Share

Balas dendam

Tanpa menjawab pertanyaan Zaneta, pria berwajah dingin dan arogan itu mendekatinya.

Menatap wajah Zaneta lekat, dari kepala lalu di bagian bibir Zaneta yang menggoda dengan polesan lipstik berwana pink glosy, lalu turun ke dadanya.

Lama dia menatap bagian tubuh Zaneta itu, membuat Zaneta merasa tak nyaman. Dan memundurkan tubuhnya. Dalam pikirannya dia sedang tak berada pada tempat yang tak aman baginya.

Zaneta berniat pergi dan keluar dari kamar itu. Sayang, pintu kamar itu terkunci dari luar.

Keringat dingin membasahi kening Zaneta. Sedang senyum seringai sang pria di hadapannya sungguh sangat menakutkan baginya.

Tangan kekar pria itu meraih lengan Zaneta, dan menyeretnya paksa, membuat lengan Zaneta memerah.

"Apa yang sedang kau lakukan tuan?!" Zaneta berteriak, membuat pria itu emosi.

"Huh, ternyata kelinci kecil ini mempunyai suara yang sangat indah. Berteriaklah semau kamu nona Dawson, aku ingin melihat sampai di mana keberanian kamu menantang aku," ucap pria itu kasar dan arogan.

"Siapa kamu? Apa mau kamu? Jika kamu pikir kamu bisa membeli aku karena Isabel, kamu salah! Aku bukan wanita murahan seperti yang kau pikirkan. Bebaskan aku dari sini, dan aku akan membayar kamu dua kali lipat dari apa yang sudah kamu berikan pada Isabel."

"Dasar wanita angkuh! Kamu pikir akan semudah itu? Sudah bertahun-tahun aku menantikan momen ini. Pembalasanku untuk keluarga Dawson, akan berakhir di hari ini."

"Apa maksud kamu dengan pembalasan?" tanya Zaneta berteriak dia tak mengerti ke arah mana pembicaraan pria di hadapannya.

"Tanyakan pada nyonya Viona Dawson! Ini pembalasan dendam yang sudah aku simpan bertahun-tahun. Dan saat inilah yang aku tunggu. Aku ingin melihat reaksi nyonya Dawson merasakan akibat atas perbuatannya. Bagaimana jika putrinya yang polos ini akan mendapatkan ganjaran perbuatannya dua puluh tahun yang lalu?"

"Aku tak mengerti apa tujuan kamu mengatakan balas dendam kamu dan mommy Viona, aku tak ada hubungannya dengan itu."

"ADA!" jawab pria itu kasar dan keras di hadapan wajah Zaneta, hingga Zaneta bisa merasakan hembusan napas emosi darinya.

"Keluarkan aku dari sini tuan," Zaneta memohon.

Pria arogan itu tak lagi berbicara. Dengan kasar, dia mendorong Zaneta dia atas ranjang mewah miliknya. Dada Zaneta berguncang hebat karena ketakutan. Pria itu dengan kasar menindih tubuh ramping Zaneta, dengan kasar mencumbui wajah gadis cantik itu.

Zaneta berusaha keras mendorong tubuh kekar pria yang sedang menindihnya. Sekuat tenaga dia berusaha keluar dari kungkungan jerat hasrat pria arogan ini.

"Hentikan!" Zaneta terus berteriak, "Tolong, seseorang di luar sana tolong aku!"

"Berteriaklah sepuas kamu nona. Sebab, tak akan ada yang akan mendengarkan jeritanmu. Menjeritlah dengan nyaring, agar aku semakin menikmati permainan kita."

Pria itu semakin liar menyentuh tubuh Zaneta.

Air mata yang seharusnya tak tumpah kini mengalir begitu saja di pipi Zaneta.

Teriakan minta tolong, semakin membuat pria arogan itu semakin bersemangat.

Tangannya yang besar, tak membutuhkan waktu yang lama untuk menyobek-nyobek gaun satin mewah milik Zaneta. Hingga hanya tersisa pakaian dalam saja.

Malam sepi di tengah laut, ditemani deburan ombak. Hanya terdengar suara Zaneta yang terdengar berteriak histeris, merasakan kesuciannya dikoyak berulang kali tanpa ampun. Tangisnya yang menyayat hati tak mampu untuk meluluhkan hati pria arogan itu.

Kamar mewah itu menjadi saksi.

Senyum kepuasan berulang kali terpancar di wajah pria arogan itu.

Hingga pagi menjemput, baru dia menghentikan aktivitasnya.

Pria itu bangun dan melepaskan tubuh Zaneta di atas ranjang.

Gadis. Ah, tidak! Wanita itu telah pingsan sejak semalam tak sadarkan diri.

