Share

Part 2, Beradaptasi Dengan Sekolah Baru

  Sampainya di sekolah, Siska cukup percaya diri dengan dunia baru yang ia masuki, Siska memiliki beberapa sahabat yang juga masuk di sekolah yang cukup ternama itu saat mereka duduk di sekolah SMP. 

  Tidak sembarangan siswa dan siswi bisa memasuki sekolah yang cukup terkenal itu, selain dari biaya yang dipungut. Sekolah itu menjadi salah satu tempat di mana para generasi melahirkan bakatnya dari tahun ke tahun. 

  Mulai dari menari, seni melukis, bulu tangkis, renang, dan masih banyak olahraga lainnya yang membuat nama sekolah itu menjadi pilihan terbaik bagi orang tua menyekolahkan anak-anaknya. 

  Saat Siska mulai memasuki pintu kelasnya, Siska langsung disambut oleh beberapa sahabatnya yang sudah datang lebih dulu. 

  Mereka sangat antusias melihat gadis cantik dengan seragam seksi dan rambut yang terurai dengan rapi itu. Teman-teman Siska sebenarnya tidak ada yang benar-benar tulus dengannya, karena Siska orang paling kaya dari pada mereka, mereka lebih memilih untuk hanya menumpang gaya dan ketenaran. 

  "Selamat pagi Cinderella, kenapa terlihat murung sekali?" tanya Bella sambil memasukkan cemilan ringan ke mulutnya.

  "Seperti biasa, Gue harus menerima sikap dingin dari nyokap dan bokap Gue dipagi hari yang seharusnya Gue dikasih semangat!" sahut Siska menghempaskan dirinya di tempat duduk yang ia pilih. 

 "Masalah di rumah jangan Lo bawa-bawa ke sekolah Kia, nanti belajar Lo malah nggak konsen," tambah Runi yang memiliki nasib hampir sama dengan Siska. 

  Siska terdiam dan menganggukkan kepalanya pelan, meskipun ia tak ingin terganggu dengan pelajaran yang baru ia mulai hari ini, Siska masih tak terima dengan sikap dingin yang selalu diberikan oleh kedua orang tuanya. 

  "Kia, di sini ada siswa ganteng, Lo," kata Runi yang sudah melihat sosok siswa yang ia ceritakan kepada Siska. 

  "Terus? Memangnya kenapa kalau di kelas ini ada siswa ganteng?" jawab Siska yang mengerti maksud Runi. 

  "Yaelah Kia, mulai hari ini tu kita udah berseragam abu-abu, memangnya Lo nggak pengen apa punya pacar!" jelas Runi melirik Bella dan Anggun. 

  "Ha ha ha, umur baru tujuh belas tahun, Lo mikirin pacaran? Kembangin dulu bakat menari kita di kelas ini, harumin dulu nama sekolah ini dengan bakat kita, baru nanti kita pikirkan pacaran." jawab Siska dengan lantang dan penuh percaya diri. 

  Ucapan dan obrolan Siska dengan keempat sahabatnya itu terdengar jelas oleh Bu Tuti, guru yang akan mengajar di kelas Siska pagi ini, setelah memerintahkan para murid masuk dan duduk dengan rapi. Disusul dengan Bu Tuti yang berjalan dengan tegap dan tegas, Bu Tuti berdiri di depan anak-anak yang juga memperhatikan dirinya, dengan suara yang cukup lembut namun terkesan tegas, Bu Tuti memperkenalkan dirinya. 

  "Assalamu'alaikum, selamat pagi anak-anak, perkenalkan saya Bu Tuti, guru yang akan mengajar di kelas ini. Semoga kalian tidak merasa keberatan dan tidak sungkan untuk bertanya kepada Ibu, jika ada pelajaran yang kalian tidak mengerti," ucapnya dengan senyuman yang tulus. 

  "Wa'alaikumussalam, selamat pagi kembali, Bu." jawab anak-anak dengan serentak. 

  Setelah merasa sudah selesai memperkenalkan diri, Bu Tuti pun memulai pelajaran yang akan ia berikan kepada anak-anak didiknya, Bu Tuti menulis di papan tulis dan diikuti oleh murid-murid yang sepertinya sangat menikmati pelajaran yang diberikan olehnya. 

  Pandangan Bu Tuti tertuju pada Siska yang duduk di barisan paling depan, ia tahu bahwa Siska memiliki banyak bakat, namun karena Bu Tuti juga sudah sering mendengar tentang kenakalannya membuat Bu Tuti mencari cara agar Siska mau berubah. 

