Share

Rantai Cinta sang Taipan Arogan
Rantai Cinta sang Taipan Arogan
Penulis: Emmy Liana

Zaneta Malang, Zaneta Sayang

"Mommy, tadi di sekolah, Isabel mendorongku, hingga terjatuh dari tangga. Sekarang, kakiku keseleo. Sakit mommy," keluh Zaneta yang berusia sembilan tahun pada Viona.

Namun, Ibu kandungnya justru terlihat marah pada Zaneta. "Sungguh, kamu keterlaluan Zaneta! Mommy pikir kamu adalah putri mommy yang sangat manis dan penyayang. Tapi, kamu justru mendorong Isabel hingga kakinya sakit. Kini, kamu juga memutarbalikan fakta? Jelas-jelas Isabel sulit berjalan karena ulah kamu."

"Ta--pi...."

"Sekarang, masuk kamarmu! Kamu dilarang keluar hingga nanti malam."

Hukuman mommy Viona membuat Zaneta hanya tertunduk. Dia sungguh tak berdaya.

Namun, saat Viona telah pergi, Zaneta dapat melihat senyum kemenangan di wajah Isabel.

Dia tak habis pikir, apa tujuan Isabel melakukan itu padanya jelas-jelas kini kakinya yang keseleo? Tapi, kenapa? Apa maksud Isabel?

Anehnya, sejak saat itu, Zaneta sering mendapatkan perlakuan buruk dari saudari tirinya itu. Akan tetapi, dialah sasaran mendapatkan hukuman dari mommy Viona. Tanpa bertanya terlebih dahulu atau pun mencari tahu kebenarannya, Mommy Viona memberikan hukuman yang tak adil pada Zaneta. Bahkan, saat dia dikurung di gudang yang gelap sekali pun tanpa diberi makan.

Dalam rasa kelaparan, gadis kecil Zaneta bertekad dalam hatinya. Sejak itu, dia tak ingin lagi dianiaya. Dia ingin memberikan perlawanan. Toh, meski berusaha, hati Viona tak terpengaruh sedikit pun padanya.

Kini, Zaneta tumbuh dengan sikap keras kepala dan tak mudah diatur. Dia selalu menjadi pembangkang dalam keluarganya

Bahkan saat pesta ulang tahunnya pun, mommy Viona enggan membuat pesta kecil untuknya dan teman-temannya. Khawatir jika Zaneta membuat ulah lagi.

Zaneta hanya bisa menitikkan air matanya. Hanya Gio--kekasihnya--yang selalu datang mengusap air matanya, memberi penghiburan padanya.

Pria itu membagikan pie susu buatan ibunya bahkan coklat Swiss yang tak pernah dicicipi oleh Zaneta. Berkat Gio, senyumnya kembali merekah di bibir.

Seringkali Zaneta memergoki tatapan Isabel dari kaca jendela kamarnya dengan tatapan tak suka. Saudara tirinya itu tak ingin Zaneta memiliki teman.

Entah bagaimana caranya, Isabel tiba-tiba berhasil membujuk mommy Viona ketika Zaneta berusia 15 tahun.

Zaneta diusir dari rumah saat usianya menginjak 15 tahun! Katanya, lebih baik Zaneta ke sekolah di luar negri saja.

"Lihatlah! Aku selalu menang, Zanetaku Sayang," ucap Isabela penuh arogan.

"Kau---"

Belum sempat berkata apa pun, Isabela sudah pergi begitu saja.

Semua terjadi begitu cepat. Zaneta bersiap menuju Inggris. Tidak ada yang mengantar kepergiaannya yang mendadak.

Dengan menahan air mata, perempuan itu pun menyeret kopernya yang berat.

"Zaneta!" Teriakan seorang pria menghentikan langkahnya.

"Gio?"

"Zaneta, aku akan selalu menunggu kamu di sini. Dan, aku berjanji. Saat kamu kembali nanti, kita akan menikah."

"Menikah?" Wajah Zaneta bersemu merah.

Tak lama, keduanya menautkan jari kelingking--seolah menautkan janji untuk pertemuan terakhir mereka.

******

Tujuh tahun sudah berlalu ....

Zaneta sungguh menantikan kepulangannya demi berjumpa dengan Gio.

Perjalanan panjang dari Inggris menuju ke tanah air membuat Zaneta terus menyunggingkan senyumannya.

Zaneta tak perlu lagi terbuang di negeri orang hanya untuk "melanjutkan pendidikan" dan jauh dari pandangan Viona.

