Share

Berdandanlah!

Penulis: Emmy Liana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-21 14:38:04

Kedua pria yang membawa Zaneta segera mendorong keras tubuhnya, hingga dia jatuh terjungkal tepat di bawah kaki pria berjas hitam di hadapannya.

Sedang, dua orang pelayan dari arah belakang langsung membawa Zaneta masuk.

Tepat di kamar 206 seorang dari mereka membuka pintu dan meminta Zaneta turut masuk.

"Kenapa kalian membawa aku kemari?" tanya Zaneta tak mengerti karena kedua pelayan tadi langsung keluar dari kamar itu lalu mengunci pintu dari luar.

"Hey, buka pintunya!" Zaneta berteriak, sambil memukul pintu.

Sayang, tak ada yang memperdulikannya. Mau dia dikurung atau pun diculik tak akan ada yang merasa kehilangan dirinya.

Zaneta tersenyum getir. Entah apa lagi yang akan di alaminya setelah ini. Mengingat dia bisa masuk ke kapal mewah ini karena ulah Isabel, Zaneta memilih duduk di lantai dan bersandar di sebuah ranjang berukuran besar di dalam kamar itu.

Lelah, itulah yang dirasakan olehnya. Setidaknya, tubuhnya tak diikat di kursi kali ini. Tubuhnya masih bisa digerakkan ke sana kemari.

Mata sayu Zaneta tak bisa terpejam, menahan lapar dan haus. Dengan tubuh yang masih basah dan kotor. Di mana dia bisa meminta makanan, kalau dia dikurung seperti ini?

Harusnya salah seorang pelayan mendorong dia ke dapur saja. Jika Zaneta harus bekerja menggosok lantai di sana, dia bisa mengambil beberapa roti.

Sambil berpikir, akhirnya Zaneta terlelap.

*****

Ketika malam tiba, Zaneta mengerjapkan matanya beberapa kali.

Kamarnya menjadi gelap. Zaneta pun berjalan dan meraba di dinding. Bagian mana yang bisa dia dapatkan saklar lampu?

Ceklek!

Saat lampu menyala terang benderang di kamar itu, seseorang juga membuka pintu kamarnya.

Tak lama, tiga orang pelayan wanita masuk ke kamar. Di tangan mereka, masing-masing membawa bungkusan. Entah apa itu.

"Maaf, Nona. Kami dikirim Tuan X untuk mempersiapkan Anda," ucap seorang pelayan menundukkan kepalanya.

"Siapkan? Untuk apa aku bersiap? Siapa Tuan X yang menyuruh kalian? Aku tak mengenalnya! Lebih baik, berikan aku makanan. Aku sangat lapar," keluh Zaneta.

"Maaf nona, sebaiknya Anda bersiap dahulu."

"Tidak, aku tak akan bersiap jika kalian tak memberi aku makan," ucap Zaneta acuh.

Melihat itu, tampak seorang pelayan menelpon dengan ponselnya, dan kemudian tersenyum.

"Baik, nona. Seseorang akan mengantarkan makanan pada Anda. Mohon tunggu sebentar lagi," kata pelayan itu sopan, seakan memperlakukan Zaneta sebagai tuannya.

Dalam hati, sebenarnya Zaneta merasa khawatir.

Masuk ke dalam kapal mewah dan menikmati fasilitasnya, kenapa dia tak dibawa ke tempat para pekerja?

Jika dia akan disiksa, apa yang sebenarnya rencana Isabel?

Saat turun nanti, bagaimana dia membayar tagihannya?

Entahlah, Zanet tak peduli, urusan itu nanti saja baru dipikirkan asalkan saat ini dia bisa makan.

Lima menit menunggu pintu kamar Zaneta diketuk.

Seorang pelayan wanita mendorong troli makanan masuk ke dalam kamar Zaneta.

Tanpa berpikir panjang, Zaneta langsung mengambil piring dan melahap habis makanan di depannya.

"Sepertinya anda terlihat sangat kelaparan nona," ucap pria berjas hitam yang ditemuinya di dekat anak tangga pintu masuk kapal ini.

