Share

Part 3, Bertengkar Dengan Chandra

Saat pelajaran kedua telah usai, Siska memilih untuk berpamitan kepada teman-temannya yang masih dengan santai menunggu jam pelajaran sekolah berikutnya. Kedatangan tamu yang tak diundang disetiap bulannya membuat Siska merasa sangat lelah dan lesu. Wajahnya terlihat pucat karena menahan rasa sakit. 

  "Gays, Gue pulang dulu, ya. Perut Gue nyeri banget nih," rintih Siska meremas perutnya yang kempes. 

  "Lo kenapa Kia? Lo sakit?" tanya Runi cemas. 

  "Biasa, kedatangan tamu Gue, Gue pulang dulu ya." 

  Siska memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, dan memilih untuk meninggalkan teman-temannya. 

  "Hati-hati ya, Kia." 

Teriak Runi saat menyadari Siska sudah pergi dari pandangannya. 

  Siska berjalan dengan sangat pelan, rasa sakit yang ia rasakan cukup membuatnya kewalahan. Chandra yang tak sengaja melintas dan melihat Siska hampir tak mampu menyanggah tubuhnya itu, hampir terhempas ke lantai. 

  Dengan cepat dan tanggap, Chandra menangkap tubuh kurus Siska dengan kedua tangannya. Pandangan dari ke dua mata mereka pun tak mampu dihindarkan, kecelakaan yang tak disengaja itu membuat para mata yang lain merasa sangat iri. 

  "Ih, lepasin Gue! Lo sengaja ya mau peluk-peluk Gue, ngaku, Lo?!" 

  Siska berusaha melepaskan diri dari pelukan Chandra, karena merasa kesal dengan ucapan Siska dan tak terima saat dirinya diperlakukan seperti itu, Chandra langsung menghempaskan tubuh Siska hingga jatuh ke lantai. 

Braakkk

  "Aauuu, sakiiit!!" 

  Rintih Siska, saat di hempaskan begitu saja oleh Chandra. 

  "Sakit? Bukankah Lo yang minta Gue untuk melepaskan tangan Gue yang udah nyelamatin Lo?!" 

  Balas Chandra yang tertawa lepas melihat Siska merintih kesakitan. Melihat kehebohan yang terjadi di luar kelas membuat ketiga sahabat Siska itu keluar dari ruangannya. 

  Mereka terkejut saat melihat Siska diperlakukan tidak baik oleh Chandra. 

  "Eh Lo apa-apaan, si. Kenapa Lo lakukan itu sama Siska?!" hardik Runi yang langsung membantu Siska bangkit. 

  "Iya ni, Lo modal ganteng doang tapi nggak punya akhlak, Lo!" tambah Anggun yang ikut emosi. 

  Mendengar keributan mereka, ketiga teman-teman Chandra yang menyadari hal itu pun ikut berdiri di belakang Chandra. 

  "Temen Lo ini yang nggak ada akhlak, Gue tolongin dia karena tubuhnya hampir jatuh ke lantai, tapi Gue dikira mau macem-macem dan mengambil kesempatan untuk bisa peluk-peluk Dia!" jawab Chandra menunjuk Siska dengan kedua mata yang penuh amarah. 

  Chandra mendekati Siska yang masih merasa kesakitan, perutnya yang sangat sakit itu tak mampu ia sembunyikan. Walaupun ingin sekali ia melawan dan membalas semua cacian Chandra, namun karena terlalu sakit Siska memilih untuk diam. 

  "Udahlah, nggak usah diperpanjang, Gue mau balik aja." ungkapan iska yang langsung melangkahkan kakinya pergi. 

  Baru saja beberapa langkah, Siska kembali merasa lemas dan tubunya tak mampu ia kendalikan, Runi dan Anggun yang ada di sampingnya itu langsung menangkap tubuh Siska. 

  "Biar kita antar Lo sampai ke mobil, ya Kia, Gue nggak mau Lo kenapa-kenapa," ujar Runi yang diikuti anggukan kepala oleh teman-temannya. 

  "Thanks, ya. Kalian udah baik banget sama Gue," sahut Siska melempar senyuman. 

  "Iya, sama-sama. Ayo jalan." 

 Nuri memopang tubuh Siska yang terlihat sangat lemas bersama Anggun, sementara Bella membawakan tas yang ikut terhempas jatuh bersama dengan tubuh Siska. 