Tanpa sadar, pesawatnya kini telah mendarat di sebuah bandara. Zaneta bergegas mencari keberadaan Gio--satu-satunya orang yang menunggu kepulangannya.

Buk!

Seseorang menepuk pundak Zaneta dari belakang. Dengan bahagia, Zaneta membalikkan badan--menyangka Gio menjemputnya.

"Nona Zaneta Dawson?" Seorang pria bertubuh besar dan raut wajah menyeramkan tiba-tiba menghampirinya--membuat Zaneta menatap bingung ke arahnya.

Belum sempat berbicara, seorang pria lain berkemeja kotak-kotak berkata, "Mari ikuti kami."

"Siapa kamu? Aku tak mengenal kalian," kata Zaneta pada akhirnya.

"Ikuti saja tanpa banyak bicara, atau peluru senjata ini akan menembus jantungmu." Seorang pria berwajah gelap tiba-tiba menodongkan pistol di belakang punggung Zaneta.

Tanpa bisa memberi perlawanan, akhirnya Zaneta memilih diam tak bersuara--mengikuti perintah tiga orang pria yang berjalan di belakangnya.

Namun, begitu mendapatkan kesempatan, Zaneta melarikan diri sekencang-kencangnya. Naas tanpa membutuhkan waktu yang lama, dia sangat mudah dilumpuhkan, seorang pria menangkapnya hingga dia terjungkal, jatuh ke lantai.

"Sial," umpat Zaneta.

Kedua tangannya diikat ke belakang.

Sungguh, di tempat ini Zaneta tak mengerti. Ribuan orang berlalu lalang di keramaian bandara. Namun tak satu pun yang memperdulikan Zaneta yang didorong paksa saat berjalan.

Semuanya tampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Hati Zaneta teriris, di rumah dia tak mendapatkan kehangatan keluarga, bahkan di luar pun tak ada satu pun orang yang bersimpati padanya.

Terlihat sebuah mobil van berwarna hitam sedang menunggu kedatangan mereka. Tubuh Zaneta dihempaskan kasar ke dalam mobil itu, seorang pengemudi dengan sigap menyalakan mesin mobil dan melajukan mobil itu.

Zaneta berusaha berontak, saat kedua tangannya diikat kebelakang, mulutnya di flakban dan matanya ditutup kain hitam yang kotor dan bau.

"Hmmmppphhh..." Zaneta berusaha melepaskan diri, dia terus berontak. Hingga sebuah pukulan keras benda tumpul mengenai kepalanya. Dan, Zaneta berakhir tak sadarkan diri.

"Apakah ini akhirnya hidupku Tuhan? Tak layak 'kah aku mendapat kebahagiaan dalam impianku? Tinggal sedikit lagi aku berjumpa kekasihku yang akan membebaskan aku dari penderitaan masa lalu, kenapa harus sekarang?" tanya Zaneta dalam hatinya.

Bayangan impiannya memakai gaun pengantin mewah dan dijemput Gio kekasih hatinya perlahan menghilang.

"Kenapa kamu memukulnya?" tanya seorang pria bertubuh gemuk pada temannya.

"Sudahlah, yang penting dia belum mati. Dia terlalu banyak bertingkah. Aku lelah mengurus urusan kecil seperti ini," jawab rekannya ketus.

***

Ponsel pria bertubuh gemuk itu berbunyi. Bergegas, dia mengangkatnya begitu melihat nama [Isabella] di layar.

....

"Baik, Nona. Perintah nona sudah kami laksanakan. Kami sedang menuju tempat yang nona perintahkan," ucap pria itu patuh pada seorang wanita muda di seberang telepon.

Sementara di tempat lain, wanita muda sang penelpon pria tadi tersenyum licik mengarah ke luar jendela sebuah gedung apartemen.

"Yakin rencana kamu akan berhasil?" tanya seorang pria yang sedang memeluknya dari belakang.

"Tentu, aku yakin sekali. Jika aku bisa mendepaknya dari rumah, dan membuat mommy Viona mengusirnya ke luar negeri. Pasti dia bisa hilang dari pandangan keluarga Dawson. Dan, tahukah kamu? Saat Zaneta menghilang tak akan ada satu pun dari anggota keluarga Dawson menyadari kehilangannya. Dan itu sangat menguntungkan bagiku."

"Kamu hebat sayang, tak sia-sia aku lebih memilihmu dari Zaneta."

"Terima kasih juga, Sayang. Karena kamu, aku tak perlu repot menemukan informasi tentang dia."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status