Share

71. Pil KB

Author: Roro Halus
last update Last Updated: 2025-06-17 11:00:03

'Kau benar-benar masih utuh!

Kau melahirkan putra kita secara normal, Sayangku? Kau ternyata menyusui putraku, juga?' batinnya masih terus memeluk tubuh Naya yang juga tersengal.

Tak tau harus berkata apa, Lingga mengecup puncak kepala istrinya, "Terima kasih, Sayang!"

Ungkapan yang ambigu, namun mencurahkan semuanya, untuk semua yang terjadi Lingga hanya bisa meminta maaf dan berterima kasih.

Lingga melirik Naya yang masih setia memejamkan matanya, terlihat jelas jika dia menghindari ucapan apapun.

Mungkin Naya memang hanya ingin melakukannya dengan Lingga saja tanpa ingin ucapan manis.

"Terima kasih untuk semuanya dan maaf!" ulang Lingga lagi.

Membuat Naya langsung melerai begitu saja dan duduk, tidak tau lagi mana yang harus dia tutupi, Naya telah kehilangan urat malunya.

Dia berdiri begitu sama menuju kamar mandi.

Hal itu membuat Lingga tersenyum, kali pertama pengalaman yang seperti ini selama
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   72. Kebutuhan Biologis

    "Obat pencegah kehamilan!" lirihnya, "Kau tak ingin menerima benihku, Nay?" Lingga terduduk, "Lalu, apa maksudnya tadi? Apa penyatuan tadi tidak berarti apa-apa untukmu, Nay?" Lingga memejamkan mata sebentar, menghalau perasaan-perasaan aneh yang mulai meresapi hatinya. Mencoba menetralkan diri dari keterkejutannya, juga pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala. Rasa tak diinginkan itu begitu sakit dan menyesakkan bagi Lingga. Cukup lama, sampai Lingga bisa menguasai dirinya, dan akhirnya bangkit untuk bisa menghadapi Naya. Namun Lingga tak bisa berbohong, raut wajahnya begitu suram saat turun dari tangga, jika buka karena Nendra di depan televisi mungkin Lingga akan menarik Naya dan menuntut penjelasan. Lingga kembali ke pantry, meletakkan kembali obat itu di tempat semula, meraih brokoli di wadah yang sudah Naya potong kemudian Lingga mencucinya. Henin

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   71. Pil KB

    'Kau benar-benar masih utuh! Kau melahirkan putra kita secara normal, Sayangku? Kau ternyata menyusui putraku, juga?' batinnya masih terus memeluk tubuh Naya yang juga tersengal. Tak tau harus berkata apa, Lingga mengecup puncak kepala istrinya, "Terima kasih, Sayang!" Ungkapan yang ambigu, namun mencurahkan semuanya, untuk semua yang terjadi Lingga hanya bisa meminta maaf dan berterima kasih. Lingga melirik Naya yang masih setia memejamkan matanya, terlihat jelas jika dia menghindari ucapan apapun. Mungkin Naya memang hanya ingin melakukannya dengan Lingga saja tanpa ingin ucapan manis. "Terima kasih untuk semuanya dan maaf!" ulang Lingga lagi. Membuat Naya langsung melerai begitu saja dan duduk, tidak tau lagi mana yang harus dia tutupi, Naya telah kehilangan urat malunya. Dia berdiri begitu sama menuju kamar mandi. Hal itu membuat Lingga tersenyum, kali pertama pengalaman yang seperti ini selama

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   70. Entah Dorongan Dari mana

    Lingga kembali turun ke ruang tamu, dan berpura-pura menelpon Dimas lagi mengurus Brian saat anak dan istrinya akan turun. Dia tak ingin ketahuan. "Baiklah, lakukan dengan cepat, Dimas!" ucap Lingga sambil menutup panggilannya. "Mas!" "Apa, Sayang?" jawab Lingga tersenyum. "Naya dan Nendra mau pulang malam ini! Kalau Mas capek, gak usah dipaksa, Naya akan menyetir sendi—""Ayok! Kita pulang sekarang!" jawab Lingga memotong ucapan Naya. Lingga benar-benar tak ingin mendengar lanjutan dari ucapan istrinya itu, sungguh membuat hatinya menjadi sakit. Lingga kemudian mengangkat Nendra dan memanggulnya sambil keluar rumah menuju mobimobi berhias pekikan Nendra senang. Peduli setan dengan semua barang yang tertinggal, nanti akan diantar oleh orang Lingga. "Mas, kamu tidak lelah, tadi habis dari Gresik?" Lingga menoleh sebentar sambil tersenyum, "Tidak, Sayang!" Setelahny

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   69. Papa Pastikan!

