Home / Romansa / Ranjang Panas Sang Sekretaris / 3. Hanya Diatas Kertas

Share

3. Hanya Diatas Kertas

Author: Mima Rahyudi
last update Last Updated: 2024-02-27 09:13:14

1 tahun yang lalu...

"Mom, aku belum ingin menikah! Mommy tahu kan aku masih ingin berkarir!" seru Gaga, sambil menatap sebal pada wanita yang sudah berusia 50 tahunan dihadapannya itu.

"Mau sampai kapan kamu menunda? Usiamu sudah 27 tahun dan kamu belum menikah. Mommy hanya ingin kamu bahagia sebelum Mommy menutup mata, sayang. Dan Elena adalah gadis yang tepat untuk kamu. Menikah tidak akan mempengaruhi pekerjaan dan karirmu!"

"Belum 30 tahun, Mom. Aku masih muda," elak Gaga lagi, "Diluar sana banyak pria yang baru menikah setelah umur 40 tahun."

"Mommy tidak mau tahu, pokoknya kamu harus menikah dengan Elena," balas wanita itu, "Wanita itu cantik dan cerdas, seksi lagi. Kamu pasti menyukainya! Mommy hanya ingin kamu mendapatkan wanita yang tepat untuk anak laki-laki Mommy."

Wanita itu, Cecilia Dirgantara, adalah mommynya Gaga. Wanita itulah yang menginginkan Gaga menikah dengan Elena, anak dari sahabatnya yang bernama Wilona. Wilona sebenarnya hanyalah orang biasa, namun memang merupakan sahabat Cecilia sejak masa sekolah. Wilona yang selalu bermimpi bisa hidup serba ada dan kaya raya, tentunya sangat menginginkan Elena bisa menikah dengan Gaga.

Sementara itu, di rumah mungil yang hanya dihuni dua wanita beda generasi, yaitu ibu dan anak juga tengah terjadi perdebatan sengit.

"Kamu harus bisa mengambil hati Gaga. Dia akan menjadikan hidupmu enak setelah ini, Elena," kata Wilona kepada putrinya.

"Aku hanya suka uangnya, Mam. Tidak suka dengan orangnya," balas Elena yang sama-sama seperti Wilona, menyukai uang dan hidup mewah.

"Lama-lama kamu akan cinta sama Gaga kalau kamu tahu seberapa kayanya Gaga," kata Wilona sambil tersenyum, "Ayolah, sayang. Kamu bayangkan akan menjadi nyonya besar Dirgantara itu seperti apa, apapun yang kamu inginkan hanya tinggal membalikkan telapak tangan, Gaga akan memberikan semua kebutuhanmu."

"Mami ini ingin hidup enak juga, tapi anaknya yang dijadikan umpan," gerutu Elena, "Kenapa nggak mami saja yang cari duda kaya raya dan meminta jadi suami mami, biar mami bisa hidup enak!"

"Karena hanya kamu satu-satunya orang yang bisa menjadi salah satu dari bagian keluarga Dirgantara, Elena," balas Wilona, "Pokoknya mami jamin kamu akan hidup enak jika mau bersama Gaga."

Suatu sore yang cerah, dua anak manusia yang sebelumnya belum pernah bertemu, akhirnya memutuskan untuk bertemu di sebuah cafe. Gaga tengah duduk di kursinya sambil memegang ponselnya, sedangkan Elena duduk di kursi yang ada di seberang Gaga, sambil memainkan kuku-kuku lentiknya.

Gaga memang pertama kali melihat Elena terkesan, karena gadis itu memang sangat cantik, ditambah lagi dia sepertinya memang pintar bersolek, sehingga apa yang dia kenakan selalu terlihat serasi dan sesuai dengan tubuhnya yang memang seksi.

Elena sendiri ketika pertama kali bertemu dengan Gaga juga terkesima, bagaimana tidak? Ternyata pria yang dijodohkan dengan dirinya adalah pria tampan, kalau begini, tentu saja Elena tidak akan menolak. Gaga adalah pria sempurna dambaan setiap wanita.

Gaga memiliki rambut hitam kecoklatan, seperti setengah ikal, yang terlihat rapi. Bibirnya tipis dan semakin tampan ketika tersenyum, sehingga banyak wanita terpesona. Kulitnya putih seperti susu, tapi sedikit kecoklatan, ditambah lagi mata keburukannya, menandakan dia adalah pria blasteran.

Tingginya sekitar 180cm dengan badan yang proporsional dan atletis, tampak jelas jika dia selalu melakukan gym dan work out. Dia mengenakan pakaian yang tampak elegan, dengan kemeja berwarna abu-abu dan celana hitam yang memiliki siluet potongan yang pas di tubuhnya. Dibalik kemejanya itu, pastilah tersembunyi dada bidang dan enam kotakan perut yang mempesona, sungguh memang Gaga ini bak dewa tampan tanpa cela. Wanita manapun pasti akan jatuh cinta pada pria itu.

