginya secara langsung dengan datang ke kantor."Gila! Kau benar-benar hebat, bagaimana bisa pesonamu membuat seorang Nyonya Rita takluk juga padamu?" tanya Sean. Lukas menggedikkan bahunya, namun seulas senyum tersimpul di wajahnya."Kau benar-benar bisa menembak orang yang bagus, Nyonya Rita. Sepertinya kita akan menjadi rekanan yang menguntungnkan," batin Lukas."Kenapa kau tersenyum misterius begitu?" sindir Sean."Ka
PANGGILAN TUAN LIEM!"Ada apa Lagi?" tanya Davina."Apa kau sudah memberitahu tentang rencanaku kepada tuan Lukas dan Tuan Liem tentang apa yang aku minta," jawab Mama Davina."Aku sudah bilang dari awal kepadamu kan? Aku tidak akan pernah melakukan hal itu. Aku tidak akan pernah mengatakan apapun kepada Tuan Lukas, apalagi kepada ayah Mertuaku, Tuan Liem. Tidak ada alasan untukku membantu Kan?" sahut Davina."Sialan kau! Mau kau jadi anak durhaka? Hah? Kau tak ingat bagaimana dulu? Tanpa aku kau bisa apa? Gelandangan yang akan di pinggir jalan," sanggahnya."Ck! Aku sudah memberi tumpangan rumah untuk kau dan Leo, kan? Jadi aku harap kau sedikit tahu diri. Aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan tapi aku tak peduli hal itu," terang Davina.Dia menghela nafasnya panjang, berusaha menguatkan hatinya untuk tak gampang kasihan dengan orang lain. Lelah sudah selama ini dia mengalah, selalu tertindas karena perasaan bersalah dan simpatinya yang gampang luluh. "Hahaha kau lucu sekali. Ak
DAVINA MENYINGKIR? ATAU DISINGKIRKAN? SEMUA DEMI LUKAS? BENARKAH? "Permisi, selamat pagi Tuan," sapa Davina. "Ya, Masuk!" perintah Tuan Liem. Davina pun masuk, dia mengenakan setelan blazer berwarna ungu muda rambutnya digerakin nampak manis sekali. Begitupun Tuan Liem, dia mengenakan hem dengan warna hitam nampak kesan angker, dingin, dan maskulin. Terpancar dari wajahnya, meskipun pria itu sudah setengah baya namun tidak terlihat begitu tua di mata Davina. "Duduklah Davina!" perintah Tuhan Liem. Davina pun menganggukkan kepalanya. Dia sedikit membungkuk, menghormati, dan kemudian duduk di kursi tamu. Begitupun Tuan Liem, dia duduk di samping Davina mereka saling bersampingan. "Davina," panggil Tuan Liem. Davina mendongakkan kepalanya. "Apakah kau tahu kenapa aku ingin menemuimu hari ini?" tanya Tuan Liem. Davina menghela nafasnya panjang. Dia mengepalkan tangannya, sepenuh hati, jiwa, dan raganya sangat emosi, sedih, dan campur aduk saat ini. Dia sudah tahu bahwa maksu
LICIKNYA TUAN LIEM"Ya, dia takut kalau di rumah sendiri. Ini yang aku takutkan dari sebuah pernikahan, ini akan mengganggu keberhasilannya. Tapi aku rasa ada sesuatu yang ganjal juga," ucapnya."ganjal? Apa itu, Tuan Liem?" tanya Davina mengerutkan keningnya dengan heran."Dia menikah denganmu tetapi dia tidak berniat melakukannya juga, jadi setengah ingin menikah setengah tidak. Bukankah pernikahan kalian itu belum terdaftar resmi? Apa kau dadar itu, Davina? Kalian hanya menikah secara gereja saja, aku bertanya pada Stevanus ternyata dia belum mendaftarkannya. Menurutmu mengapa dia melakukannya. Karena itu aku ingin mendengar pendapatmu langsung, lalu memanggilmu ke sini. Aku cukup kaget tahu semua itu," ujar Tuan Liem.Mendengar semua ucapan Tuan Liem, membuat Davina langsung terdiam. Mengenai masalah itu, Davina pun tahu dan menyadari sepenuhnya. Karena ini memang merupakan kesepakatan mereka dari awal. Lukas sengaja tak mendaftarkan penikahan mereka karena permintaan Davina agar
RENCANA DAVINA, TUAN LIEM, DAN LUKAS!"Terima kasih Tuan Liem, aku akan memegang janjimu itu," kata Davina.Davina segera pergi ke kantor. Dia berbuat seolah tak terjadi apa-apa di sana, dia tak ingin mengatakan apa yang terjadi sebenarnya kepada Lukas, saat sampai di kantor. Untung saja Davina belum terlambat, dia belum melihat Lukas masuk ke ruangan. Dia berbisik ke arah Eca,"Apakah Tuan Lukas belum datang?" tanya Davina pada Eca."Kenapa? Apa kalian bertengkar sehingga tak berangkat bersama?" tanya Eca balik."Tidak, aku tadi ada keperluan lain," jawab Davina."Kau sepertinya sangat menikmati sekali peranmu menjadi istri seorang CEO," sindirnya.Davina pun hanya melengos, dia melihat ke arah ruangan kerja Lukas yang masih kosong. Entah mengapa beberapa minggu belakangan ini setelah semua teman, rekan kerjanya di bagian divisi tahu bahwa dia sudah menikah dengan Lukas, Davina merasa tidak nyaman. Karena apapun yang diperbuatnya seolah-olah selalu berhubungan dengan Lukas. Padahal
UGKAPAN CINTA DAVINA, TANDA PERPISAHAN!"Tunggu! Aku mau makan dulu. Aku lapar sekali," sanggah Lukas menolak Davina."Kenapa? Kau menolakku, Tuan Lukas?" tanya Davina kaget.Lukas menggelengkan kepalanya perlahan. Karena sebenarnya dia lapar sekali, dia justru takut tak fokus memuaskan Davina dan takut performanya tak maksimal. Mengingat dia sangat lapar karena selama siang hari sibuk oleh pekerjaan yang menumpuk. Ya, tentu saja pekerjaan yang di buat oleh Sean dan harus segera di selesaikannya agar perusahaan tak begitu merugi.'Cup' satu kecupan mendarat di bibir Davina."Tidak begitu, aku lapar. Justru aku takut rasa laparku ini akan membuat pertempuran kita tidak maksimal. Aku mau mengisi perut, agar bisa memuaskanmu," jawab Lukas. Davina tersenyum, dia bergelendot manja di lengan sang suami."Aku sudah masak makanan yang lezat untukmu, Tuan Lukas. Aku lebih lapar darimu sekarang," bisiknya."Benarkah? Kenapa kau tak makan?" tanya Lukas heran."Tidak. Aku mau makan bersama suami