Tanpa belas kasihan, dia juga meninggalkan Zaneta tertidur tanpa busana di atas ranjangnya.

Dengan santai, dia masuk ke kamar mandi, berendam di air hangat.

Sambil menutup mata, kembali dia mengingat bayangan perbuatannya semalam. Nikmat yang tiada duanya dia dapatkan dari gadis itu.

Selain kenikmatan, ada rasa hangat menggelayar di dalam hatinya.

"Tidak!" gumam pria itu menggelengkan kepalanya. Tak akan boleh ada rasa apa pun pada putri wanita yang dibenci olehnya seumur hidup.

Balas dendam akan selalu menjadi tujuan utamanya. Tak peduli kesakitan yang akan ditimbulkan setelah itu.

Wanita dari keluarga Dawson itu harus merasakan betapa sakitnya yang dia rasakan bertahun-tahun. Wanita dari keluarga Dawson itu telah merenggut cinta pertamanya. Ibunya harus berakhir di rumah sakit jiwa dengan terus menyebut Viona Dawson di mulutnya.

Sepanjang hidupnya, dia telah menantikan moment ini. Kini usianya menginjak 29 tahun, putri kesayangan Viona Dawson telah didapatkannya dengan mudah.

Seseorang mata-mata datang kepadanya, mengatakan jika seorang wanita muda menjual saudaranya dengan tawaran tertinggi. Sebab, dia yakin dengan harganya karena gadis yang dijual olehnya masih perawan.

Awalnya, dia tak berminat dengan tawaran receh gadis-gadis muda di bisnis dunia hitam yang dijalaninya selama ini secara diam-diam. Namun, saat mereka menyebutkan namanya Zaneta Dawson, pria arogan itu langsung menyuruh mencari tahu latar belakang kedua gadis itu.

Dan benar saja, keluarga Dawson itulah yang diinginkannya tanpa berpikir panjang dia melakukan transaksi itu dan meminta gadis itu dibawa ke hadapannya.

Cukup menarik, kisah gadis itu, dikhianati kekasihnya lalu dijual saudari tirinya dan kini berakhir di atas ranjang miliknya.

Pria arogan itu lalu keluar dari bathroom miliknya.

Kemudian, dia memakai handuk dan dililitkan di pinggangnya--menampakan dadanya yang bidang dan tubuh yang kekar, sudah pasti akan digilai semua wanita.

Dia tersenyum ke arah ranjang, tubuh polos gadis Dawson itu sungguh buat ranjang mewahnya pagi ini berbeda. Jika malam-malam sebelumnya para wanita dari kalangan atas berlomba-lomba mencari cara agar bisa menaklukkan hatinya dan dia tak pernah mengizinkannya, entah kenapa dia berubah pikiran pada gadis Dawson ini.

Saat akan membalaskan dendamnya, dia malah memilih ranjangnya sebagai tempat dia menodai putri musuhnya itu.

Sekelebat rasa hangat di hatinya, saat melihat sprei putih miliknya. Ada bercak merah pekat di atasnya, ternyata benar gadis ini baru merasakan yang pertama, sama seperti dirinya juga.

Tok tok tok!

Pintu kamar pria itu diketuk.

"Masuk." Seorang pria berjas hitam masuk ke kamarnya, namun saat masuk ke ruangan tuannya dan tanpa sengaja melihat ke arah ranjang, dia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Ada apa, Robert?"

"Tuan Alden, maaf saya harus membawa berita buruk ini pada Anda."

"Katakan!"

"Dengan berat hati, saya ingin menyampaikan bahwa ibu anda telah meninggal dunia di Rumah Sakit St. Michkael di Spanyol. Pihak Rumah Sakit mengabarkan jika satu minggu sebelum nyonya meninggal dunia, dia dinyatakan sembuh. Dan sempat menuliskan sebuah surat pada anda."

Pria itu menghela napas panjang dan mengusap wajahnya kasar.

"Setelah aku membalaskan dendam untukmu, apa kau merasa bahagia ibu?" gumam pria arogan itu dengan mata yang sayu.

"Atur kapal ini berhenti di pelabuhan terdekat, dan siapkan pesawat bagiku!" perintahnya lagi.

"Baik tuan."

"Lalu, bagaimana dengan dia? Apa dia sudah mati? Apa yang harus saya lakukan, tuan?" tanya Robert yang adalah asisten pribadi pria arogan itu.

Alden menatap tubuh polos milik Zaneta.

"Terserah kau saja," jawabnya singkat.

"Lima jam lagi kapal ini akan masuk ke pelabuhan negara Yunani, setelah Anda turun anda bisa langsung menuju ke bandara terdekat," jelas Robert padanya diikuti oleh anggukan kepala tanda mengerti pria arogan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status