"Jadi, kamu setuju dengan perjodohan ini?" tanya Gaga dengan nada dingin. Elena cukup terkejut dengan sikap Gaga.

"I-iya," jawab Elena dengan gugup.

"Aku akan menyetujui perjodohan ini, dengan syarat kamu juga memenuhi peraturan dari aku," kata Gaga

Elena hanya menganggukkan kepala saja, tidak menyangka jika pria yang dijodohkan dengan dirinya ternyata adalah pria dingin dan tidak ada ramah-ramahnya sama sekali.

"Pertama, pernikahan ini hanya pernikahan diatas kertas, demi memenuhi keinginan Mommy aku," kata Gaga, "Tentunya juga mami kamu. Sama-sama menyusahkan anaknya demi sebuah ambisi."

Ciutlah sudah nyali Elena untuk menggoda pria itu supaya bertekuk lutut diperlukannya, namun nyatanya ternyata pria yang dijodohkan dengan dirinya merupakan pria dingin dan sama sekali tidak ada senyum. Bahkan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya seperti sebuah ultimatum yang tidak boleh dibantah siapapun.

"Iya, aku mengerti," kata Elena

"Selama menjadi istri aku, semua kebutuhanmu akan aku penuhi, kamu berhak atas nafkah dari aku, tetapi hanya nafkah lahir, tidak untuk nafkah bathin. Kamu tidak punya hak untuk menuntut itu padaku." Gaga tampak masih saja bersikap dingin, meski dihadapannya adalah wanita cantik, calon istrinya. Namun namanya laki-laki, jika sudah tidak cinta mau apa lagi. Pastilah dia akan bersikap dingin bahkan justru menutup diri.

"Apakah kamu mengerti sampai disini?" tanya Gaga

"Mengerti," jawab Elena

"Ketika kita sudah menikah nanti, kamu akan tinggal dirumahku, bersama Mommy aku, karena aku tidak mungkin meninggalkan Mommy yang sudah sering sakit, kita memang akan sekamar, tapi jangan berharap kita akan satu ranjang. Bersikaplah manis di depan Mommy seolah kita adalah pasangan suami istri yang bahagia," kata Gaga.

"Akan aku usahakan," balas Elena

"Satu lagi, jangan ikut campur urusan pribadiku apapun itu, karena aku juga tidak akan ikut campur dengan urusan pribadimu," kata Gaga.

Elena hanya tersenyum kecut dengan semua syarat yang diajukan oleh Gaga. Pupus sudah harapannya untuk membuat Gaga jatuh cinta pada dirinya, nyatanya pria itu tetap saja tidak tertarik dengan keseksian tubuhnya. Entah terbuat dari apa hati pria itu, hingga sepertinya tidak tertarik dengan makhluk yang disebut wanita. Ataukah Gaga memiliki kelainan orientasi seksual?

Gaga melakukan itu semua karena memang dia tidak cinta dengan Elena, karena didalam hatinya sudah ada wanita lain yang selama dua tahun terakhir ini sudah mengisi hari-harinya dengan sangat indah. Sayangnya, Cecilia tidak suka dengan wanita pilihan Gaga, hanya karena profesi wanita itu adalah seorang sekretaris. Sepertinya ada cerita menyakitkan dibalik kebencian Cecilia pada seorang sekretaris.

Malam itu Gaga tidak pulang ke rumah, dia memilih pulang ke apartement dan ditemani oleh Beryl. Hari-hari Gaga memang banyak dihabiskan bersama Beryl selama ini, seakan dikantor tidak pernah ada puasnya.

"Sayang, sebentar lagi aku akan menikah dengan Elena. Jika saja boleh menolak maka aku akan menolak, tapi ini keinginan Mommy," kata Gaga sambil bersandar di pundak wanita cantik itu

"Tidak apa-apa, Sayang. Aku tidak Masalah kalau kamu menikah dengan Elena, toh kamu nggak cinta juga sama Elena," balas Beryl sambil mengusap lembut rahang pria itu.

"Harusnya kamu yang ada dipelaminan itu bersamaku, bukan wanita lain," kata Gaga.

"Suatu saat mimpi itu akan terwujud, Sayang," balas Beryl

"Maafkan aku, ya. Andai saja Mommy tidak sakit-sakitan, sudah pasti aku akan menolaknya dan diam-diam menikahi kamu," kata Gaga.