  Seorang janda yang tak memiliki anak itu, memutuskan untuk menua dan menghabiskan waktunya mengajar anak-anak di bidang tari. Setelah bercerai dengan sang suami, ia memilih untuk fokus dengan karir sekaligus guru didik bagi anak-anak yang membutuhkan ilmunya. 

  ***

  Kegiatan belajar sudah selesai, Anggun yang merasa kelaparan mengajak teman-temannya untuk pergi ke kantin. 

  "Kalian nggak pada laper apa?" tanyanya dengan nada lesu. 

  "Laper juga si, ayo kita ke kantin." ajak Siska yang juga mulai merasa kelaparan. 

 Siska yang hanya memasukkan sarapan paginya beberapa sendok, merasa sangat kelaparan saat memasuki jam pelajaran pertama. 

  Dengan berjalan beriringan, mereka sampai di kantin. Jam istirahat seperti ini kantin terlihat sangat penuh, karena kebanyakan siswa dan siswi tidak sempat sarapan atau memilih untuk tidak sarapan di rumah, karena jam sekolah yang harus datang tepat  dijam tujuh pagi, membuat mereka memilih untuk makan di kantin. 

  Siska duduk di bangku kosong bersama teman-temannya, bersebelahan dengan siswa bulu tangkis yang diceritakan oleh Runi, pandangan mata Runi tertuju pada Chandra. Siswa yang sudah membuatnya terpikat saat pertemuan pertamanya. 

  "Lo liatin apaan si?" tanya Siska menyadarkan Runi. 

  "Sssst, jangan keras-keras malu Gue,!" jawab Runi meletakkan telunjuknya tepat di tengah bibirnya. 

  "Memangnya kenapa? Apa yang Lo liat si, sampai membuat Lo lupa kalau ada kita-kita di sini?!" 

  Siska semakin menekan Runi yang hampir ketahuan oleh Chandra, namun karena cepat berpaling dan mengganti topik, Chandra berhenti memperhatikan tempat duduk Siska dan teman-temannya. 

  Tak lama kemudian makanan yang mereka pesan sudah sampai, dengan lahap mereka memakan makanan yang terlihat sangat nikmat itu. Sesekali pandangan mata Runi tertuju pada Chandra. 

  Hal itu membuat Eko, salah satu tim basket Chandra menyadari. Pandangan mata Runi yang justru terbalaskan dengan Eko. Runi pun segera mengalihkan pandangannya saat Eko melempar senyum padanya. 

  Eko membisikan sesuatu ke telinga Chandra, sosok Chandra dan Eko adalah laki-laki yang suka berganti-ganti pacar. Selain memiliki bakat di lapangan basket, mereka berdua juga sangat jago dalam urusan menaklukan hati seorang wanita. 

 "Bro, Lo liat siswi-siswi yang ada di sebelah kita," ucap Eko menunjuk dengan bibir monyongnya.

  Sekilas Chandra mengikuti pandangan mata yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu, terlihat tidak ada yang aneh, yang ia lihat hanya keempat siswi yang sedang memakan makanan dengan begitu lahapnya.

  "Kenapa dengan mereka?" tanya Chandra. 

  "Nggak ada yang Lo taksir apa dari mereka?" tanya Eko menyadarkan Chandra. 

  "Gue denger kalau mereka itu tim menari, dan tariannya cukup terkenal di sekolah mereka dulu." jelas Joko yang mendengar kabar itu. 

  Chandra tersenyum lebar saat mendengar semua penjelasan dari Eko. 

  "Keren, berarti mereka bukan orang sembarangan, mereka pasti akan ikut mengharumkan nama sekolah ini," sahut Fino. 

  Chandra masih terdiam tak merespons, ia masih asik menikmati hidangan yang ia pesan, kasah kusuh sang sahabat yang dengan asik membicarakan tentang Siksa dan sahabatnya, membuatnya justru menyikapinya dengan biasa saja. 

  "Bro, Lo kok diem aja si! Apa Lo nggak tertarik untuk membahas mereka?" tanya Eko. 

  "Kalau mau ngebahas mereka jangan di sini! Nanti mereka denger dan merasa percaya diri lagi, kan repot." 

  Chandra menyadarkan sahabat-sahabatnya untuk tidak memuji atau merasa tersaingi dengan nama baik yang Siska bawa. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status