Zaneta menatap pria itu, dan enggan menjawab. Dia lebih memilih menghabiskan buah di piringnya.

"Baiklah, habiskan makananmu. Perbanyaklah tenaga kamu, karena sebentar lagi, kamu akan membutuhkan tenaga ekstra untuk membuka mata menerima kenyataan," ucap pria itu dingin, lalu berbalik keluar dari kamar Zaneta.

"Dasar pria aneh." Zaneta mengumpat dan meminum habis air minum di gelas, hingga dia bersendawa. Hal itu membuat pelayan menatapnya terkejut. Di mana sopan santun wanita ini?

"Ayo nona, Tuan X sangat tidak suka orang yang tak tepat waktu." Seorang pelayan menarik tangan Zaneta menuju ke kamar mandi.

Ketiganya membantu Zaneta membersihkan diri.

Zaneta hanya menuruti itu semua. Baru kali ini, dia diperlakukan bak seorang ratu.

Setelah selesai mandi, ketiganya membantu Zaneta mempersiapkan diri. Seorang pelayan memulai make-up pada wajahnya.

"Aduh, ada apa ini. Aku tak ingin wajahku dibuat seperti ini. Sudah seperti badut." Zaneta mencoba membersihkan riasan di wajahnya dengan tangan.

"Tolonglah, nona! Jika nona tak menuruti keinginan Tuan X, dia akan membunuh kami," kata seorang pelayan memelas memohon pada Zaneta. Dia sepertinya tak ingin pekerjaannya dipersulit.

Zaneta terdiam. Dia sendiri bingung dengan perlakuan ketiga pelayan ini terhadapnya.

Dia pun memilih diam dan mengikuti saja. Ada rasa kasihan juga, jika ketiga pelayan ini disiksa karena dirinya.

Jauh di dalam lubuk hatinya, Zaneta memiliki sifat penyayang dan perduli terhadap orang lain. Tak ada satu orang pun yang mengetahui sifat manisnya itu, sebab dia hanya menunjukkan sifat pembangkang di mata orang lain.

"Nona kau cantik sekali!" puji seoang pelayan saat gaun merah berbahan satin kelas atas sudah membalut tubuh Zaneta.

Zaneta melihat ke arah cermin dan memutar tubuhnya. Dia terkejut, ternyata dia bisa secantik para artis Hollywood jika berdandan. Tubuhnya yang semampai, membuat gaun itu terlihat sangat cocok dan terlihat elegan dengannya.

"Hanya sayang sekali, aku tak suka gaun yang hanya dengan satu tali di pundakku. Ini membuat mata para lelaki melihatku dengan pandangan yang lain," ucap Zaneta melemah.

Ketiga pelayan itu saling berpandangan. Ada asa iba yang menyelimuti hati mereka mendengar ucapan gadis cantik di hadapan mereka ini.

Pria berjas hitam itu kembali ke kamar Zaneta, membuka pintu dengan kasar. "Apa sudah selesai?"

"Sudah, tuan," jawab seorang pelayan terlihat gugup.

"Ayo ikut aku!" ucap pria itu pada Zaneta.

Tanpa berpikir panjang, Zaneta mengikuti langkah pria tadi. Dalam benaknya, mungkin dia akan diajak ke sebuah pesta dansa.

Matanya tanpa sengaja melirik para pelayan yang sudah mendandaninya.

"Maaf." Seorang pelayan menggerakkan mulutnya tanpa suara.

Zaneta mengerutkan keningnya, kenapa dia meminta maaf?

Sudahlah, Zaneta enggan bertanya. Langkah kakinya berjalan keluar mengikuti pria berjas hitam.

Tiba di sebuah kamar, pria itu berhenti lalu mengetuk pintu. Zaneta pun ikut berhenti.

"Masuk!" Suara bariton seorang pria dari dalam mengaggetkan Zaneta.

Pria berjas itu pun langsung membuka pintu dan mengajak Zaneta masuk.

Hati Zaneta berdebar kencang saat masuk ke dalam kamar itu.

"Apa ini yang disebut Royal Suite Room?" gumam Zaneta memandang kagum seisi kamar mewah yang baru saja dimasuki olehnya sambil berputar. Matanya berbinar takjub, tak henti mengagumi semua desain interior yang begitu sangat langka dan istimewa baginya.