Pria itu kemudian merubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan wanita cantik yang selalu tampil sederhana namun tetap elegan, seorang gadis cantik yang berasal dari sebuah desa, mengadu nasib ke kota dengan menyelesaikan kuliahnya lalu bekerja sebagai sekretaris, dan tidak menyangka justru bertemu Gaga ditempat dia bekerja.

"Sampai kapanpun aku hanya menyayangi kamu," kata Gaga yang kemudian mencium lembut bibir wanita itu.

Dering ponsel mengejutkan Gaga, ternyata dari asisten rumah tangganya.

"Ada apa, Bibi Brenda?" tanya Gaga setelah mengangkat teleponnya

"Nyonya baru saja jatuh di kamar mandi dan sekarang sedang perjalanan ke rumah sakit, Tuan Muda!" jawab Brenda, wanita yang sudah sejak kecilnya Gaga bekerja di keluarga Dirgantara.

"Ap-apa...."

Gaga bergegas ke rumah sakit, kali ini Beryl tidak ikut karena wanita itu tahu, pasti keluarga besar Dirgantara akan menolak keberadaannya.

Sampai dirumah sakit, ternyata sudah ada Elena dan maminya Wilona. Ternyata Cecilia mengalami serangan stroke untuk yang kedua kalinya, dan dokter mengatakan ini lebih parah dari serangan pertama sekitar tiga tahun yang lalu.

Kondisi Cecilia sedikit membaik setelah diberikan penanganan, namun begitu sepertinya Cecilia mengalami kelumpuhan hingga harus mendapatkan perawatan intensif dahulu, meski begitu Cecilia masih bisa bicara.

"Gaga, Mommy minta tolong bisa?" tanya Cecilia dengan suara lemahnya

"Mommy istirahat saja, memangnya Mommy ingin apa?" tanya Gaga dengan wajah cemasnya

"Besok, nikahi Elena, Mommy takut waktu Mommy sudah tidak lama lagi. Mommy hanya ingin melihat kamu menikah dengan Elena, sehingga kelak kamu sudah ada yang mengurus jika Mommy sudah tidak ada," jawab Cecilia

Gaga hanya menatap Elena dengan tatapan dingin, sementara Wilona tampak tersenyum sumringah mendengar permintaan sahabatnya itu pada putranya. Sebentar lagi, putrinya akan menyandang gelar Nyonya Dirgantara.

"Baik, Mom," kata Gaga

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   18. Harus Bahagia Bersama Beryl

    Gaga menyandarkan tubuhnya ke meja dengan ekspresi serius yang kembali muncul di wajahnya. "Kita bicarakan nanti malam, setelah semuanya selesai," katanya dengan nada yang lebih tegas, menegaskan bahwa mereka berdua harus kembali pada peran mereka sebagai eksekutif di perusahaan ini.Beryl mengangguk lagi, menyesuaikan sikapnya dengan situasi. "Baiklah, Ga. Aku tunggu nanti," jawabnya, suaranya tetap penuh dengan arti meskipun kata-kata yang keluar terdengar biasa.Setelah beberapa detik hening, Gaga melirik ke arah Beryl dan tersenyum. "Sampai nanti, sayang," katanya dengan nada yang lebih lembut, lalu melangkah menuju pintu kantor, meninggalkan Beryl yang masih memandangi dirinya dengan tatapan menggoda.Pagi itu, suasana di ruang rapat kantor terasa tegang. Semua mata tertuju pada Gaga yang duduk di ujung meja, tampak serius dan berwibawa. Farhan, yang duduk di sisi lain meja, tampak lebih santai namun dengan sorot mata yang tajam. Meski mereka berdua tidak banyak berbicara, ada ke

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   17. Pagi Itu Bersama Gaga

    Dalam hati Beryl tersenyum tipis, meski ekspresinya tetap terjaga dengan kesan dingin dan serius. "Kamu mulai masuk perangkapku, Farhan," desisnya dalam hati, merasakan bahwa langkahnya semakin mendekatkan mereka pada tujuan yang ia inginkan. Beryl tahu, ia harus memainkan peranannya dengan hati-hati. Farhan, dengan ambisi besarnya, sedang jatuh ke dalam jebakan yang telah ia siapkan. Semua yang ia butuhkan hanyalah sedikit dorongan, dan Farhan, dengan segala ambisinya, tampak semakin terikat pada janji-janji yang ia tawarkan.Senyum tipis itu tak terlihat di wajah Beryl, namun ada kepuasan yang mengalir di dalam dirinya. Semua yang telah ia rencanakan semakin jelas, dan kini, Farhan adalah bagian penting dari scenario skema balas dendamnya terhadap Gaga. Mungkin Farhan tidak menyadari betapa ia sebenarnya sedang dikuasai oleh permainan Beryl, namun itu tak menjadi masalah baginya. Yang terpenting, ia sudah berhasil menarik Farhan ke dalam permainan ini."Jadi, kita mulai merencanak

