Share

Ternyata ...

Byurrr!

Seember air diguyur di wajah Zaneta, hingga membuatnya terkejut dan terbangun mendadak.

Sebelum kesadarannya benar-benar pulih, dia merasakan tubuhnya kini diikat di sebuah kursi usang. Entah berapa lama dia tak sadarkan diri.

Dan, kini air dingin itu membasahi seluruh tubuhnya.

Zaneta berusaha membuka matanya. Ingin melihat sekelilingnya: di mana dia sekarang? Apa dia sudah mati? Banyak tanya dalam pikirannya.

Tempat ini sepeti gudang yang sudah terbengkelai, dilihat dari semua barang di tempat itu dipenuhi debu yang sangat tebal.

Dia tak melihat para pria yang sudah menculiknya kemarin. Tapi, pria yang mengguyurnya dengan air saat ini bukan salah satu dari para penculiknya.

Pria itu pergi meninggalkannya sendirian di sana.

Tangannya berusaha melepaskan ikatan di tangannya. Tapi, energinya sudah tak ada lagi. Tubuhnya lemah tanpa tenaga. Terakhir, dia mengingat hanya makan sebelum keberangkatannya dari Inggris, setelah itu tak ada kesempatan lagi untuk makan baginya.

Zaneta menggelengkan kepala, usahanya terlihat sia-sia. Pantang baginya untuk meneteskan air mata. Sejauh ini, dia sudah melewati banyak penderitaan. Jika ini penderitaannya untuk terakhir kali sebelum dia mati, tidak boleh ada air mata kesedihan lagi untuknya.

"Kamu kuat Zanet, kamu pasti bisa. Kamu sudah bisa melangkah sejauh ini. Demi cinta Gio yang sedang menunggumu. Bertahanlah." Zaneta berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Dalam keyakinannya, hanya cinta Gio yang dimilikinya sekarang. Dan, dia harus bisa meraih impiannya--mengenakan gaun pengantin dan bersanding di pelaminan bersama cintanya itu.

Beberapa jarak darinya, tiba-tiba terdengar pintu gudang dibuka--diikuti suara langkah kaki beberapa orang.

"Kamu?" Zaneta terkejut melihat seorang wanita yang sangat dikenal olehnya, sudah berada di hadapannya.

Isabela! Wanita itu tersenyum miring ke arah Zaneta.

Melihat penampilan Zaneta yang kotor dan lusuh, apalagi setelah diguyur dengan air--membuat Isabela tampak bahagia.

"Apa yang kamu lakukan padaku? Belum cukupkah kamu membuat kekacauan dalam hidupku? Biarkan aku pergi, dan menikah dengan pilihan hatiku. Setelah itu, aku akan pergi sejauh mungkin dan tak akan menampakan diri lagi di hadapanmu. Jika yang kau inginkan aku tak mendekati mommy Viona lagi, aku akan melakukannya," pinta Zaneta penuh rasa sedih.

Dia tak mengerti kenapa saudarinya begitu membenci dirinya. Tapi, apapun akan dia lakukan, asal bisa bersama Gio.

"Hahahhaha...." Suara gelak tawa Isabel menggema di dalam ruangan pengap itu. "Apa kamu bilang? Kamu ingin menikah dengan pilihan hatimu? Apa kamu yakin dia benar mencintaimu?"

"Tutup mulut kamu Isabel! Aku dan Gio saling mencintai. Dan, kami akan segera menikah. Setelah kepulanganku dari Inggris, jangan halangi jalanku."

"Hahahahha.... Apa maksudmu cintamu adalah Gio yang ini?"

Tepat setelah berkata demikian, seorang pria berjalan mendekati Isabel dari arah belakang tembok tiang yang menghalangi pandangannya sejak tadi.

"Gio!" seru Zaneta tersenyum bahagia, "Tolong lepaskan ikatan di tanganku, Gio."

Dengan bersemangat, Zaneta meminta bantuan pada kekasih hatinya itu. Namun sayang, Gio sama sekali tak bergeming dari tempatnya berdiri. Tak bergeser bahkan satu senti pun untuk Zaneta.

Dia tetap berada di sisi Isabel.

"Gio?" Wajah Zaneta berubah, melihat Gio tak bereaksi apa-apa.

Zaneta memandang wajah Isabel, seakan meminta penjelasan darinya.

Namun, Isabel hanya diam tak ingin mengucapkan apa pun.

"GIO!" Zaneta memanggil nama Gio dengan keras, sekuat tenaga yang dia bisa. Tetapi, Gio juga tak ingin bersuara.

Karena tubuhnya yang terlalu lemah, teriakan memanggil nama Gio adalah tenaganya yang terakhir. Zaneta seketika tertunduk lesu. Entah apa yang sedang direncanakan oleh Isabel saat ini, sampai Gio pun enggan untuk menolongnya?

