Home / Rumah Tangga / Ranjang Pengantin Yang Ternoda / Takut Menjadi Istri Seutuhnya

Share

Takut Menjadi Istri Seutuhnya

Author: Yulistriani
last update Last Updated: 2023-01-26 15:59:15

 

Salsa mempersilakan suami dan adik iparnya untuk masuk. Meski tak bisa dipingkiri bahwa hatinya amat hancur.

 

Ingin rasanya Salsa berteriak juga memaki lelaki yang tengah bersama suaminya itu. Bila perlu, wanita itu ingin menghabisi nyawanya sebagai pembalasan karena telah melucuti kehormatannya tanpa ampun.

 

Sekuat tenaga Salsa menahan gemuruh kemarahan di dada. Namun, ia harus bersikap biasa saja pada lelaki itu, ketakutan akan reaksi negatif suaminya selalu menghantui. Terlebih sikap suaminya yang begitu perhatian dan menyayangi lelaki jahat itu.

 

"Adikku ini namanya Rizki, biasa dipanggil Kiki. Dia kuliah di Jerman karena mendapatkan beasiswa. Sebentar lagi dia lulus. Adikku ini orang hebat, gak kayak kakaknya cuma bisa kuliah di kota ini aja," puji Ikbal, binar matanya begitu membanggakan adiknya.

 

Memang, selama menjalin hubungan Salsa tak pernah tahu wajah Kiki, ia hanya tahu sekilas namanya saja. Salsa juga tak pernah kepo dengan keluarga Ikbal, yang terpenting ia sudah dekat dengan ibu mertua yang sangat menyayanginya. 

 

Sementara lelaki itu, iya Kiki namanya. Dia hanya tersenyum pada Salsa. Senyum yang tak bisa di artikan oleh Salsa. 

 

Merasa marah dan tak peduli, wanita itu enggan menanggapi pernyataan suaminya tentang Kiki. Sehebat apapun dia, di mata Salsa dia adalah lelaki jahat yang telah merenggut kesuciannya, kakak iparnya sendiri. 

 

"Terus ngapain Kiki kesini, Mas?" tanya Salsa, matanya sekilas melirik Kiki dengan tatapan sinis, lalu pandangannya kembali pada Ikbal.

 

"Lho, ya jelas dia mau nginep dong sayang, kan kalau pulang ke rumah ibu jauh. Biar dia istirahat dulu di rumah kita, lusa baru pulang ke rumah ibu, lagian mas kangen pengen main badminton sama dia nih," ujar Ikbal sambil merangkul bahu adik kesayangannya.

 

"T-tapi, Mas ...," sergah Salsa. Wanita itu keberatan dengan rencana suaminya. 

 

"Kamu gak usah takut sayang, Kiki ini orang baik kok. Aku yakin dia pasti melindungi kamu selayaknya adik lelaki melindungi kakak perempuannya, iya kan, Ki?" tanya Ikbal pada adiknya.

 

"Yoi ... so pasti lah Bang, masa gue berbuat yang enggak-enggak sama kakak ipar sendiri. Gue kan sayang sama Lo bang, Abang gue satu-satunya," jawab Kiki sembari merangkul pundak Ikbal seolah-olah tak pernah terjadi apapun antara dirinya dengan pujaan hati kakaknya itu.

 

Salsa mendengkus kesal mendengar pernyataan Kiki yang penuh kebohongan. Darahnya serasa mendidih menyaksikan kepura-puraan adik iparnya yang menjijikkan.

 

Andai Ikbal tahu bahwa adik kesayangannya itu telah menghancurkan belahan jiwanya, merebut kegadisan yang seharusnya menjadi miliknya, pastilah mereka tak akan bisa bergurau seperti ini lagi. 

 

Namun, sayangnya Salsa masih belum memiliki keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya. Terlebih melihat kedekatan Ikbal dengan adiknya dan pandainya Kiki dalam bersilat lidah, pastilah dirinya yang akan disalahkan dan mungkin dicampakkan. 