    Malam itu, Naya akhirnya tidur di kamar Lingga meringkuk dalam pelukan suaminya. Lingga benar-benar memberikan ketenangan dalam keadaan seperti ini, membuat hatinya sedikit goyah. Tak ada kata, karena Naya maupun Lingga sama- sama berkecamuk, Lingga dengan amarahnya yang belum tersalur dan Naya dengan keterkejutannya. Hingga pagi datang dan Lingga meminta Naya kembali bersama Dimas, "Mas tinggal di sini sebentar ya, mau urus Brian!"Naya kemudian menggeleng, "Gak mau!""Ada Dimas yang akan mengantar kamu sampai ke rumah Ibu, Sayang!" Naya tetap menggeleng sambil memegang kerah bajunya sendiri, dan Lingga dengan pelan mengurai, "Sudah aman, Dimas tidak akan pernah berani macam-macam, Sayang!" "Gak mau, Mas!" "Baiklah, Ayo pulang sama Mas!" jawab Lingga mengalah. Lingga tau, istrinya masih terkejut dengan dan trauma dengan kejadian kemarin. Dan akhirnya Lingga pulang bersama Naya, sedangkan Dimas d

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   68. Penawar Lain

    Naya masuk ke dalam kamar dengan kesal dan membanting pintu karena tuduhan Lingga, sedang Lingga masih terus berjalan menuju kamarnya yang diujung. Mereka istirahat dan kembali bertemu di acara malam itu, acara semiformal yang sedikit santai, dengan beberapa makanan yang hangat. Meja Lingga sedikit lebih jauh dari meja Naya, karena perolehan meja dari pencapaian perusahaan masing-masing. Entah kenapa perasaan Lingga kurang enak sejak memulai acara, hingga sekarang sudah ada di tengah acara. "Kenapa, Pak?" tanya Dimas. "Kamu handle acara ini, saya harus ke belakang!" ucapnya. "Baik, Pak!" Kemudian Lingga menuju barisan belakang karena tak melihat istrinya, "Pak kelvin!" sapa Lingga. "Ada apa, Tuan Lingga?""Saya mau tanya, dimana asisten Bapak ya? Kok saya gak lihat!" Pak Kelvin tersenyum, "Beberapa saat lalu pamit ke kamar mandi, belum juga kembali, Pak!" Setelah itu, Lingga pamit dan bergegas ke kamar mandi, namun dia tak mendapati seorang pun di kamar mandi "Kemana dia?"

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   67. Dendam apa itu?

    Setelah itu, Bu Btaari memberikan air minum pada Naya, menceritakan secara lengkap awal muka dendam itu berasa, hingga kesakitan Lingga dalam mencari Naya. Semua Bu Nyari jelaskan dengan lugas, karena ingin menyadarkan putrinya dengan kenyataan yang sesungguhnya. Bukan tak ingin melepas Lingga, atau tak memikirkan kebahagiaan Naya, namun itu semua karena Bu Btari tau, hanya Lingga yang bisa mencabut belati itu di hati Naya. "Tapi, Bu ... Apa pantas, jika Nendra yang tak tau apa-apa menjadi korban juga? Anakku ... Cucu ibu, menjalani hidupnya betahun-tahun dengan penantian akan hadirnya papa kandungnya! Apa ini adil untuknya?" "Nak!" "Ini tidak adik, Bu! Anak sebaik Nendra tidak pantas merasakan kesakitan itu! Kenapa semesta menghukum kami!" "Maka dari itu, kembalikan masa itu! Hendra mau kalian bersama!" lirih Bu Btari. "Bu, Nendra, Bu!" lirihnya, "Dia menderita selama ini!"Bu Btari langsung memeluk putrinya itu dengan lembut, mengusapnya dengan penuh kasih sayang, "Pelan-pela

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status