Zaneta selau merindukan pria ini. Dalam setiap doa yang dia lantunkan, hanya nama Gio yang selalu disebut dalam harapannya. Tapi, kenyataannya, sungguh di luar dugaan!

Gio yang dahulu adalah anak laki-laki yang hangat dan penyayang kini telah berubah sedingin es, sekeras gunung batu. Tak perduli sama sekali, apa lagi merasa iba dengan kondisi Zaneta yang begitu menyedihkan di depannya.

Jika dahulu, Gio selalu ada dan tak menginginkan air mata Zaneta. Hari ini, bahkan dengan mata kepalanya sendiri--Gio menyaksikan bulir bening dari mata Zaneta mengalir begitu derasnya.

Gio tiba-tiba tersenyum kejam.

Melihat kenyataan di hadapannya, hancur sudah impian yang selama ini didamba Zaneta.

Gio sudah berkhianat!

Dengan cepat Zaneta menggelengkan kepalanya, segera tersadar.

Semua impian itu adalah harapan palsu, di dunia ini tak ada yang benar-benar tulus untuknya kini dia mengerti, bahagia di dunia ini bukanlah miliknya. Zaneta menghentikan tangisnya. Dan berbalik tersenyum dingin ke arah Isabel dan Gio.

Seakan mendapat pencerahan, Zaneta memutuskan satu hal besar: jika dia harus mati, itu lebih baik daripada harus tunduk dan memohon pada kedua pengkhianat itu.

Perubahan drastis yang dilakukan Zaneta membuat Isabel dan Gio kebingungan. Keduanya sulit mengartikan senyuman Zaneta itu.

Bukankah Zaneta harus mohon meminta pengampunan dan meminta dibebaskan?

"Hey!" Isabel berjalan mendekat ke arah Zaneta, "teruslah bermimpi sayang. Apa kamu ingin menikah dengan Gio yang kini telah menjadi suamiku?"

Senyum mengejek ditampilkan pada Zaneta .

Zaneta hanya menatap datar keduanya. Jika Gio kini menjadi suami Isabel, apa yang diinginkannya lagi di dunia ini? Isabel salah mengambil langkah. Dengan ini, Zaneta sekarang menginginkan kekuatan--yang dapat menghancurkan semua yang dibenci!

Melihat keterdiaman Zaneta, entah mengapa Isabel menjadi kesal. Ini semua di luar dugaan Isabel.

Seharusnya, Zaneta menangis dan meraung meminta agar Gio membelanya. Satu-satunya jalan yang paling menyakiti Zaneta adalah Gio, tapi kenapa secepat ini dia melupakan kemarahannya?

Isabel tak kehabisan akal. Kebencian dan kecemburuan yang sudah mengakar, tumbuh sejak kecil di dalam hati Isabel pada Zanet, yang sudah menutup rasa kasihan di dalam dirinya.

"Kamu! Bukalah ikatan di tangannya! Aku ingin semua rencanaku dipercepat!" perintah Isabel pada seorang pria bertopeng di belakangnya.

"Apa yang akan kamu lakukan sayang?" tanya Gio. Sebutan sayang dari Gio pada Isabel membuat Zaneta ingin muntah. Sayang, perutnya tak terisi apa pun.

"Apa kamu akan membunuhnya?" cecar Gio lagi dengan pertanyaan yang membuat dirinya penasaran.

"Bukan membunuhnya sayang, tapi rencanaku lebih kejam dari pembunuhan," jawab Isabel dengan tatapan dingin, membuat siapa pun yang melihat raut wajahnya akan bergidik ngeri.

Sungguh, Isabel adalah wanita kejam yang tak dapat dihindari lagi.

Setelah ikatan tali di tubuh Zaneta dilepas, tubuhnya didorong secara paksa.

Kedua pria di situ memegang lengannya dan menyeretnya keluar dari gudang pengap tadi.

Cuaca di luar mendung, sebentar lagi hujan mungkin akan turun, tapi Zanet terus diseret kedua pria itu menuju sebuah kapal yang sedang menunggu kedatangannya.

[ Diamond Cruises ] terpampang jelas di badan kapal.

Kapal persiar mewah yang menyajikan jalan-jalan keliling dunia dengan melayani 290 rute dan beberapa benua.

Zaneta sering membaca berita tentang kapal pesiar yang menyajikan kemewahan tingkat tinggi ini.

"Apa aku, akan dipekerjakan di dalam kapal ini?" tanya Zanet dalam hatinya, "Apa aku akan dijadikan pekerja di sini?"

Belum selesai Zaneta berpikir, tiba-tiba seorang pria berbadan tinggi tegap mendorongnya ke dalam kapal.

Setelahnya, Zaneta melihat pria berjas hitam sedang menunggu di pintu masuk. "Apa dia kiriman nona Isabel Dawson?"

Kedua pria yang membawa Zaneta mengangguk.

"Bagus, bawa dia masuk ke kamar 206!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status