 

"Oh ya kak, ternyata Salsa memang benar cantik kaya yang lo ceritain ya," puji kiki sambil tersenyum nakal ke arah Salsa.

 

"Iya dong ... Salsa ini cewek paling cantik di kampus gue, berprestasi dan beda banget kaya cewek-cewek lainnya," jawab Ikbal, dia sangat membanggakan istrinya.

 

Salsa mulai tak nyaman dengan pembicaraan kakak beradik yang mulai ngalor-ngidul. Setelah menyiapkan makan malam, wanita itu berpamitan untuk langsung ke kamar, nafsu makannya hilang karena tragedi tadi sore. 

 

Di dalam kamar, Salsa membenamkan wajahnya ke bantal, ia menangis sesegukan, wanita itu bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

 

Ia bimbang harus berterus terang atau menutupi semuanya. Salsa tahu, kejujuran adalah tiangnya rumah tangga, tetapi ketakutan akan kehilangan Ikbal begitu besar mendominasi hatinya.

 

Blum lagi pandangan masyarakat jika pernikahannya yang masih seumur jagung harus kandas hanya gara-gara dia sudah tidak perawan lagi.

 

 

"Allah, mengapa semua ini terjadi padaku? Aku ingin mengatakan semua ini pada Mas Ikbal, tapi apakah ia akan percaya? Bagaimana kalau nanti Kiki tidak mengakuinya? Aku takut." bisik Salsa dalam hati, air matanya mengalir semakin deras di kedua pipinya.

 

"Sayang ...." sapa Ikbal yang entah kapan lelaki itu berdiri di ambang pintu dan menatapnya.

 

Salsa segera menyeka air matanya, ia menarik napas lalu membuangnya perlahan. Sekuat tenaga Salsa menata hatinya agar tak gegabah mengambil keputusan.

 

Ia tahu betul, lelaki di hadapannya adalah tipe orang yang cemburuan dan pasti akan murka jika tahu wanita yang dinikahi dengan bangganya, ternyata tidak seperti yang dibayangkan.

 

"Iya," sahut Salsa dengan suara lembut.

 

Dengan hati-hati Salsa menghadap suaminya, dia berharap tak ada tanda yang tertinggal bahwa dirinya habis menangis.

 

"Kamu kenapa? Kok matanya sembap? Habis nangis?" Ikbal memberondongnya dengan pertanyaan, kemudian lelaki itu mengusap mata Salsa yang membengkak.

 

"Enggak Mas, aku kangen ibu sama bapak aja," jawab Salsa berbohong.

 

"Baru sebentar aja udah kangen ibu sama bapak, ini suami kamu engga dikangenin? Udah seminggu nih nahan-nahan. Udah bersih belum?" bisik Ikbal setengah menggoda.

 

Duarrrrr  .... 

 

Bagai tersambar petir, inilaah hal yang amat Salsa takutkan.

 

"Bagaimana ini? Mas Ikbal sudah meninta haknya," gumam Salsa dalam hati.

 

Wanita itu sangat cemas. Ketakutan Salsa semakin besar, ditambah rasa nyeri di antara kedua pahanya masih begitu terasa menyakitkan. Allah, aku harus bagaimana? Batinnya.

 

"Emmm ... belum tahu nih, Mas. Tadi siang sih udah bersih, tapi kayaknya masih keluar deh mas, kadang aku lebih dari seminggu juga sih," tutur Salsa kikuk, ia mencari alasan yang masuk akal untuk menunda ritual itu.

 

"Oh begitu, ya udah deh, besok-besok aja ya sayang, nanti kalau udah bersih jangan pernah nolak aku ya," goda Ikbal sambil mencolek hidung mancung Salsa gemas.

 

"Oh ya Mas, aku mau ke dapur dulu ya, haus banget nih, kamu.au minum?" tanya Salsa. Padahal ia ingin menelpon ibunya untuk mencari solusi.

