Share

6. Kamu Tinggal Terima Beres

Siang itu, Gaga baru saja selesai melakukan rapat staf dengan ditemani Beryl. Keduanya lalu sama-sama duduk di sofa yang ada diruang kerja Gaga. Gaga tengah ingin bermanja dipelukan wanita cantik itu, tapi Beryl menolak. Apalagi Beryl tengah memangku laptopnya.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Gaga

"Tunggu sebentar, Sayang. Aku sedang mengecek sesuatu," jawab Beryl

"Pekerjaan sudah selesai, kenapa kamu masih saja sibuk dengan laptopmu?" tanya Gaga sambil mengerucutkan bibirnya

"Karena ini lebih penting dari godaanmu," jawab Beryl dengan tanpa memandang wajah pria yang dia cintai itu. Matanya tetap tertuju pada laptopnya.

Gaga akhirnya memposisikan duduknya kembali menjadi tegak, agak kesal karena wanita kesayangannya itu justru sibuk dengan pekerjaannya sendiri.

"Lihat ini!" seru Beryl sambil menunjukkan layar laptopnya. Yang dilihat Gaga hanya semacam kode-kode yang tidak dia pahami.

"Apanya yang dilihat?" tanya Gaga, tidak mengerti, "Kalau kamu menunjukkan aku angka-angka profit keuangan perusahaan aku paham. Ini hanya angka-angka rumit dan seperti konfigurasi-konfigurasi yang aku nggak jelas maksudnya apa."

"Seminggu terakhir ini perusahaan oleh Malware," jawab Beryl

"Apa itu malware? Aku sedikit tahu saja soal itu," kata Gaga

"Malware (Malicious Software) merupakan sebuah program yang dirancang bertujuan untuk merusak dengan menyusup ke sistem komputer." Beryl menjelaskan, "Data perusahaan sedang tidak aman, sepertinya penyusup mengincar aset perusahaan."

"Dari mana kamu tahu? Dan siapa pelakunya?" tanya Gaga. Kali ini dia tampak berwajah serius

"Aku tidak bisa menebak pelakunya siapa, tapi yang jelas dia adalah orang yang tahu seluk beluk perusahaan ini. Tentu saja bukan ornag IT perusahaan kita, karena jika itu orang IT maka mereka sama saja bunuh diri," jawab Beryl, "Sejauh ini IT perusahaan semuanya bisa dipercaya karena mereka juga dibawah perusahaan mereka sendiri, jika sampai mereka melakukan itu, maka itu akan merusak reputasi perusahaan mereka sendiri dan akan berdampak pada ketidakpercayaan perusahaan pengguna jasa IT mereka."

"Jadi, siapa pelakunya?" tanya Gaga, "Diperusahaan ini selain orang IT dan kamu yang tahu masalah seperti ini hanya kamu."

"Kamu harus selidiki, sayang. Aku yakin ini pasti ulah orang dalam dengan motif tertentu," jawab Beryl

"Kamu mencurigai seseorang?" tanya Gaga

"Iya, tapi nggak punya bukti cukup kuat. Karena ini baru dugaanku saja," jawab Beryl, "Aku harap kamu jangan gegabah dalam bertindak. Selidiki dulu saja motifnya apa."

"Siapa orang itu?" tanya Gaga

"Farhan," jawab Beryl, "Waktu itu, ketika aku hendak ke pantry untuk membuat kopi, tanpa sengaja aku melihatnya tengah didepan laptop dan tengah mengutak-atik data di laptopnya."

Gaga terdiam, setahu Gaga, reputasi Farhan selama ini sebagai bagian departemen keuangan diperusahaannya bagus, tidak ada masalah dan selalu jujur. Bagaimana bisa Farhan melakukan itu? Lalu apa motifnya?

"Aku akan segera selidiki masalah ini, yang penting kamu selalu memantau data keamanan perusahaan. Lalu, apakah sekarang sudah aman?" tanya Gaga sambil menatap wanita itu dengan tatapan menggemaskan.

"Sudah aku amankan," jawab Beryl

"Pulang, Yuk!" ajak Gaga

"Masih terlalu sore," balas Beryl

"Ah, sayang, aku ingin bercinta denganmu, hanya kamu obat lelahku," rengek Gaga

Beryl hanya bisa memandang langit-langit ruang kerja Gaga dengan tatapan sebal, selalu saja pria itu ujung-ujungnya urusan ranjang. Tapi Beryl juga menikmatinya, seolah setiap sentuhan yang diberikan Gaga adalah candu untuknya.

"Tapi, aku sedang ingin suasana berbeda, sayang," bisik Beryl

"Oh, tentu, sayang. Kamu ingin apa?" tanya Gaga

"Bercinta di meja kerjamu," jawab Beryl sambil menunjuk ke meja kerja Gaga. Ini bukan kali pertama mereka bercinta di meja kerja itu, sudah tidak terhitung lagi, tapi Beryl sudah beberapa waktu ini tidak merasakannya sensasi bercinta diatas meja kerja.

"Sesuai permintaan, sayang!" seru Gaga yang langsung mengangkat tubuh Beryl dan mendudukkan di meja kerjanya.

Mendudukkan Beryl dimeja kerjanya membuat posisi kepala Beryl sedikit lebih tinggi dari kepala Gaga, sehingga wanita itu dengan mudah melumat bibir seksi pria tampan itu, dan menguntungkan Gaga karena dengan mudah pria itu sudah melucuti pakaian kerja Beryl.