  Setelah sampai di depan mobil, Pak Hadi yang menyadari majikan mudanya itu sedang mengalami masalah, ia segera menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi. 

  "Kenapa dengan Non Siska? Apa yang terjadi?" tanya Pak Hadi ikut cemas. 

  "Nggak papa kok, Pak. Sekarang buka pintu mobilnya ya, Siska mau pulang ke rumah." pinta Siska. 

  Siska tak ingin  membuat Pak Hadi yang begitu amat memperhatikan dirinya itu ikut cemas dan khawatir, Pak Hadi pun segera melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh Siska. 

  Dengan pelan namun pasti, Pak Hadi mengemudikan mobilnya. Sesekali ia memperhatikan Siska lewat spion yang ada di atas kepalanya, Pak Hadi yang juga memiliki anak perempuan seumuran dengan Siska itu sangat cemas dan khawatir dengan keadaan Siska. Terlebih lagi Siska yang tak pernah dapatkan perhatian lebih itu dari kedua orang tuanya membuat Pak Hadi merasa iba. 

  ***

 Sampainya di rumah mewah milik kedua orang tua  Siksa itu, Pak Hadi langsung turun dan membangunkan Siska yang tertidur dengan pulas di dalam mobil. 

"Non bangun, bangun Non, kita sudah sampai." panggil Pak Hadi membangunkan Siska. 

  Siska pun terbangun dan membuka kedua matanya, "Oh, sudah sampai."

  Ia pun turun dari mobil dan melangkahkan kakinya menuju pintu utama, perutnya yang belum kunjung membaik, dan langkah kakinya yang terasa berat mengalihkan perhatian Bu Sri yang sedang membersihkan meja ruang tamu. Bu Sri pun segera menghampiri dan membantu Siska. 

  "Ya Allah, Non kenapa?!" tanya Bu Sri cemas. 

  "Lagi kedatangan tamu bulanan, Bu. Sakit sekali," keluh Siska. 

  "Ibu buatkan jamu, ya." jawab Bu Sri membantu Saskia memasuki rumah. 

  Siska mengangguk pelan, dan merebahkan kembali tubhnya ke sofa. 

  Syam dan Sandy yang baru saja pulang itu menyadari adik perempuannya sedang merintih kesakitan, Siska baru beberapa bulan terkahir ini mengalami menstruasi, sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal itu, karena dijelaskan oleh Bu Sri bahwa dirinya sudah memasuki masa puber dan memasuki usia dewasa, membuat Siska mengerti bahwa dirinya akan melewati masa-masa itu setiap bulan. 

  "Kamu kenapa Kia? Sakit, ya?" tanya Sandy yang mendekati Siska. 

  "Nggak papa kok, lagi sakit perut aja," sahut Siska datar. 

  "Udah minum obat belum? Kalau belum. Kakak belikan, ya?" tawar Syam. 

  "Nggak perlu kak, Bu Sri mau membuatkan Siska jamu, yang katanya itu akan membantu menghilangkan nyeri di perut Siska." jawab Siska yang langsung bangkit dari tidurnya. 

  Siska merasa senang karena mendapatkan perhatian dari dua kakak yang selama ini sibuk dengan dunia mereka. Meskipun hal itu hanya sederhana, namun bagi Siska saat-saat seperti ini ia sangat ingin mendapatkan perhatian dari orang-orang yang ada di sekelilingnya. 

  "Kenapa Kak Sandy dan Kak Syam pulang jam segini? Biasanya kalian pulang larut malam?" tanya Siska dengan raut wajah penuh tanya. 

  Sandy terdiam menatap Syam yang juga menatap dirinya. 

  "Kakak mau ada janji bertemu dengan teman-teman kampus, Kakak." jawab Sandy mencari alasan. 

  Karena jarang sekali berkumpul bersama, Siska pun tak menaruh rasa curiga dengan kedua kakaknya yang nampak menyembunyikan sesuatu itu. 

  Tak ingin adik perempuannya tahu lebih dalam, Sandy dan Syam memutuskan untuk pergi dan meninggalkan Siska seorang diri. 

  Sementara Siska yang juga sedang merasa sudah tak nyaman dengan keadaannya, memilih untuk masuk ke kamar dan membersihkan dirinya, setelah itu ia memilih menunggu Bu Sri di dalam kamar sambil merebahkan tubunya di atas kasur. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status