 

"Boleh sayang, tolong ambilin ya," balas Ikbal sembari tersenyum melihat istrinya yang sangat perhatian.

 

Salsa gegas keluar dari kamar, ia setengah berlari  menuju dapur, dirogohnya saku yang berisi ponsel, lalu ia mencari kontak bernama ibu.

 

"Hallo, Assalamu'alaikum Bu," sapa Salsa dengan meletakkan ponsel di telinganya. Suara wanita itu terdengar berbisik. 

 

Ibunya menjelaskan semua rencana yang harus dilakukan Salsa agar suaminya tak curiga. Sementara Salsa mendengarkan perintah itu dengan saksama, meskipun dirinya dan sang ibunda enggan melakukan itu, tetapi mereka merasa terpaksa demi keutuhan rumah tangganya. 

 

"Iya Bu, iya nanti Salsa coba pakai cara ibu ya, terima kasih ibu sudah bantu Salsa, insyaallah Salsa praktekkan besok ya, Assalamu'alaikum," kata Salsa lalu mengakhiri panggilan dengan ibunya.

 

Hati Salsa diliputi rasa bersalah. Sebagai seorang muslim, tentu Salsa tahu perbuatannya adalah dosa besar. Namun, lagi-lagi ia masih belum siap untuk jujur. 

 

Salsa menarik napas dalam kemudian menghembuskannya kasar, ia berusaha meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. 

 

Namun, saat Salsa baru saja membalikkan badan hendak kembali ke kamar, wanita itu terkejut hebat.

 

Ternyata Kiki sudah berdiri tepat di belakangnya dengan senyuman menyeringai, seolah-olah lelaki itu merasa puas dengan apa yang dilakukannya pada sang ipar. 

 

Mata Salsa membulat, tangannya mengepal, ingin rasanya meluapkan emosi pada lelaki di hadapannya itu.

 

Hanya saja itu tak mungkin, jika Salsa melakukannya, justru akan membuat suaminya curiga bahwa Ia memiliki masalah dengan Kiki.

 

"Minggir, saya mau ke kamar!" Salsa berusaha menghindar, tetapi langkahnya dihadang oleh tubuh tegap Kiki.

 

Tangan lelaki itu berusaha untuk memeluk Salsa, tetapi ditepis kasar oleh wanita itu.

 

"Jangan sentuh saya!"

 

Mata Salsa mulai memanas, darahnya naik ke ubun-ubun atas pelecehan yang dilakukan adik iparnya.

 

"Salsa, sudah lama aku suka sama kamu, saat kamu baru dekat dengan Ikbal, dia selalu cerita tentang kamu, sehingga aku selalu membayangkan betapa cantiknya kamu, beruntung akulah yang pertama kali menyentuh dirimu, bukan kakakku. Dan suatu saat nanti, kamu pasti akan menjadi milikku seutuhnya, menjadi ibu dari anak-anakku." ungkap Kiki sambil menyunggingkan senyum nakal. Lelaki itu tak merasa bersalah sama sekali.

 

"Tidak ... saya tidak akan pernah sudi menjadi ibu dari anak-anak kamu, minggir!" ketus Salsa sambil berusaha mendorong tubuh atletis Kiki.

 

Namun nihil, Kiki justru merengkuhnya jauh lebih dalam sehingga tubuh kecil Salsa terbenam di pelukan Kiki.

 

"Lepas ... lepasin Ki, aku kakak kamu!" kata Salsa sambil berusaha melepaskan pelukan Kiki.

 

"Kamu akan hamil anakku, sayang. Kamu pasti akan hamil anakku, Salsa cantik," bisik Kiki tepat di telinga Salsa. 

 

Mendengar perkataan Kiki, emosi Salsa semakin menjadi. Wanita itu merasa marah dan benar-benar ingin menghabisi nyawa adik iparnya. 

 

"Kiki ... Salsa, sedang apa kalian?"