Dia tak sadar bahwa pria berjas hitam yang masuk bersama dengannya, telah pergi dan keluar dari kamar mewah itu.

Belum selesai mengagumi kamar mewah itu, kini Zaneta terperangah kaget saat seorang pria berbadan tegap dengan hanya melilitkan handuk di pinggang berjalan ke arahnya. Pria itu bahkan tersenyum menyeringai padanya.

"Siapa kamu?"

Tanya Zaneta panik.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Aku Tertarik

    Zanet berusaha melakukan sesuatu yang bisa bermanfaat bukan saja pada pribadi sang pemiliknya, bagaimana mobil yang dia buat aman dan nyaman bagi keluarga. Edric membiarkan Zanet bekerja sendiri di ruangannya. Dia memilih tak menganggu Zanet. Sesekali dia mengunjungi Zanet untuk melihat sejauh apa yang sudah dia kerjakan."Bagaimana Zayn?""Aku sangat suka melakukan pekerjaan ini Edric, ini sangat menyenangkan bagiku."Zanet memulai memilih dan membentuk mesin-mesin. Di tangan Zanet yang begitu cekatan melakukannya, walau sudah lama tak memegang mesin lagi.Tapi bagi Zanet, semuanya begitu sangat mudah. Edric tak henti menggelengkan kepala. Bagaimana seorang wanita seperti Zanet lebih menyukai mesin dari pada menyukai barang-barang fashion pada umumnya. Sebuah hal langka.Setiap hari, nyonya Grasia dan tuan Marko bergantian datang melihat perkembangan pekerjaan Zanet. Keduanya sangat takjub, bagaimana Zanet begitu sangat senang dengan pekerjaannya. Beberapa barang juga didatangkan dar

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Mulai bekerja

    "Tapi kau tak bercanda kan, Zayn?"Edric masih tak percaya dengan pendengarannya barusan."Jika kau tak percaya, kau bisa menghubungi kampusku dahulu. Aku yakin informasi tentangku masih ada di sana.".Tanpa berpikir panjang, Edric mengetikkan nama kampus yang disebut oleh Zanet. Dan meminta seseorang mencari tahu.TringLima belas menit kemudian seseorang mengirimkan informasi data lengkap milik Zanet dari kampusnya dahulu. Semuanya membuat Edric benar-benar tercengang. Tak menyangka jika Zanet memang lulusan terbaik seperti apa yang dikatakan olehnya."Kau benar Zayn, maaf jika aku sempat meragukanmu.""Tak apa-apa Edric, memang seharusnya begitu," jawab Zanet."Bagaimana kalau kau ikut dengan aku memulai sebuah bisnis yang tidak saja akan menyenangkan bagimu, tapi memang karena kau lulusan terbaik dan buktikan dirimu."Zanet terlihat berpikir sebentar, memandang langit malam yang semakin gelap, dan hanya api unggun di depan mereka yang masih menyala sebagai penerangan bagi mereka.

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Tawaran Edric

    "Lelucon apa yang kalian buat? Sepertinya mommy sangat cemburu pada kalian," ucap Zanet berpura-pura memicingkan matanya."Ini urusan pria, mommy dilarang masuk."Axel tertawa bersama Edric. Keduanya sangat menikmati permainan yang mereka lakukan setengah jam yang lalu..Zanet sudah menyiapkan teh untuk Edric, dan segelas susu coklat untuk putranya. Ditambah biskuit kacang, buatan nyonya Grasia. Mereka menikmati senja di balkon vila . Dia tersenyum melihat ke dia pria di hadapannya. Rasanya sudah sempurna kebahagian yang dia rasakan."Bagaimana akhir pekan besok kita berkemah?" Usul Edric membuat Axel langsung antusias."Berkemah daddy? Aku suka. Kapan kita akan berangkat."Axel adalah anak laki-laki yang penuh kreatif. Dia suka jika di akhir pekan Edric mengajaknya dan Zanet untuk ke hutan yang tak jauh dari vila mereka. Di sana Axel bisa mengenal beberapa tumbuhan liar, dan jika beruntung mereka bisa melihat dengan jarak yang sangat dekat hewan hewan liar berkeliaran.Zanet menggele