"Kamu selalu saja membuatku menginginkan lebih, sayang," bisik Gaga ditelinga Beryl, memberikan sensasi getaran tersendiri, "Akan aku buat kamu memohon menjerit dan memohon lagi, sayang."

Tidak menunggu waktu lama, Gaga sudah bermain dibawah sana disertai erangan-erangan dasyat dari mulut Beryl, dan kemudian dilanjutkan hunjaman-hunjaman keras yang menohok bagian terdalam milik Beryl, membuat wanita itu benar-benar menjerit dan mendesah silih berganti, hingga lolongan panjang terdengar diantara keduanya. Mencapai nikmat secara bersamaan dalam sebuah keintiman adalah sensasi tersendiri bagi mereka.

Hari semakin larut malam, Beryl segera merapikan pakaiannya, dan Gaga juga melakukan hal yang sama. Mereka kemudian keluar dari kantor secara bersamaan dengan kondisi kantor sudah sepi karena karyawan sudah pulang.

Sebelum tiba di apartemen, mereka menyempatkan mampir cafe untuk makan malam, dan seperti biasa keduanya memilih duduk dipojokan supaya tidak terlihat orang banyak, karena bisa saja salah satu rekan bisnis Gaga atau mungkin teman Beryl ada yang melihat mereka tengah jalan berdua. Memang sudah bukan hal luar biasa lagi ketika seorang bos jalan dengan sekretarisnya dengan alasan pekerjaan.

"Sayang, aku punya satu permintaan jika kamu mau?" tanya Gaga

"Apa?"

"Hentikan minum pil KBnya," kata Gaga

"Hah!? Yang benar saja, aku bisa hamil," protes Beryl

"Ujung dari sebuah hubungan adalah memiliki anak bukan? Dan aku ingin kamu punya anak, kita menikah saja, tapi statusmu sementara waktu ini adalah istri keduaku," kata Gaga, "Aku ada niatan untuk mengatakan pada Elena kalau aku ingin menikah lagi. Dia tidak akan keberatan pastinya."

"Kamu yakin Elena tidak keberatan?" tanya Beryl

Gaga menganggukkan kepala yakin, sepertinya Gaga sudah lelah melakukan hubungan secara sembunyi-sembunyi dibalik istrinya, toh istrinya selama ini hanyalah istri diatas kertas, jadi mau melakukan apa saja tentu Elena tidak akan peduli.

"Bagaimana aku mengatakan ke ayahmu bahwa aku akan melamar putrinya?" tanya Gaga

"Sayang, kamu kan tahu, aku sudah tidak punya ayah," jawab Beryl

"Astaga! Aku lupa, maaf," kata Gaga dengan cepat. Gaga tahu jika Beryl hanya memiliki seorang ibu dan adik laki-laki yang sedang kuliah saja.

"Ibu pasti tidak akan setuju kalau aku akan menikah dengan pria sudah beristri," kata Beryl, "Satu-satunya orang yang bisa jadi wali nikahku hanyalah adikku."

"Apakah kira-kira adikmu setuju?" tanya Gaga

"Dia pasti akan mau-mau saja kalau sogokannya tepat," jawab Beryl, "Tapi aku mana kuat memenuhi keinginannya. Membiayai kuliahnya saja aku selama ini sudah cukup berat. Tapi aku ingin dia selesai kuliah dan bekerja supaya bisa membahagiakan Ibu."

"Memangnya apa yang diinginkan adikmu?" tanya Gaga

"Motoe sport terbaru," jawab Beryl. Wanita itu tentu saja tidak mau dibilang materialistis karena permintaan yang tidak masuk akal. Takut Gaga berubah pikiran juga, karena tahunya dia cinta sama Gaga karena uangnya.

"Oke, akan aku belikan. Kuliahnya mulai sekarang aku yang tanggung!" seru Gaga

"Tapi-"

"Nggak ada tapi, kamu tinggal bilang saja apa keinginanmu maka aku akan memenuhi," potong Gaga

Beryl hanya bisa pasrah jika sudah seperti ini, uang memang bisa menyelesaikan segala masalah. Mereka lalu keluar dari cafe karena makanan yang mereka pesan sudah habis, tetapi mata Beryl menangkap sesuatu yang ganjil ketika melihat bagian pojok lain cafe itu sambil menunggu Gaga membayar bill makanan yang sudah mereka habiskan.

"Elena bukannya keluar kota? Kenapa ada disini? Sedang ngobrol dengan siapa?" tanya Beryl dalam hati, wanita itu tidak bisa melihat siapa pria yang menjadi lawan bicara Elena karena posisinya memunggungi Beryl.

"Ayo, sayang! Kita pulang!" Gaga menarik lengan Beryl begitu saja, dan Beryl mengikuti langkah Gaga sambil mata tetap melotot kearah meja dimana Elena tengah duduk dengan seseorang.

"Tim IT perusahaan suamimu benar-benar handal, berkali-kali aku mencoba membobolnya, selalu gagal," kata Farhan dengan nada lesu

"Masih bisa dicoba lagi, sayang," balas Elena, "Atau kita jalankan juga cara konvensional?"

"Cara itu terlalu berisiko. Cara aku sebenarnya yang aman, tapi kalau mau dicoba tidak masalah, memangnya kamu mau apa, sayang?" tanya Farhan

"Merayunya dan membuatnya lupa, sehingga tanda tangannya ada di atas materai sebuah surat pernyataan yang sudah aku buat," jawab Elena sambil tersenyum

"Kamu mau tidur dengan dia?" Seketika pria itu cemburu

"Tentu saja tidak, lihat saja nanti caraku, kamu tinggal terima beres," jawab Elena sambil tersenyum licik

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status