 

Suara Ikbal tiba-tiba saja terdengar. Sontak mata Kiki dan Salsa membulat saking terkejutnya.

 

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Tamat

    "Tiara, makan dulu, yuk!" ajak Rosa.Wanita dengan dandanan menor itu membuka pintu seraya membawakan sepiring nasi dan air di atas nampan. Namun, betapa terkejutnya ia karena tak menemukan Salsa di dalam kamarnya.'Ke mana anak itu?" bisiknya. Rosa mencari Salsa ke setiap ruangan, berharap wanita yang ditabraknya dulu hanya sekadar bosan atau ingin ke toilet. Namun, kepanikannya semakin menjadi setelah menyadari Salsa tak ada di rumahnya. "Tiara ...Tiara ...."Mami Rosa berteriak, mencari Salsa ke seluruh penjuru kamar, wanita itu kembali mengecek ruangan yang sudah dilalui, tetapi nihil, tak ditemukan Salsa di dalam sana."Sial!" umpatnya. Kini rasa takut mulai menghantui, dia ingat tingkah Tiara yang mulai berbeda, akan tetapi Rosa abai dan seakan-akan lupa kalau Salsa adalah korban tabrak lari yang dia manfaatkan. Jika wanita itu mulai ingat dan mengadu pada polisi, maka hancurlah riwayatnya. Dengan penuh amarah Rosa menelpon seseorang untuk mencari Tiara, dia juga mengabari s

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Ingatan Salsa Kembali

    Hari terus berlalu, sepulang kerja Ikbal kembali ke tempat pertemuannya dengan wanita mirip Salsa, dengan harapan mereka bisa kembali berjumpa. Benar saja, tak lama kemudian sosok itu kembali melintas dengan wanita lebih tua, tetapi berpenampilan modis dan high class. "Bal, lo pesan apa?" tanya temannya yang baru saja duduk. Namun, Ikbal tak menghiraukan, pria yang bahkan belum sempat menempelkan bokongnya di kursi itu lantas berlari, menyambar tas dan kunci mobil yang teronggok di meja tempat ia dan temannya berkumpul. Tak lupa Ikbal jiga menaruh uang dua lembar pecahan lima puluh ribu di meja. "Sorry, gue buru-buru," ucapnya dengan tatapan tak beralih dari gadis incarannya, Ikbal tergesa-gesa menuju pintu keluar, ia berharap masih bisa mengejar wanita yang mirip dengan Salsa tadi.Sesampainya di parkiran Ikbal segera menyalakan mesin mobilnya lalu melaju dengan kecepatan tinggi, harap-harap cemas agar tak kehilangan jejak.Jalan yang dilalui merupakan jalan satu arah, kemungkina

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Ikbal Menemukan Salsa

    "Ahh ... aduh, ssstt ...."Tiara mengaduh dan mendesis seraya mencengkram kepalanya yang tiba-tiba terasa begitu menyakitkan. Sontak hal itu membuat Pak Dirga dan Rosa terkejut. "Tiara, kenapa?" Rosa bertanya dengan paniknya."Sakit Tante, kepala aku sakit lagi, lebih sakit dari sebelumnya," keluh Salsa yang hampir kehilangan keseimbangan."Duh, gimana ini? Kamu kuat, kan?" tanya Rosa.Di saat Salsa sedang kesakitan pun, wanita itu masih menanyakan kesiapan untuk melayani pelanggannya."Memang Tiara kenapa?" tanya pak Dirga yang mulai tak bergairah melihat Tiara kesakitan."Dia pernah kecelakaan dan kepalanya cedera, jadi masih kadang sakit," jawab Rosa jujur.Pak Dirga bergeming, ia semakin yakin dengan firasatnya tentang sang gadis, itupun yang membuatnya sangat penasaran sehingga rela membayar mahal. Kini, dia semakin yakin bahwa Salsa dan Tiara adalah orang yang sama."Oh, pernah kecelakaan?" ulang Pak Dirga, seketika saja pria itu tersenyum sinis. Sudah lama ia memiliki hasrat