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Kejutan

    Setiap bulan rutinitas Edric kini ada perubahan. Mengantar Zanet ke praktek dokter Gina. Menemaninya berjalan-jalan. Dan juga selalu mengawasi Zanet. Khawatir traumanya akan kambuh lagi, sesekali Edric membawa Zanet ke tempat Katy. Awalnya Zanet merasa canggung. Sesekali sikapnya berubah-ubah. Kadang dia menjadi Zanet yang penurut dan lembut. Tapi tiba-tiba akan berubah menjadi ganas dan mengamuk, lalu ketakutan sendiri. Edric sudah terbiasa dengan semua yang dilalui oleh Zanet. Dengan sabar dia menemani Zanet. Khawatir jika terjadi sesuatu pada kandungan Zanet.Dan kini kandungan Zanet masuk minggu yang ke 37. Kesehatannya stabil, dan semuanya berkat mommy Grasia yang selalu mengawasi perkembangan kandungannya. Jika dia tak bisa ikut memeriksakan kandungan Zanet, Dia akan bertanya pada Edric bahkan tak jarang menelpon dokter Gina. Apa yang harus dimakan dan yang tidak harus dimakan oleh Zanet. Hingga sedetail itu, mommy Grasia tak ingin kandungan Zanet bermasalah.Jadi Zanet tak me

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Tak merasa lapar

    "Alden?""Apa ada yang bisa aku bantu?"Alden mendekati kamar itu dan melihat ke dalam. Entah kenapa Alden sangat tertarik terus memperhatikan kamar itu. Seperti daya tarik seseorang yang tanpa sengaja dilihatnya saat itu sangat mengganggu pikirannya."Apa ada orang yang menempati kamar ini?"Alden menyusuri semua sudut di ruangan kamar ini. Tak ada apa-apa, apa yang dia inginkan dari kamar ini, dia juga tak mengerti."Ayo kita makan, perutku sudah sangat lapar," ajak Edric mengalihkan pembicaraan agar Alden tak berusaha masuk ke dalam kamar itu. Di dalam hati Edric merasa ingin sekali melindungi wanita di dalam kamar itu dari orang luar. Mengingat dia mulai trauma dengan keberadaan pria di hadapannya."Tidak Edric, aku hanya ingin mengatakan padamu, jadwal penerbangan sudah disiapkan oleh Robert untukku, satu jam lagi aku akan kembali pulang."Edric mengernyitkan dahinya."Secepat ini, apa kau sadar kita belum menyelesaikan urusan bisnis kita.""Aku memiliki urusan lain saat ini Ed

  • Rantai Cinta sang Taipan Arogan   Merasa lega

    "Zanet sayang, jangan takut. Katy adalah sahabat mommy," ucap nyonya Grasia yang melihat kekhawatiran di mata Zanet."Mari kita mulai," ajak Katy mulai mendekati Zanet.Nyonya Grasia memilih mundur dan duduk agak jauh dari mereka."Mommy," lirih Zanet."Tak apa-apa sayang, percayalah Katy tak akan menyakitimu."Walau pun Zanet duduk tenang, tapi dalam hatinya dia sangat ketakutan. Tapi karena nyonya Grasia selalu tersenyum ke arahnya, Zanet mencoba lebih tenang lagi.Katy memulai mendekati Zanet, dan mengajaknya berbicara. Sebisa mungkin, Katy berusaha untuk membuat Zanet merasa rileks. Tapi tak semudah itu, berulang kali Zanet menolak. Apa pun yang Katy katakan, tak bisa dimengerti oleh Zanet. Hampir saja Katy sudah mulai putus asa. Seorang psikolog handal seperti Katy selalu memilik banyak cara untuk memenangkan hati pasiennya.Melihat wajah nyonya Grasia yang mengiba, Katy tak sampai hati. Dia kemudian berusaha kembali memberi ketenangan pada Zaneta. Mencoba mengajaknya berbicara p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status