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   16. Permainan Baru Dimulai

    Farhan duduk dengan cemberut di depan laptop, matanya terfokus pada layar yang penuh dengan data yang tampaknya sulit untuk ditembus. Keningnya berkerut, dan ia mendecakkan lidahnya dengan kasar."Ckk! Kenapa susah sekali menembus sistem keamanan perusahaan Gaga?" gerutunya, frustrasi dengan kendala yang terus ia hadapi. "Siapa sebenarnya di balik Gaga?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri, berharap bisa menemukan petunjuk yang mengarah pada kelemahan perusahaan itu.Ia menatap layar laptop untuk beberapa saat, lalu menghela napas panjang. "Aku harus bisa mendapatkan saham perusahaan yang sekarang menjadi milik Elena!" katanya dengan tekad, berusaha menyemangati dirinya.Tak lama, Farhan meraih ponselnya dan menghubungi Elena. Suaranya terdengar lembut, meskipun ketegangan yang ia rasakan masih jelas terdengar. "El, bisakah kita bertemu hari ini, sayang?" tanya Farhan dengan nada yang penuh harap.Dari ujung telepon, suara Elena terdengar lemah dan terputus-putus. "Aku nggak bisa, Ha

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   15. Tidak Mau Melepaskan Semuanya

    Elena baru saja tiba di rumah setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tubuhnya masih terasa lemas, namun ada rasa lega yang melingkupi hatinya. Gaga, yang selama ini tampak dingin dan tak peduli, kini berubah menjadi pria yang perhatian. Ia tak pernah membayangkan Gaga akan seperti ini—mengingatkannya untuk makan secara teratur, memastikan dia istirahat, bahkan terlihat cemas saat Elena terbaring lemah di rumah sakit.Namun, di balik semua perhatian itu, Elena merasa ada yang tidak beres. Di satu sisi, ia senang karena perhatian Gaga memberikan rasa nyaman, terutama di masa-masa sulit seperti ini. Tapi di sisi lain, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Gaga bukanlah pria yang pernah ia cintai—perasaannya tetap tertambat pada Farhan, pria yang dulu meninggalkan jejak mendalam di hatinya. Farhan adalah cinta pertamanya, seseorang yang tak pernah benar-benar bisa ia lupakan.Elena menyadari, selama beberapa minggu terakhir, hubungannya dengan Gaga terasa

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   14. Aku Tidak Rela Kamu Diperalat

    Elena terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemas. Perasaan mual yang terus menghantuinya setiap pagi membuat tubuhnya semakin rentan, namun di balik rasa tak nyaman itu, ada satu perasaan lain yang kini menghantui hatinya—rindu pada Farhan. Meski berada dalam pernikahan dengan Gaga, pikirannya terus berkelana pada pria lain yang mengisi ruang-ruang kosong dalam hatinya.Dengan tangan yang sedikit gemetar, dia meraih ponsel yang tergeletak di meja samping ranjang. Dia mencari nama Farhan di daftar kontaknya dan segera meneleponnya. Beberapa detik berlalu, suara di seberang menjawab.“Halo, sayang?” suara Farhan terdengar, nada malas dan dingin, tapi Elena tidak menyadarinya. Di telinganya, suara itu masih lembut, seperti biasa.“Farhan, aku dengar Gaga marah-marah soal perusahaannya tadi pagi. Apa itu ulah kamu?”

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   13. Kamu Terima Beres

    Pagi itu, Gaga terbangun dengan suasana hati yang cukup baik. Namun, suasana berubah drastis ketika sebuah panggilan dari Beryl mengejutkannya.Telepon berdering keras, memecah keheningan di kamar. Gaga segera meraihnya dan melihat nama Beryl di layar. "Sayang, ada apa?" tanyanya, masih dengan suara serak karena baru bangun."Ada masalah besar, Mas," jawab Beryl dengan nada tegang. "Saham perusahaan kita merosot tajam. Aku sedang memeriksa sistem, dan sepertinya seseorang berhasil membobol backdoor perusahaan."Gaga terdiam sejenak, otaknya yang masih setengah tidur langsung terjaga sepenuhnya. "Apa? Bagaimana bisa terjadi?""Aku juga baru mengetahuinya. Aku langsung menyalakan laptop dan mengecek laporan pagi ini. Ada yang mengakses data kita melalui jalur belakang. Ini bukan serangan biasa," jawab Beryl, suara di telepon terdengar serius dan penuh fokus.Gaga mulai merasakan keringat dingin di punggungnya. Dia segera duduk tegak di tempat tidur,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status