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Salsa Menjadi Wanita Penghibur

    Di rumah mewahnya, seorang wanita masih sangat gusar, sambil sesekali menatap wanita terluka di hadapannya. Meski dokter mengatakan dia baik-baik saja, tetapi wanita bernama Rosa itu merasa khawatir. Drrt.... drtttt.... Ponsel Rosa berdering, dengan sangat antusias wanita itu menerimanya. "Hallo, bagaimana?" tanyanya setengah panik. "Anda tenang saja, CCTV dan berbagai bukti sudah diamankan."Wajah gundah wanita berpakaian seksi itu seketika semringah, seakan-akan kegundahannya hilang begitu saja. "Baik, kerja bagus," jawabnya lalu mematikan panggilan. Di waktu bersamaan Rosa mondar mandir seakan tengah berpikir, sesekali ditatapnya wajah Salsa yang menurutnya sangat cantik dan komersial. Sementara itu, setelah lama pingsan kedua mata terbuka, dia menyapu seluruh ruangan berdinding putih dengan raut bingung."Awwww, sssssst." Salsa meringis, membuat Rosa langsung panik dan duduk di sampingnya. Kepala Salsa terasa kian. Dengan susah payah dia berusaha untuk bangkit, tetapi luka

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Salsa Hilang

    Malam semakin larut, tetapi Salsa tak bisa memejamkan mata, padahal kantuk menyerang raganya."Kenapa perasaan aku tiba-tiba nggak enak begini, ya?" bisik Salsa.Hatinya tiba-tiba dilanda gundah, ada rasa takut dan khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya. Terlebih malam ini suasana sekitar rumahnya terasa begitu sepi.Salsa melirik jam dinding sekilas, hari sudah pukul dua pagi, tetapi ia masih belum bisa terlelap meski berkali-kali berusaha memejamkan mata."Duh, perutku nggak enak lagi."Salsa berbisik sambil berjalan ke toilet karena merasa ingin buang air kecil.Brakk.... Salsa yang baru saja membuang hajatnya tiba-tiba saja terkejut mendengar suara benda jatuh. Seketika saja wanita itu tersentak dan ketakutan. Dengan langkah ragu ia berjalan perlahan. "Siapa?" Salsa sangat panik, tetapi ia harus memastikan siapa yang masuk ke rumahnya tengah malam begini.Baru saja Salsa keluar dari toilet, ia melihat seorang laki-laki dengan kupluk hitam keluar dari kamarnya, me

  • Ranjang Pengantin Yang Ternoda   Firasat Buruk

    Sore hari Kevin dan Hasna pergi ke sungai. Berbagai tempat di kampung halaman Hasna masih begitu asri hingga membuat pria itu terhipnotis dengan pesona alamnya. Nampak beberapa anak kecil sedang mandi dan bermain di pinggir sungai."Adem banget disini," ucap Kevin sambil meregangkan tangan lalu menghirup udara dan mengembuskannya perlahan.Selama di sana, dia merasakan kehangatan keluarga meskipun tersiksa lantaran harus berpura-pura. Di tempat ini, Kevin seakan-akan tengah berlibur sejenak dari penatnya kebohongan. "Ya, waktu kecil aku sama temen-temen suka banget main di sini. Tetap, setelah menginjak remaja ibu ajak aku ke kota tinggal di rumah Salsa, semenjak itu aku jarang banget main di sungai ini."Pandangan Hasna menerawang, mengingat keseruan masa kecilnya sebelum ia pindah ke Jakarta.Mendengar nama Salsa, tiba-tiba saja ada gelenyar aneh di hati Kevin. Ada sedikit nyeri mengingat wanita yang ia cintai. Namun kini, hatinya telah berusaha untuk ikhlas menerima sebuah ketetap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status